Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Kirim-kirim Surat

Kapan terakhir kirim surat?

Kalimat tanya yang bisa dijawab dengan panjang atau sependek-pendeknya, tergantung pada pengalaman orang yang akan menjawabnya. Pertanyaan ini juga bisa menghangatkan suasana terlebih bagi orang yang pernah mengalami zaman dimana komunikasi masih mengandalkan surat. Pastinya akan lebih seru lagi jawaban dari pertanyaan di atas, jawaban berbanding terbalik disaat bertanya pada seorang yang lahir di awal munculnya SMS (Short Message Service). Bisa jadi mereka hanya menjawab surat sakit, surat izin atau jangan-jangan surat hutang.

Sejumlah Surat Yang Diterima

Perkembangan zaman, umumnya menjadi sebuah kemutlakan di mana manusia selalu berinovasi untuk mempermudah segala urusannya. Perkembangan zaman bisa menjadi sebuah tantangan tersendiri baik pada kehidupan, teknologi, layanan jasa dan sebagainya. Tak terkecuali layanan surat! 

Surat jika didefinisikan mempunyai makna yang banyak sekali, terlebih jika dijabarkan dari jenis-jenis suratnya. Maka dari itu saya hanya ingin membahas satu jenis surat dari layanan Pos. Baik surat yang dibungkus dengan amplop ataupun kartu pos, tentunya yang menggunakan perangko.

Kapan pertama kirim surat?

Pertama kirim surat itu waktu kelas empat SD (Sekolah Dasar). Saat itu populer dengan surat menyurat antar fans kepada idolanya. Saya inget sekali waktu itu saya diajari cara menulis surat kepada sang artis oleh tetangga. Tiga surat aku tulis langsung dan dikirim langsung juga, dari ketiga surat itu ditunjukan ke Sherina, Messy dan Geovanni. Semua artis cilik. Habis biaya sekitar Rp 5000 terbanyak memakan biaya adalah perangko, saat itu perangko nominal Rp 1000 adalah salah satu perangko yang bisa mengantarkan surat ke Jakarta mungkin juga ke seluruh Indonesia. Kertas dan amplop dapat dibeli terpisah dengan variasi harga dari yang super murah hingga yang mahal. Sebagai anak-anak tentunya saya memilih amplop dan kertas yang boleh dikata alay untuk hari ini.

Kartu Pos Untuk Rosi Mahendra

Tiga minggu berlalu, tidak ada kabar balasan dari sang idola datang. Aku cukup iri dengan kawanku yang suratnya dibalas terlebih ada fotonya! Saeful, saudara sekaligus tetanggaku mendapatkan balasan dari semua artis. Foto artis dipajang di depan ruang tamu sebagai tanda dia fans berat. Hal lumrah saat itu di kalangan anak-anak yang mengidolakan artis cilik. Hanya aku saja yang tidak punya foto artis. Aku cukup geram. 

Minggu ke-lima akhirnya aku mendapatkan surat balasan dari Sherina. Rasanya girang hingga ke ubun-ubun, setelah dibuka dan dibaca seketika aku mulai menurunkan kegirangan hingga level mata kaki. Hancur sudah! Balasan tidak menyertakan foto dan disurat minta perangko balasan jika ingin fotonya! Dua surat lain tidak ada balasanya, mungkin saja karena surat basah atau rusak. Maklum saat itu membeli kertas dan amplop yang murah, bisa jadi amplop rusak atau hal lainnya. Kekecewaanku ternyata berlanjut hingga muak membahas surat menyurat untuk artis pujaan. Aku emoh menyurati! 

Ada tugas dari keluarga untuk mengabarkan keuangan untuk bibiku yang tinggal di Cilacap - Jawa Tengah. Tugas itu ternyata cukup mudah yakni dengan menulis surat saja dan mengirimkan sejumlah uang melalui layanan Wesel Pos. Walaupun baru kelas enam aku dipercaya untuk hal ini, mereka percaya karena aku pernah kirim surat ke artis dan dibalas.

