Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Kenikmatan Yang Tidak Ada Di Surga

Manusia terlahir bagai kertas hitam, putih atau warna apa saja tanpa coretan. Orang Yunani bilang 'tabula rasa', hal yang kosong, hampa, tidak berisi, bersih. Itulah hakekat manusia terlahir dari sudut pandang tertentu, tidak ada kebaikan yang terbawa ataupun kejahatan warisan iblis yang mengalir. Semua tabula rasa, kosong. Lalu siapa yang mengisi? Hanya waktu yang mengalir hingga detik ini dari setiap aspek yang saling tarik menarik seperti magnet, proton dan neutron. 

Aku, Lingga Mahardika lelaki berumur 23 tahun. Terlahir dengan tonjolan kecil di pertigaan selangkangan sebagai tanda jantina. Entah mengapa namaku Lingga Mahardika, apa tujuan ayah memberi nama itu. Tapi inilah kenikmatan berkat nama Lingga Mahardika, keberkatan tersendiri. Memang linggaku terlalu mahardika untuk seusia sekarang, seakan nama ini sebagai sebuah harapan abadi yang selalu muncul untuk yang empunya nama. Aku bangga dengan itu! 

Aku tak tahu apa lagi dengan kehidupan ini, hanya menikmati saja secuil demi secuil kenikmatan yang tiada tara terutama kenikmatan pada linggaku. Entah kenapa mesti ketagihan pada sensasi geli di linggaku. Bisa jadi tiga kali dalam sehari untuk menyenangkan diri dengan menggesekan lingga ke telapak tangan. Mata tertutup, mulut menganga berdesir suara ah..... menyiprat perut dan rambut kepala. Puas dan lega. Tisu putih seperti tabula rasa kotor oleh lendir berbau amis, bersih hanya sisa anyir. Kotornya tisu seperti kotornya tabula rasa yang kumiliki, tentunya dari sudut lain. Tapi semua itu hal yang biasa dan nikmat untuk diriku.

Hari itu awan mendung membawa ketegasan alam, seperti mengancam tapi penuh keberkatan. Lalu lalang manusia kian menyepi, semua disibuki oleh peran hujan dari atas ke bawah terjun membuai manusia untuk terlelap dalam kehangatan kapas kapuk. Aku melihat dari jendela yang tak bertirai, sementara daun pintu melongo bak bibir seksi model yang melongo sedikit. Hari itu aku tak peduli dengan sesiapapun, memang di rumah kosan ini tidak ada orang lain kecuali aku sendiri. Mungkin ada satu dua iblis mengintipi tubuhku dalam setengah telanjang, menikmati setiap lekukan otot perut, kasarnya bulu-bulu di dada, paha, lengan dan pipi. Dan aku lagi-lagi tidak peduli dengan perilaku iblis yang sedikit kagum pada tubuhku, keirian iblis memang sudah lama mendera jiwanya dimulai dari Adam dan Eva tercipta dalam bentuk yang super seksi.

Hujan mulai meruah menjajahi setiap dasar bumi, wangi hujan membawaku sedikit ngaceng, dinginnya hawa hujan menambah hormon untuk bekerja keras dengan segenap saraf yang ada di lingga. Linggaku membesar dari 10 centimeter menjadi 14 centimeter, masih 'setengah matang'. Aku terdiam menikmati, namun ada rasa sayang untuk dibuang. Menahan dengan peralihan lain yang mujarab, mengusap lingga dengan sedikit minyak kayu putih. Rasanya sedikit panas, tentu saja tidak nyaman, apa boleh buat hanya ini ramuan paling mujarab diantara lainnya. Dari 'setengah matang' menjadi 'pentil' sebab ketakutan panasnya minyak kayu putih. Aku puas dengan mukjizat minyak kayu putih, birahi musnah lambat laun dengan pasti. 

Lunglainya birahi berbading terbalik dengan daya khayalku, semakin berkhayal liar ke awan-awan hitam penetes air hujan. Senyum-senyum dan merasa khawatir sendiri, suatu hal absurd. Aku lemas terbawa khayalan tanpa ujung. Oh betapa kagetnya derit pintu melongo dengan suara berat lelaki merusak khayalan seketika. Bram pemilik suara berat mendorong pintu melongo itu dengan keras brak....

"Huy lagi ngapain lu, bugil pula!".
"Eh lu mas!"

