Solu ala Muhammad....
Solu allaih....
Solu allaih....
Sebagai pembatas antar bait hikayat yang disenandungkan. Bait-bait itu dalam bahasa Arab, saya sendiri tidak pernah tahu ataupun membaca arti dari bait itu sendiri. Sejak kecil selalu setiap malam tertentu semua jemaah langgar (surau) berlatih bernyanyi kidung hikayat nabi, umumnya disebut sebagai barzanji. Dalam lidah masyarakat Jawa Banyumasan disebut perjanjen.
Syeh Al Barzanji, Sumber Foto |
Perjanjen menjadi suatu tradisi unik dikalangan masyarakat islam jawa. Umumnya mereka menjadikan perjanjen sebuah budaya yang sakral sarat akan keagamaan. Perjanjen sendiri sering digunakan pada upacara-upacara keagamaan tertentu misalnya saat slametan pemberian nama, acara peringatan kelahiran nabi Muhammad (maulid nabi), khitanan dan pernikahan. Tak jarang pula digunakan pada acara-acara tertentu.
Menurut buku sejarah kasusastran Arab syair perjanjen ini diciptakan oleh Syekh Ja'far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim yang lahir di Madinah tahun 1690 dan meninggal tahun 1766. Bait-bait pujian kepada nabi Muhammad lebih dikenal dengan nama pengarangnya yakni Barzanji. Alkisah Barzanji menciptakan bait-bait pujian kepada nabi Muhammad dimaksudkan untuk selalu mencintai nabi Muhammad sebagai tauladan dari segala aspek kehidupan baik urusan agama maupun keduniawian.
Saat di langgar setiap malam kamis selalu diselenggarakan latihan perjanjen, tentu saja setiap orang mendapatkan jatah bersenandung satu bait. Ingat bagi yang tidak bisa baca huruf Arab akan susah karena buku syair perjanjen menggunakan huruf Arab. Sekitar 20 jemaah yang ikut latihan perjanjen baik tua muda, lelaki perempuan semua ikut berlatih. Satu hal paling menyenangkan karena melepas jenuhnya belajar membaca alquran yang diadakan setiap hari. Oase kejenuhan belajar Alquran didapat di malam kamis dan malam jumat, dimana malam kamis untuk berlatih perjanjen dan malam jumat untuk yasinan.
Tiap orang memegang satu buku syair perjanjen, kadang ada juga satu buku untuk tiga orang. Syair perjanjen selalu dikidungkan bersama-sama dan kadang sendiri. Lagam jawa dan gaya klasik lebih saya sukai ketimbang lagam atau lagu dari nada dangdut modern. Bagiku lagam dari dangdut atau pop modern menjadi perusak kesyahduan dari perjanjen. Lagam lama memang seperti meninabobokan yang mendengar, hanya keuntungannya telinga seseorang akan mudah dan nyaman saat mendengarkannya.
Dari dulu hingga sekarang perjanjen selalu digunakan saat slametan pemberian nama. Saat slametan biasanya para orang tua atau tokoh agama mengumandangkan syair perjanjen dengan beberapa orang yang sudah fasih bersyair perjanjen. Biasanya empat sampai lima orang, setelah dikumandangkan orang-orang akan berdiri untuk solawatan. Sementara bayi digendong oleh saudara terdekat, dibawa keliling tujuh kali mengitari kumpulan para undangan. Setelah itu ada pemanggilan orang-orang yang dianggap tokoh masyarakat untuk mendoakan sang bayi dilanjutkan dengan mencukur rambut kepalanya dengan gunting disertai cincin emas sebagai cuthik rambut halus bayi.
Kitab Syair Perjanjen Bisa Diakses Dan Diunduh Di Play Store |
Perkembangan Perjanjen Hari Ini
Di komplek desa Karangcengek, Kubangpari dan Balater seni perjanjen sedang naik daun kembali. Lagu-lagu klasik menjadi hal utama, para guru sepuh dihadirkan kembali untuk mengajarkan lagu-lagu perjanjen. Ada beberapa langgar selalu menyelenggarakan perjanjen tiap malam tertentu. Di langgar tempatku masih tahap belajar atau bisa disebut recall memory jadi tidak menggunakan pengeras suara. Bagi saya telinga nyaman sekali tanpa adanya pengeras suara, adapun kenyamanan dari pengeras suara timbul jika volume diturunkan.
Bagi saya merupakan kemajuan besar pada sebuah seni keagamaan. Mirip seperti kesenian jathilan (kuda lumping) yang lama tidak muncul sekarang muncul kembali seakan-akan hal baru dan menjadi sebuah kesenian favorite masyarakat. Kini perjanjen menjadi bunga mawar mekar yang merona digemari oleh masyarakat muslim jawa di kampungku.
Komentar