Sahabat Pena: Agus Maulana, Febriza & Susana

Berawal dari surat laporan kiriman uang ke keluarga bibi. Aku menjadi suka dengan surat menyurat terutama dengan anggota keluarga lainnya. Balasan-balasan surat selalu ditunggu hingga rindu yang tak tertahan. Gembira seperti memeluk pertemuan pertama saat menerima surat balasan. 

Apa punya sahabat pena?
Aktifitas surat menyurat menjadi teramat sering saat masuk kelas dua SMP (Sekolah Menengah Dasar) terutama sejak kenal dengan radio internasional yang selalu membalas surat dengan segala pernak-pernik yang menarik. Jika dihitung matematika dalam seminggu mengirimkan lima surat jadi dalam sebulan bisa 20 surat. Belum lagi surat balasan dari radio yang mengalir deras tiap minggunya.

Empat Kartu Pos Kosong Dari NHK - Jepang

Dari radio inilah saya mendapatkan teman pena diantaranya yang masih saya ingat adalah Gusriyani di Indragiri Hilir, Agus Maulana - Kalimantan, Summase Sanjaya - Makassar, Mardiana - Pangandaran, Febriza - Padang, Yusuf Hidayat - Banjarsari tentunya masih banyak lagi. Ada juga teman pena yang bekerja di Taiwan, kalau tidak salah namanya Indah Sri Wahyuni dulu bekerja di Miaoli. Membalas surat sahabat pena seperti kewajiban yang tidak boleh dilanggar terlebih mereka selalu minta balasan. Aku biasanya membalas seminggu atau dua minggu setelah surat sampai, waktu tunggu itu aku gunakan untuk mengumpulkan uang jajan yang dibelikan untuk perangko! 

Biasanya orang yang suka kirim surat punya koleksi perangko, punya gak nih?

Koleksi perangko adalah hal yang sangat lazim saat itu baik oleh perempuan maupun laki-laki. Menurut eboom yang pernah kubaca bahwa pemerintah saat itu mengadakan propaganda untuk penggalakan koleksi perangko, jadi wajar semua orang ikut dalam dunia filateli.

Koleksi Perangko: Dua Perangko Prisma Milik Pak Pos; Hendarmin

Saya sendiri mengoleksi perangko dari surat balasan teman pena, kadang ada yang memberi. Sampai saat ini koleksi perangko ku tidak pernah bertambah signifikan. Mungkin rasa cinta yang tidak maksimal untuk kegiatan filateli. Saya sendiri mempunyai dua perangko prisma, perangko yang bisa di-isi dengan gambar yang kita inginkan. Satu gambar saya sendiri dengan pakaian Bali dan satu lagi artis pujaan, Gus Teja. Alay sebenarnya ya cetak perangko prisma artis pujaan, tapi gimana lagi ya wong dia sejajar dengan Kitaro. 

Beberapa minggu lalu saya sempatkan untuk mengirim sebuah kartu pos dan satu surat untuk dua sahabatku, Rosi Mahendra di Denpasar dan Kang Kin Sanubari di Sumedang. Bersyukur sekali semuanya diterima dengan baik, tapi sempat kecewa pada penerimaan kartu pos, tampak kartu pos lusuh. Saya berpikir negative bahwa sistem pengiriman tidak begitu bagus untuk kartu pos, seakan-akan hanya barang biasa. Padahal itukan bayar! 

Sejumlah Surat Dari Stasiun Radio Internasional

Selain perangko, aku juga koleksi berbagai kartu QSL dan juga kartu pos. Hampir semuanya pemberian baik dari kedutaan besar negara-negara sahabat Indonesia, stasiun radio internasional dan juga teman dekat. Untuk kartu pos bersyukur tiap tahun selalu menerima dari stasiun radio internasional. 

Berani berkomunikasi kembali dengan layanan jasa pos? Saya kira tantangan ini luar biasa berat kecuali hanya sekedar hobi. Saya sendiri menjalani komunikasi dengan layanan jasa pos hanya untuk hobi, bukan komunikasi sehari-hari. Kalau dulu memang pos sebagai jasa layanan primer. Jangan lupa ke kantor pos ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d