Bram adalah sosok pria rupawan berkulit coklat khas pantai, lekukan otot melapisi bidang perut, lengan, paha dan sekujurnya. Perawakan mas Bram memang sekel, tinggi badannya tidak terlampau tinggi denganku hanya beda lima centi saja. Mas Bram menempati kamar kos nomor 32, dua nomor terlewat dari nomorku. Setiap keluar masuk kosan selalu terdengar suara alas kakinya yang terseret tegas, lamban dan jelas. Jika membicarakan mas Bram butuh waktu lama untuk merinci dengan segala kekaguman dan misteri yang terkandung. Untuk mempermudah gambaran tentang karakternya, aku gambarkan sebagai pemuda pujaan birahi.

Sejak tinggal di kosan "Wisnu Kencana" hanya mas Bram saja yang nampak cuwek kepada setiap orang termasuk padaku. Ada keanehan pada dirinya seperti kharisma yang membelit dan membawa misteri untuk setiap orang yang memperhatikannya. Dan aku termasuk! Ada suatu waktu terjadi hal yang membuat aku dan mas Bram menjadi akrab, aku lupa kejadian itu.

"Ling, kenapa lu setengah bugil! Njir kagak malu lu sama gue?"

Tatapan mas Bram begitu tajam, begitupun pupil mataku semakin melebar memfokuskan pada lekukan tangan dan dada bidang penuh bulu halus kriting. Aku semakin menatapnya, lupa dan hanyut pada khayalan liar. Aku tak menjawab, diam terpana. 

"Huy sadar lu..sadar!"
"Eh mas! Ngapain lu ke sini keluar dulu sana!"
"Halah ribet, sama-sama laki-laki kok malu"

Pandangan mas Bram masih menyorot pada tubuku, sinar matanya semakin tajam ketika mendekati kasur putih yang tertindih tubuh setengah bugil. Begitupun aku melihatnya dengan kekaguman dan degup birahi. 

"Lu punya kontol, gue juga punya malah lebih gede dari punyamu!"
"Ah...masa gak percaya"
"Wah nantangin nih..."

Pandangan mas Bram semakin menyala, lengannya yang coklat mennjembulkan guratan otot, aku berdesir lirih dan mendadak mengencang sebanding dengan kenakalan mataku. Mas Bram semakin dekat dengan kasurku dengan terburu-buru. Tangan kokohnya menyeret tanganku ke bagian yang sejajar dengan mukaku. Aku terdiam terpana, serasa masuk ke dunia lain yang tak pernah disangka baik oleh iblis maupun malaikat.

"Pegang! Besar kan?!"
"Eh mas...mas...mas...! Lah kok beneran"
"Iyalah wong kamu nantangin, mukamu juga bilang gak percaya. Apa masih belum percaya?"
"Iya mas...iya mas... ampun dah ampun..."
"Kamu kok setengah telanjang, kacutan doang lagi. Apa lagi coli ya? Ngaku lu!"
"Enggak mas, wong lagi pengin bugil aja"
"Alah.. alasan aja lu, hati mau coli ya?! Noh jendolanmu semakin membesar hahahaha....ngaceng ya hahaha ngaceng lu"

Tanpa terkontrol dan kemujaraban minyak kayu putih sirna oleh kharisma birahi dan sentuhan pada area kelamin mas Bram. Aku benar-benar ngaceng tanpa kontrol, tak bisa menolak untuk lemas karena pedasnya minyak kayu putih. Semua sirna karena birahi yang muncul.

"Kalau aku coli, lah mas mau ngapain?"
"Hahahaha ya ngapain kek"

Mas Bram nampak gugup, suara beratnya agak melemah dengan pertanyaan tamparan dariku. Itu hanya sementara ternyata, dia membalik pertanyaan dengan jawaban yang tak main-main.

"Aku bantuin lah.... hahahaha. Mau gak dibantuin"
"Eh buset dah"

Seketika terdiam, mas Bram duduk di kasur dekatku, mendekat dan mendekat dengan membisik lirih.

"Aku bantuin, apa mau bareng-bareng?"

Hening, dengan degup suara jantung yang nyaris terdengar dalam kesunyian yang aneh. Hembusan nafas dari dalam paru-paru terasa sesak, nafas menjadi berat menerima kenyataan mengejutkan. Degup itu semakin terdengar saat tangannya mulai memegang gundukan celana dalam yang penuh oleh kontol yang mulai mengembang karena rangsangan pikiran. 

"Ayo mau gak, ah sesama laki-laki. Gak bakal hamil kok"

Aku masih hening dengan degup jantung yang turun naik, sesak menjadi saat tangan yang penuh bulu halus itu meremas gundukan celana dalam yang tak terasa membesar. Tangannya kembali liar dengan meremas semakin kuat dan sentuhan lembut pada bidang perutku, buku halus menerima respon itu dengan degupan tak beraturan. 

Masih hening, aku memasuki pintu dunia lain yang hening penuh misteri dan keterkejutan. Tangannya masuk ke dalam celana dalam mengambil batang yang tegang, aku luluh. Nafsuku terbakar.

