Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Review Mie Gaga 100 Extra Pedas Kuah Jalapeno Level Lima

Tampilan Bungkus Mie instan Gaga 100 Ekstra Pedas Kuah Jalapeno Level Lima

Soal makanan jangan tanya, mulut dan lidahku memang terlalu beresiko untuk tidak mencicipi setiap jenis makanan. Untungnya lidah dan bibir tidak sebahaya organ yang di pertigaan antara dua paha, kan kalau sering ganti-ganti jadi sangat beresiko! Duh terlalu jauh dan gak nyambung ya.

Mie instan di Indonesia boleh dibilang bernasib sama dengan durian, ada yang membenci dan ada yang sangat menyukai. Alasan membenci dan menyukai antara durian dan mie instan tentunya berbeda, mie instan umumnya membenci karena dianggap tidak sehat. Terlepas dari stigma itu, saya tetap menyukai mie instan namun tidak intens dalam mengkonsumsinya. Dalam rumus dunia memang segala sesuatu harus seimbang, jadi sesekali boleh lah makan mie instan dan sesekali tidak makan mie instan.

Beberapa hari yang lalu sepulang dari takziah, saya menyempatkan mampir ke toko modern dengan warna khas merah! Siapa lagi kalau bukan AlfaBeta, di mana ada Si Merah di situ ada Si Kuning! Sayang Si Hijau tidak ada! Belanja kali ini tidak banyak hanya membeli perlengkapan kamar mandi. Jujur kalau bawa duit lebih ke AlfaBeta maunya dibelanjakan semua, enggak perlu ditawarin sama mbak dan mas AlfaBeta!

Berhubung duit untuk keperluan kamar mandi lebih Rp 50.000 tangan terasa gatal untuk meraba-raba barang yang aduhai ingin menyentuh dan memiliki. Ruangan 10x20 meter sengaja dikelilingi dan akhirnya tangan menjamah pada mie instan merek Gaga 100. Harganya lumayan bersaing dengan merek mie instan paling berpengaruh di jagad raya Indonesia, selisih Rp 200 dari mie instan terkenal itu. Jadi lebih mahal 200 perak aja.
Merek Gaga 100 sebenarnya sudah lama ada hanya tidak terlalu terkenal, mungkin karena distribusi mie hanya sampai warung-warung modern saja seperti AlfaBeta atau IndoToko. Iklan di tv, radio atau di media lainnya juga sangat jarang sehingga mie instan merek ini kalah dengan produk baru dari Wings (Mie Suksess). Dulu waktu indekos di Tasikmalaya dan Bekasi pas keadaan dompet kempes selalu memilih mie merek Gaga 100 karena harganya yang lebih murah daripada merek instant lainnya.

Kondisi Mie Saat Sesi Ke-Dua

Jujur, saya baru pertama melihat mie instan Gaga 100 Kuah Jalapeno dan tentunya belum pernah mencobanya. Mie yang saya beli hanya satu peces saja dengan kepedasan level lima. Mungkin masih ada tingkatan kepedasan di atasnya, tapi sayang sekali di AlfaBeta hanya tersedia level lima saja saat itu. Bungkus mie instan berwarna hitam dan kuning disertai gambar hidangan mie dengan kuah kare berwarna merah pedas. Isi dalam kemasan terdapat satu mie instan, tiga plastik isi bumbu instan (minyak, koya dan bumbu). Plastik isi minyak bukan sekedar minyak penyedap saja melainkan sumber kepedasan dari jalapeno.

Mie instan Gaga 100 kuah jalapeno dimasak dengan dicampur satu setengah genggam bayam dan satu telur ayam. Di sini saya tidak menambahkan cabai tambahan atau bubuk cabai tambahan lagi, jadi tidak ada tambahan lainnya kecuali topping. Tampilan setelah dihidangkan bisa dikata 'garang' dengan muka kuah merah pedas! Rasanya seperti kuah yang pedas dari yang terpedas. Setelah dicicipi rasa pedasnya memang mantap, bibir memerah dan sedikit menjadi kencang karena panas dan pedas bersatu masuk ke dalam pori-pori bibir dan mulut. Pedasnya cukup membuat orang tersedak! Karakter pedasnya itu terasa di sekitar mulut saja selanjutnya tidak terlalu terasa di perut dan perut tidak terlalu terkoyak karena pedasnya kuah jalapeno. Saking pedasnya saya sendiri membagi dua sesi makan!

Bumbu kuah terasa enak dan pas! Gurih, tambahan koya menambah appetit. Bagiku yang kurang dari mie instan Gaga 100 adalah konsistensi mie. Menurutku konsistensi mie tidak kenyal cenderung keras dan kaku (tidak lembut), tapi lebih baik daripada konsistensi mie Suksess. Mungkin saja konsistensi mie dibuat agak kaku berhubung kuah yang pedas membuat orang makan sedikit-sedikit sehingga membutuhkan banyak waktu. Pada sesi ke-dua atau saat mie sudah dingin. Kepedasan terasa menurun, namun masih cukup membuat bibir merah dan sedikit mengencang. 

Penilaian dariku untuk Gaga 100 Kuah Jalapeno adalah 3 dari 5.

Komentar

ultraulfa mengatakan…
Puas banget sama reviewnya. Kekhasan mie gaga kuah jalapenpnya tidak hilang.

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d