Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Ulasan Buku: Semua Untuk Hindia

Sesungguhnya aku terlambat untuk mengulas buku Semua Untuk Hindia, buku ini terlahir pada tahun 2014 dari rahim pikiran Iksaka Banu. Semua Untuk Hindia merupakan sebuah buku kumpulan dari berbagai macam judul cerita pendek (cerpen), jumlah keseluruhan terdapat 13 buah judul cerpen. Bukan lain isi cerita mengenai kehidupan pada masa Hindia Belanda atau Hindia Timur.

Iksaka Banu, jelas orang Indonesia asli. Tapi dalam cerpen dia memilih untuk menjadi seorang Belanda dan berpikir secara Belanda. Suatu keistimewaan tersendiri, jarang sekali penulis Indonesia yang menempatkan diri pada tokoh dan pemikiran seorang Belanda. Berikut ke-13 cerpen yang berlatar masa kolonial:

Selamat Tinggal Hindia
Tokoh aku adalah seorang wartawan, dia menemui tokoh perempuan bernama Geertje. Ada hal menarik pada cerpen ini dimana sesama inlander saling mengecam, saling membenci dan saling curiga.Tokoh wartawan mengajak Geertje untuk kembali ke Belanda, namun menolak karena dia tidak tahu Belanda seperti apa. Maklum saja Geertje lahir Dan besar di Hindia Belanda. Hal yang sangat mengejutkan terjadi saat terjadi peristiwa penembakan di rumah Geertje, sang wartawan khawatir Geertje meninggal. Namun kenyataanya Geertje lari dari kepungan tentara NICA dengan meninggalkan pesan “Selamat tinggal Hindia Timur, Selamat datang Repoeblik Indonesia”.

Stambul Dua Pedang

“Adang menjawab dengan belaian, ciuman, dan entakan tubuh yang memabukkan, membuat kami kembali melayari lautan luas, menyusuri lekuk-teluk dan semenanjung yang ganjil.
Berangkat. Berlabuh. Berulangkali. Hingga segalanya usai dalam satu tarikan napas panjang.” Hal 19.

Kutipan nakal dari cerpen ke dua, bahasa yang apik dalam mengisahkan dua insan yang sedang bercinta. Cerpen yang mengisahkan tentang Aku, seorang nyai. Pada umumnya seorang perempuan pada masa kolonial adalah barang yang bisa 'dijual’ entah untuk pria bangsa asing ataupun pria inlander, semua bisa 'dijual’ untuk suatu jabatan ataupun hanya sekedar menjaga kehormatan sesama inlander. Cerita ini menginggatkan pada karakter Nyai Ontosoroh, dimana dirinya 'dijual’ ayahnya untuk ditukar sebagai juru tulis perusahaan tebu.

Berbeda dengan Nayi Ontosoroh, Nyai Sarni atau Nyonya Van Rijk berselingkuh dengan Andang seorang inlander seniman panggung drama. Mungkin saja Nyai Sarni nekat untuk berselingkuh dengan Andang karena kesepian batinya yang tidak terpenuhi dari awal pernikahan dengan Maneer Van Rijk. Cerpen ini sangat membuat hati pembaca sedikit bingung dan bimbang, betapa cintanya sang meneer. Dia rela beradu dengan Andang di ring anggar.

Gambar Tangkapan Layar Dari Ilustrasi Pada Buku Semua Untuk Hindia

Keringat Dan Susu
Cerpen ini salah satu yang membuatku terenyuh hati, bagaimana tidak. Jika seseorang mempunyai hubungan darah ataupun hubungan emosional akan selalu terpaut walaupun dalam keadaan perang maupun keadaan lainnya. Cerpen ini menyajikan cerita serdadu di masa peralihan antara pemerintahan republik, pemerintahan kekaisaran Jepang, pemerintahan Belanda dan juga tentara kemanan dari NICA. Berikut petikan paragraf dari halaman 29:

