Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Rekor Akhir Tahun: Gowes Ke Gandrungmangu

Tahun 2019 lalu merupakan tahun yang kurang bergairah untuk persepedaanku, entah kenapa harus menyematkan kurang gairah. Mungkinkah karena tidak ada kemajuan yang berarti dari segi rekor, peralatan, sepeda baru atau apa? Salah satunya dari itu. Segala kebosanan karena hampir semua track sudah dilalui terutama wilayah Kabupaten Ciamis, Pangandaran dan Kota Banjar. Mentok dan mentok dari ujung ke ujung, kalau mau lebih jauh mesti bangun pagi sekali dan pulang cukup malam, untuk biaya mutlak membutuhkan uang banyak.

Rekor tahun 2019 yang didapat selain keliling Gunung Gegerbentang Kecamatan Pamarican dan Banjaranyar adalah gowes ke arah timur sampai ke Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap - Jawa Tengah. Kalau diukur melalui GPS milik Google Maps sekitar 53 Km dari rumahku di Pamarican. Jika ditotal untuk pulang pergi maka 106 km untuk putaran roda sepeda. Wah cukup jauh memang dan cukup membanggakan karena pernah ke Gandrungmangu menggunakan sepeda.

Kontur Track
Pada umumnya jalan yang dilalui menggunakan jalan beraspal jenis hotmix dengan kondisi baik pada jalan nasional, jalan kabupaten maupun jalan desa. Beberapa track berkontur bukit seperti dari Jalan Nasional 18 - Batulawang - Kujangsari (Langensari) di track ini dapat ditemui berbagai jenis tanjakan dan belokan yang curam. Kesulitan cukup sedang karena ditambah jalan sepanjang Batulawang - Kujangsari berukuran sempit jadi mesti berbagi dengan kendaraan lainnya.

Dari Langensari - Gandrungmangu pada umumnya berkontur datar dengan jalan yang cukup lurus. Di sini anda akan mengalami kebosanan dan cukup letih karena track yang lurus dan datar, usahakan ada sesi jalan kaki dan istirahat cukup. Kami istirahat cukup banyak pertama di Jamban - Lakbok, Sidareja, dan alun-alun Gandrung.



Biaya
Pembiayaan cukup ringan karena dibantu oleh Zaenudin Ahsan, ponakanku yang tinggal di Gandrungmangu jadi lumayan membantu terutama soal makan besar dan minuman. Awal keluar uang saat di Jamban - Lakbok di sana kita makan mie ayam dengan harga Rp 7000 perporsi, selanjutnya kami makan dawet ayu di Sidareja dengan harga Rp 4000 perporsi, wah untuk dawet ini sangat nikmat sekali karena menggunakan bahan alami semua dan takarannya juga pas, selanjutnya saat pulang kami juga makan es dawet ayu ini lagi. Dari sepanjang perjalanan kami hanya makan dua kali saja, selanjutnya makan besar di rumah Zaenudin.

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...