Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Laut Bercerita - Leila S Chudori

Laut Bercerita, novel milik Leila S Chudori booming di kalangan pemuda terlebih pada mahasiswa yang senang beraktifis. Aku pun pernah mendengar sekilas ulasannya di sebuah podcast favorit, tak ketinggalan pemilik podcast menghadirkan penulisnya langsung. Ah apa aku masih terbuai sastra lama Indonesia, menyampingkan kebaruan. Satu hari buku ini kutemukan di lautan internet dalam bentuk PDF, diunduh dengan besaran data 8 MB. Penyampingan kebaruan itu ternyata masuh bercokol di benak seleraku, sehingga PDF itu belum juga dibaca. 

Jika PDF ada kutunya kupikir dia akan bolong-bolong dimakan kutu buku, karena saking lamanya tidak dibuka. Satu hari teman mengembalikan buku milikku dengan bonus memberi pinjam buku Laut Bercerita. Enam bulan sudah dipinjami belum jua dibaca, hingga akhirnya menjelang ramadhan buku dilahap dengan pelan. Aku takut memutahkannya karena bukan seleraku.

Kesan awal pada novel ini adalah tentang laut yang indah, tentang nelayan akan keindahan lautnya. Ternyata pikiranku salah, novel ini sebenarnya diambil dari nama tokoh utama yakni Biru Laut. Jilid buku yang bergambar biota laut seakan-akan novel ini membawa kita pada latar belakang kehidupan nelayan ataupun bahari. Namun keliru,  kaki dengan rantai besi menjadi kunci dimana Si Biru Laut ini dihukum keji oleh pemerintah Orde Baru dengan teknik penculikan yang menjijikkan. Disiksa, disekap, dan diberi bandul besi untuk dilarung di lautan. Mengerikan.

Laut Bercerita ini adalah kisah dari seorang mahasiswa yang bernama Laut menceritakan lini masa dari kehidupannya sebagai mahasiswa aktivis pada zaman orde baru. Dia dan mahasiswa lainnya memperjuangkan kehidupan bangsanya agar tidak diperlakukan semena-mena oleh penguasa. Buku ini diawali dengan prolog yang menyingkap kilas dari sebuah bundel cerita. Pengenalan tokoh berlangsung pada awal cerita dengan latar belakang masing-masing. Latar inilah yang membuat dari tokoh cerita bergabung dengan 'rumah hantu' sebagai pusat aktivis mahasiswa Jogja. Sebagai contoh Bram seorang Cilacap merasa terpanggil karena latar belakang masa kecilnya dimana ia mendapati jenazah pengasuhnya yang tergantung di sebuah pohon karena lilitan hutang. Contoh latar belakang lainnya dari mahasiswa datang dari Kinan dimana gurunya tiba-tiba dipecat dengan alasan keluarganya terlibat oleh golongan kiri. Seluruh cerita menggambarkan pilunya siksa dari pemerintah Orde Baru dan juga betapa penuh harapnya para keluarga korban 'orang hilang' untuk bisa bertemu kembali dengan sanak saudaranya.

Perjuangan para aktivis mahasiswa ini tercegat oleh intel dari pemerintah Orde Baru, sehingga beberapa orang dinyatakan hilang ataupun mati. Penculikan ini terjadi bukan tanpa sebab melainkan menyusupnya sang pengkhianat, diantara teman-teman aktivis memang ada yang ditengarai menjadi mata-mata. Sayang dugaan itu salah orang, malah sang pengkhianat inilah beraksi seperti orang polos. Siapakah pengkhianat yang mengantarkan Laut dalam penyiksaan?

Leila Chudori bukanlah penulis kacangan, setiap kata membawa pada layar lebar jelas pada otak masing-masing. Alur cerita yang maju mundur tanpak enak dibaca dan teratur. Dia juga menyisipkan cerita kuliner sehingga tidak terasa bosan. Bayangkan saja jika tidak ada cerita kuliner keluarga di dalamnya, maka novel ini hanya bercerita tentang aktivis kampus dan penyiksaan dari para durjana Orde Baru. Sisipan puisi juga berjajar di beberapa episode, puisi-puisi indah menambah kedalaman sebuah cerita.Dua sudut pandang ada dalam buku ini, pertama dari sudut pandang Laut dan kedua dari adiknya yakni Asmara Jati. Leila S Chudori sukses membawa saya dalam keadaan kebingungan sama seperti mahasiswa yang dijerat dan dilakban mulutnya kala itu.

Judul: Laut Bercerita 
Penulis: Leila S. Chudori
Penyunting: Endah Sulwesi & Christina M Udiani
Cetakan: Ke-25, Desember 2021
Dimensi: x+379 hlm; 13,5 cm x 20 cm
Penerbit: KPG Kepustakaan Populer Gramedia
ISBN: 978-602-424-694-5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d