Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Detoks atau Diet Media Sosial

Skema Hidup Bahagia
Kecanduan?  apa yang anda bayangkan dengan satu kata tersebut?  Tentunya sebuah hal yang berlebihan dan segala sesuatu yang berlebihan itu biasanya tidak baik. Bagaimana pun hidup di dunia ini harus mempunyai keseimbangan untuk menciptakan sebuah keindahan dalam hidup.  Hidup dalam dunia cyber juga harus dilandasi oleh konsep keseimbangan antara hidup dalam dunia nyata dan maya. 

Banyak generasi millenia memang mempunyai kecenderungan lebih banyak berinteraksi di dalam dunia dan tidak bisa dipungkiri karena kemajuan teknologi yang terus berlanjut. Berbagai macam gejala sosial tentunya berdampak positif dan negatif pada seseorang yang menggunakan teknologi tersebut. Kali ini saya ingin memberikan pengalaman saya yang sudah kecanduan media sosial.

Awal generasi millennial mungkin saja dimulai dengan adanya Facebook sebagai gantinya Friendster yang sudah terkenal oleh kalangan 'remaja kolot ' waktu itu. Facebook datang dengan fitur sosial yang gemilang sehingga membuat anak muda gandrung dengan media sosial ini, kemudahan penggunaan mempengaruhi segmen 'kolot' untuk menggunakan media sosial ini.  Terlepas dari Facebook ternyata banyak sekali media sosial yang lebih menarik seperti Instagram, Snapchat, Path, Weibo dan yang lainnya.

"Yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh"  itulah kalimat yang pas pada zaman media sosial kali ini. Dimana orang didekatkan dengan sebuah jaringan media sosial dengan kekuatan jaringan internet. Dan sisi lainnya saat berkumpul bersama keluarga, rekan dan teman kerja terasa jauh karena sibuk dengan telpon genggamnya yang 'berisik' oleh cuap - cuapan media sosial. Banyak sedikitnya seseorang yang mempunyai akun media sosial pasti mendapatkan dampak negatif dan positifnya, di sini saya pribadi ingin menceritakan dampak negatif yang pernah saya alami selama ini. Dampak yang paling fatal adalah suatu keadaan dimana seseorang bisa disebut dengan 'kecanduan' dari keadaan tersebut muncul berbagai macam penyakit - penyakit psikologis yang muncul.

Tinggalkan HP Ayo Goes
Salah satu masalah psikologis yang muncul dalam diri saya adalah adanya paksaan untuk selalu membagi foto sebuah perjalanan wisata yang menyenangkan. Tiap minggu atau bulan rasanya tidak sempurna tanpa unggahan - unggahan foto wisata ke tempat indah. Dan yang 'terlalu' bagi saya adalah dimana harga diri akan turun dimana sebuah foto dengan jumlah LIKE yang kurang. Itu membuat bad mood sepanjang hari. Selain itu media sosial menuntut kita untuk berbuat sesuatu yang sempurna baik dalam segi tutur kata, pakaian dan kain sebagainya.  Padahal dalam kehidupan nyata kita hanyalah rakyat biasa yang dipaksa tampil sempurna bak artis yang penuh keglamouran.

Siksaan demi siksaan yang diciptakan sendiri mendera psikologi saya hingga saya memutuskan untuk diet atau detoks media sosial. Bagi saya detoks media sosial sangat bermanfaat sekali diantaranya menjauhkan kekacauan psikologis yang ditimbulkan media sosial, berbagai cara saya coba dan berdampak positif terhadap diri saya sendiri. Detoks media sosial yang saya lakukan diantaranya :
1. Matikan media sosial selama setengah hari,  sehari, tiga hari, seminggu atau sebulan.
2. Deactivate atau menonaktifkan sementara akun.
3. Menikmati keindahan alam sekitar tanpa membawa telpon genggam pintar.
4. Meninggalkan telpon genggam pintar saat berkumpul bersama keluarga, teman ataupun siapa saja.
5. Tahan mengunggah foto momen terbaik dan foto keindahan alam yang anda jumpai.
6. Mulailah 'berdiet' untuk membuat status di Facebook, BBM messenger, ataupun Whatapp.
7. Sempatkan waktu anda dengan kesibukan seperti berolahraga, membaca buku, bersepeda dll.
8. Dan masih banyak sekali cara untuk diet atau detoks media sosial
Demikian tips dari saya semoga bermanfaat dan kehidupan nyata lebih indah daripada dalam media sosial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...