“Ya, tentu saja. Menguasai medan bukan persoalan sulit bila anggota pasukan berasal dari satu bangsa dan memang di rancang sebagai kekuatan penggempur. Sayangnya, kami adalah pasukan antarbangsa, yang diharapkan mampu meredam gejolak revolusi melalui pendekatan yang cerdik, bermartabat, serta menghasilkan kemenangan berskala besar. Bahkan kalau bisa, menang tanpa harus menumpahkan sebutir pelor pun”

Bagiku gambaran di atas bukan hanya sekedar strategi dan tujuan dari tentara NICA yang netral tapi juga sebuah tautan emosional mereka yang mempunyai belas kasih kepada masyarakat inlander. Diantara mereka merupakan anak 'jadah’ dari seorang nyai jawa dan meneer yang meninggal di pertempuran Aceh. Seorang indo atau nyai bisa dikatakan kondisi yang tidak mudah, dimana seseorang harus dicemooh baik dikalangan Belanda totok maupun kalangan inlander. Bahkan bisa dikatakan kondisi mereka terlampau hina dibandingkan dengan inlander, hanya hartalah yang mengantarkan mereka ke kedudukan yang cukup mulia.

Jika boleh membandingkan cerita ini tak jauh beda dengan Oeroeg dari mendiang penulis besar, Hella S Hasse. Dimana seorang Mr X yang dulunya bersahabat dan dekat dengan keluarga babunya, ditugaskan pada agresi militer. Dia tidak sanggup dengan sebuah keadaan yang pelik, ingatannya melayang pada masa kecilnya yang damai dan hidup menyenangkan dengan para keluarga babu. Pada agresi militer itu dia tidak pernah sekalipun melukai penduduk setempat.

Ingatan pada masa kecil tokoh serdadu melembutkan hatinya, hingga tak menangkap pemuda yang berseragam merah-putih. Pemuda itu terselamatkan oleh raungan ibunya, kemungkinan ibunya yang sedang menyusui. Fisik dari seorang ibu menyusui menjadi hal yang terlalu dalam bagi serdadu Belanda yang mempunyai ibu susu dari seorang inlander.

Racun Untuk Tuan
Romansa antara meneer dan seorang nyai adalah cerita yang amat menyisakan sebuah kesusahan, sebuah cinta yang amat sulit pada masa itu. Jelas cerita ini akan mengiris para pembaca pada zaman sekarang, pada zaman dulu mungkin bisa membawa simpati. Tapi ingat bahwa logika pada masa itu nyai adalah golongan yang dianggap gundik. Cerita bertema ini selalu menarik dan membuat penasaran siapa pun penulisnya.

Pada cerpen ini penulis menjadi ‘Aku’ seorang meneer Belanda yang tak kuasa melepas janda inlander berserta anak-anakanya. Meneer yang mempunyai rasa cinta yang mendalam, terlebih bahtera rumah tangganya sudah berdiri sejak lama. Seakan-akan dia tidak rela melepas Imah, seorang nyai yang dicintainya. Namun apa daya dia telah berjanji didepan pendeta dengan wakil sapu tangan bersama teman kecilnya Hellena.

Racun bisa disebut sebagai hal yang sering diberikan dari seorang nyai yang ditinggalkan, disakiti hatinya atau disiksa batin dan raganya. Sajian makan malam yang disajikan Imah pada paragraf terakhir, kemungkinan besar mengandung racun sebagai tanda kekecewaan kepada meneer atau juga sebagai tanda keabadian sebuah cinta.

Gudang Nomor 012B
Cerita masa kolonial yang menarik terutama karena masalah tahayul yang sering menjadi hal yang paling melekat pada masyarakat Nusantara. Cerpen ini dikisahkan seorang indo yang ditinggal ayahnya, sementara dia hidup bersama ibu dan pamannya. Mang Acim paman yang menganggap dirinya lebih rendah dari keponakan yang berkulit putih. Sang Indo, Gijs berdinas di Cilacap sebagai polisi.

