Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Uthik-uthik Kumil: Permainan Jorok Tapi Menyenangkan

Ilustrasi Permainan

Aku tumbuh dengan segala permainan yang melibatkan motorik dan sensorik, segala permainan lapangan yang kadang butuh kondisi kotor, berkeringat dan menyenangkan. Betapa beruntungnya! Ada banyak sekali permainan tradisional yang pernah dimainkan pada masa kecil mulai dari tatarucingan, ucing beureum, ucing setrum, congklak, dam-daman, dumblengan dan banyak lagi. Mungkin saja Anda tidak tahu permainan itu dari namanya tapi jika diceritakan tatacara permainannya pasti Anda kenal. Maklum saja setiap daerah mempunyai nama yang berbeda. 

Salah satu permainan yang sangat saya ingat adalah Tik-utik Kumil. Suatu permainan tradisional yang terjorok dan sundal yang menjadi tradisi permainan di kampungku. Permianan ini dilakukan oleh bocah lanang atau cah wadhon, semua bisa bermain bersama, tidak ada bias gender. Anda pasti penasaran kenapa disebut paling jorok!? 

Permainan Tik-utik Kumil adalah permainan sederhana yang dimainkan oleh dua atau lebih bocah dengan mengutik-utik* tanah ladu* yang dibentuk seperti gunung berapi, sebelumnya diberi air kecing. Jorok kan? Masa air kecing buat main-main, pake tangan pula. Bukan hanya media yang jorok saja tapi lagu saat permainan juga berisikan lirik sundal (link). Selanjutnya kita bahas lebih mendalam.

Cara Bermain
Permainan ini cukup gampang hanya memerlukan media tanah ladu saja dan beberapa orang. Pertama-tama tanah ladu dikumpulkan dan dibentuk seperti gunung (tumpeng), setelah dibentuk sempurna salah satu diantara pemain akan mengencingi gundukan tanah ladu yang dibentuk seperti gunung. Dia mengencingi tepat di atas pucuk gunungan. Hingga tercipta bentuk seperti gunung berapi. Tanah ladu yang terkena air kencing pastinya basah dan bersatu dengan tanah ladu lainnya, namun beberapa tanah masih ada yang kering. Tak lupa di tengah-tengah gunungan diberikan satu lidi sebagai penanda kekalahan.

Tatacara Pembuatan Permainan Uthik-uthik Kumil

Selanjutnya semua peserta permainan melakukan pengambilan tanah ladu (ngutik-ngutik) mulai dari yang kering sampai ke yang basah dengan menggunakan jari telunjuk. Mengumpulkan tanah hingga siapa yang merobohkan lidi yang tertancap maka dialah yang kalah. 

Tak lupa saat permainan berlangsung diwajibkan menyanyikan lagu wajib permainan. Lagu ini tak kalah jorok dan sundal! 

Tik utik kumil kedemal kedemil
Nyolong itilè nini cunil

Dua bait lagu harus dinyanyikan selama permainan berlangsung. Orang yang mengugurkan lidi itulah yang kalah, tapi umumnya tidak ada hukuman tertentu. Permainan ini sejatinya hanya keisengan anak-anak yang biasanya sudah lelah dengan segala permainan yang dilakukan seharian. Boleh dibilang juga permainan penutup sebelum bubar dari lapangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d