"Ah...."

Turun naik gerakan tangannya memegang dan meremas biji peler. Wahyu apa yang turun padaku hingga tanganku menggapai celana chinos yang masih rapi. Perlahan membuka kancing dan ikat pinggangnya dan terbuka.

Hening dengan segala keliaran yang ada.

Isi celana dalamnya juga membesar, sama sepertiku. Kupikir dia bercanda, tapi ini benar kobaran birahi. Celananya sedikit basah oleh percum yang menetes lengket. Ku pegang dengan gerakan yang sama dengan yang dia lakukan padaku.

"Sebentar, aku tutup dulu pintunya"

Aku tidak menutuo pintu, melainkan dia yang berdiri dan mengejar pintu untuk ditutupnya. Aku melihatnya dengan detil dari langkahnya yang berwibawa, aku semakin mabuk dan terkobar birahi. Tak ingin lama untuk ditinggal dan kembali panas berkobar.

Dia kembali sambil membuka satu persatu pakaiannya, mulai dari kaos kaki, celana, dasi dan baju. Hanya celana dalam yang masih membalut bagian yang akan dimainkan. Aku masih memandangnya dengan tatapan liar, aneh, dan kagum. Di kembali mendekat dan mencium bibirku, aku semakin terdiam dan menikmati lumatannya.

Lumatan lembut itu mulai mengugah birahi semakin tinggi, ku balas dengan lumatan yang lebih kuat dan dia membalasnya dengan kuat hingga tersengal tak ada kesempatan oksigen masuk merusak keliaran kita berdua. Mulut mas Bram terasa bau rokok, bau maskulin dengan rasa sedikit manis dan khas tembakau. Aku sakau dengan wewangian ini, gairahku naik sampai ujung ubun-ubun.

Mulutnya berpindah ke leher, menciumi jakun, sisi leher. Semakin keras, sarafku terasa geli dan nikmat.

"Mas...mas...ah...ah..."

Gerakan mas Bram semakin tegas dan liar, dia menjamahku sampai puting, dilumatnya kiri ke kanan. Aku menggelinjang penuh kenikmatan, turun dan turun hingga bawah pusar. Aku hanya melenguh agak keras.

"Ah...ah...ah...mas..."

Setiap terjilat pada titik sensitif aku semakin terbakar dan menggelinjang menikmati segala permainan. Kadang aku membalas dengan melumat telinganya, semakin aku lumat dia semakin kasar mengolah jilatan pada tubuhku.

Kontolku semakin tegang, begitupun sebaliknya. Aku memberanikan diri membuka celana dalam mas Bram yang sudah muat lagi oleh tegangnya aliran deras darah yang masuk ke rongga spons kontol. Bentuknya sama seperti punyaku hanya lebih panjang dan lebih tebal, aku baru mengakui punya mas Bram lebih dari yang aku bayangkan sebelumnya.

"Kamu loli aja ya"

Aku paham dia memintaku untuk melumat penisnya. Aku coba untuk melumatnya dengan nafas berdesir aku memulainya. Mas Bram mulai menggelinjang saat mulutku memasukkan kontolnya yang tegang. Aku tidak tahan dengan ukurannya yang terlalu besar, mulutku tidak cukup untuk menampung ukurannya.

"Ah...ah...ah..."

Ku pegang bokongnya yang montok, menggerakkan maju mundur melumat sampai dalam dan aku tersedak. Mas Bram sekali lagi melenguh agak keras.

"Ah...ah...ah... anjing enak baget"

Dia menjambak rambutku dan semakin keras gerakan maju mundur yang tercipta oleh tubuhnya untuk memasukkan kontolnya ke mulutku. Aku tidak kuat.

"Oho...hok...hok..."

Kembali tersedak.


Kini mas Bram mulai mengambil posisi aktif, dia mulai menciumi tubuhku kembali mulai dari pusar hingga kontolku yang tegang. Dilumat dari ujung penis ke ujung peler, nafsu birahinya memuncak. Aku melenguh berkali-kali sebagai tanda kenikmatan yang diberikan. 

"Mas...mas...ah...mau keluar...mau keluar"

Dia semakin keras melumat kontolku, semakin keras dia melumat semakin keras aku menjambak rambutnya. 

"Ah......."

Mataku terpejam dengan lenguhan panjang. 

----------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------

Semenjak peristiwa itu aku dan mas Bram mempunyai hubungan khusus yang tidak ada diketahui orang lain. Aku menikmati kenikmatan yang tidak ada di surga.

Pamarican malam rintik dengan orkestra kodok musim hujan, 20 Oktober 2020.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...