Permasalahan datang pada saat gudang nomor 12B, permasalahan yang tidak biasanya. Para kuli kapok melihat penampakan 'hantu’ Nyai Icalan Beas (Nyai penjual beras). Sosok 'hantu’ itu sering dijumpai oleh kuli-kuli beras yang bekerja pada malam hari.

Gijs, seorang polisi Indo mempunyai keberanian tersendiri terlebih rasa tahayul pada dirinya tidak melekat. Tidak seperti pada darah ibunya yang penuh tahayul. Dengan keberaniannya Gijs dan Mang Acim membongkar kasus ini. Keributan atas hantu Nyai Icalan Beas berakhir saat Gigs memergoki 'hantu’ dengan todongan senapan. Sang 'hantu’ meronta, suaranya gangu. Mungkin keterbelakangan mental, tapi yang pastinya sang 'hantu’ sedang mendekati lepra. Wajahnya rusak oleh lepra begitu juga dengan daging-daging yang melilit tubuhnya terus terguras oleh gigitan ganas lepra.

Semua Untuk Hindia
Mungkin inilah masterpiece dari rangakaian cerpen kolonial yang berjumlah 13 di buku ini. Kisah ini memang dikembangkan dari peristiwa penyerangan Puri Denpasar oleh tentara Belanda terkait masalah penjarahan. Konon masalah penjarahan kapali sebagai penyulut masalah, sehingga perjanjian antara kerajaan-kerajaan di Bali dengan pemerintahan kolonial Belanda tahun 1849 batal atau terhapus.

Diceritakan, seorang wartawan perang berkebangsaan Belanda dimintai untuk menghentikan rencana perang di Sanur Denpasar. Dalam surat yang berbahasa Belanda sang 'adik’ meminta dengan sangat, namun apalah kuasa. Belanda menyerang Puri Denpasar.

Di saat tentara kolonial datang, terdapat barisan masyarakat yang menggenakan baju terbaiknya siap mati untuk Hindia yang dicintai. Bisa dikata peristiwa ini adalah peristiwa bunuh diri masal sebagai ajang kecintaan pada Hindia. Bahkan para wanita akan melempar uang kepeng dan emas kepada tentara Belanda yang membunuhnya sebagai 'upah’. Cerita ini bukan hanya sebuah fiksi yang direka, namun salah satu sejarah yang bisa dibuktikan pada perang puputan pada 20 September 1906. Sementara wartawan itu adalah seorang politikus etis Pieter Brooshooft.

Engkau memintaku berdoa agar perang dibatalkan? Wahai Adik Kecil, telah berabad kami terjangkit penyakit gila kebesaran. Kurasa Tuhan pun enggan mendengar doa kami. Sudah lama pula kami tak bisa menghormati kedaulatan orang lain.” halaman 64.

Tangan Ratu Adil
Cerpen ini menarik sekali dimana inlander tidak akan lupa kebaikan meneer Belanda di saat pemberontakan terjadi. Banten terkenal akan keteguhan dan keberaniannya dalam melawan bangsa Belanda.

Berjuluk Ratu Adil, semua masyarakat percaya akan suatu tokoh yang akan menganggkat derajat masyarakat jelata dan menghapuskan penderitaanya. Dari julukan Ratu Adil itulah masyarakat percaya hingga berkobar semangat untuk menyerang bangsa Belanda yang bengis. Usep seorang opas di kepolisian Banten menjadi buas taatkala dibrangus semangat Ratu Adil, tak segan dia menghunus dan menjerat leher polisi senior, Dirk.

Tokoh ‘Aku’ selamat berkat kebaikan pada kiyai yang dipenjara sebelumnya. Tapi, mungkin juga dia selamat karena dia tidak tahu apa-apa (dianggap orang suci) karena baru bertugas di wilayah tersebut.

Simpan pistolmu dan pergilah selagi bisa, Tuan. Tangan Ratu Adil telah jatuh ke atas kota ini,” terdengar suara yang cukup kukenal, menyertai bunyi kokangan senapan” halaman 78.

Polluc
Kisah dua aparat pemerintahan kolonial ini berasal dari Belgia Wallonia, umumnya orang Wallonia adalah berbahasa Perancis. Kedua orang tersebut dipertemukan pada sebuah ruang sempit, berlantai jerami, berdinding yang sudah lumutan, tepatnya satu kaki di bawah gedung balai kota. Kisah ini mungkin jarang didengar terlebih pada cerita-cerita di buku pelajaran ataupun sastra berkenan dengan masa kolonial.

Uniknya dari cerita ini adalah perlawanan sesama bangsa Eropa yang menjadi aparat kemanan masa itu. Pada umumnya sebuah cerita kolonial selalu menceritakan kebengisan Belanda pada inlander, tapi ini terbalik. Kebencian pada sesamanya. Kebencian ini bukan serta merta dari sebuah kasus, melainkan hal besar. Hal yang menyakitkan bagi bangsa yang terjajah oleh bangsa lain.

Belgia salah satu negara tetangga Belanda pernah dijajah oleh tetangganya sendiri. Jadi sangat wajar kebencian muncul diantara serdadu Belgia yang ikut dalam pertempuran di Jawa. Kebencian bertambah taatkala serdadu Belanda bersikap semena-mena pada serdadu Belgia. Kisah ini terinspirasi pada pertemuan letnan Lenard dan Pangeran Diponegoro saat perjalanan menuju ke Manado, tempat pengasingan politik.

Di Ujung Belati
Berbagai kerusuhan melanda Batavia dan sejumlah kawasan di Hindia Belanda. Kerusuhan itu baik disulut oleh para kuli inlander yang memberontak dan tentara Eropa lainnya seperti Inggris. Semua pemberontakan rasanya membuat harga dari sebuah nyawa begitu murah, bahkan lebih murah dari sekilo beras.

Cerpen Di Ujung Belati menggambarkan dimana seorang pejabat keamanan terlibat dalam suatu kerusuhan. Yang menjadi titik tekan pada cerpen ini bagi saya adalah hubungan Sabeni, seorang babu yang bertuan seorang meneer. Pada pertempuran Sabeni memberontak kepada pemerintah kolonial Belanda. Namun dia tertangkap oleh tuannya, belati tajam menusuk pipinya dengan ucapan kesal.

“Sabeni,” desisku dalam bahasa Melayu. “Kuangkat kau dari tumpukan sampah, kusantuni keluargamu, kuperbolehkan kau menarik upeti. Inikah ucapan terima kasihmu? Begitu sulitkah untuk setia? Sadarkah kau, hidupmu ada di tanganku? Di ujung belati ini?” hal 99.

Disaat sang sang tuan tertangkap dan kalah oleh laskar, Sabeni menangkap sang tuannya dengan mata belati di depan muka. Niat menghunus belati tak terjadi, belati melesat ke kerah baju sebagai tanda terima kasihnya karena mengambil dirinya dari tumpukan sampah.

“Sabeni mengendurkan tekanan lututnya lalu menampar wajah ku satu kali sebelum beranjak pergi. Di ambang pintu ia membalikkan badan. Dalam gelap, terasa olehku bahwa matanya yang tinggal satu menatap lurus kepadaku, mengiringi suaranya yang berat dan datar: “Terima kasih telah meng angkatku dari sampah.” hal 103.

Bintang Jatuh
Sebuah sandi yang diucapkan serdadu Belanda untuk memusnahkan orang-orang Tionghoa pada saat kerusuhan di Batavia. Kerusuhan demi kerusuhan terjadi tak terkecuali dengan para Tionghoa yang seringkali dimanfaatkan dan diperas hartanya oleh sekumpulan orang-orang Belanda. Pada cerpen ini memang banyak sekali kekerasan namun ada satu paragraf yang paling tidak berisi cinta kasih. Kejadian dimana seorang Belanda membunuh tukang nasi bebek saat dirinya sedang duduk di bangku warungnya.

“Kau gila! Ia baru saja memberimu makan!” bentakku. Si tambun tersentak, seolah baru terjaga dari mimpi. Tanpa bicara, dibuangnya pedang ke tengah sungai, lalu ia menyingkir. Aku bermaksud mengikuti langkahnya, pergi jauh dari tempat terkutuk ini, ketika mendadak terdengar suara parau: “Bintang jatuh!” halaman 115.

Penunjuk Jalan
Awal cerita seorang Joep terjatuh dari kereta yang ditunggangi, tulangnya remuk sehingga perlu bantuan. Jorijs seorang dokter yang akan menjadi mentri kesehatan yang menjadi penumpang membantunya dengan membuat bidai, perjalanan tidak bisa dilanjutkan karena keterbatasan alat dan tidak ada orang lain.

Di saat genting itulah seorang pangeran rela membantu sang calon mentri kesehatan. Jorijs dan Joep dibawa ke perkampungan sang pangeran untuk sekedar istirahat dan juga mendapatkan pengobatan. Jorijs merasa kagum atas pengobatan tradisional yang dilakukan tabib utusan Pangeran.

Rasa penasaran Jorijs pada identitas pangeran begitu mendalam, sampai akhirnya menemukan kunci jawabannya. Pada sebuah karya lukisan dari maestro lukisan di Hindia, terpampang wajah pangeran dengan membawa bendera. Dari situlah identitas pangeran terbuka. Cerpen ini terinspirasi dari cerita Untung Suropati.

Mawar Di Kanal Macan
Masalah pergundikan di Hindia adalah hal yang bisa jadi masalah moral yang diatur negara, di Belanda sendiri hukum perzinahan sangatlah ketat sehingga banyak juga yang dirugikan. Pada cerpen ini mengisahkan sosok seorang perempuan Belanda totok berselingkuh dengan mantan serdadu yang mempunyai julukan Pahlawan Batavia.

Kisah ini terinspirasi dari Saartje Specx, putri Jacques Specx, sahabat Gubernur Jenderal Jan Pieters zoon Coen, dituduh berbuat mesum dengan kekasihnya, Pieter Cortenhoeff, di kediam an Coen. Pengadilan memutuskan, Saartje dihukum cambuk, sementara Cortenhoeff dipancung. Tijgersgracht atau Kanal Macan: daerah elite di Batavia abad XVII. Diambil dari nama kanal yang membelah pemukiman itu. Letaknya sekitar jalan Lada, dekat Stasiun Kota sekarang.

Penabur Benih
Satu kapal dagang menuju Hindia Belanda untuk suatu perdagangan, namun dalam perjalanan banyak orang yang meninggal karena wabah pes dan kekurangan vitamin c paling buruk. Dari beberapa penumpang adalah seorang pendeta dari kalangan katholik dan protestan.

Berdebatan tentang agama dari kedua cabang besar agama kristen itu lumayan membuat gaduh di kapal. Terlebih tuduhan akan kekafiran, kemurtadan yang membuat wabah dan penyakit semakin menjadi. Harapan akan penaburan benih-benih kristen di tanah Ambonia menjadi api yang mengobarkan semangat, hingga akhirnya berlabuh di pulau Enggano.

Dari keseluruhan cerpen penulis sangat piawai dalam menjalankan perannya sebagai seorang bangsa Belanda. Isu-isu populer pada masa kolonial diangkat dengan penuh dramatis mengundang berbagai pertanyaan yang berkelanjutan. Hal cinta selalu ada dan tertanam pada sederet cerpen milik Iksaka, bukan hanya cinta seksual saja melainkan pada cinta kemanusiaan dan tanah air. Gaya penulisan yang halus terutama pada adegan-adegan gelora ranjang membuat otak sedikit nakal namun penuh rasa.

Ulasan dan penilaian terhadap buku ini hanyalah sebatas pembaca awam yang sepenuhnya subjektif tanpa membawa pakem dari sastra atau keilmuan kebahasaan.

Hujan di Pamarican, 13 Maret 2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d