Tulisan ini pernah disiarkan di Radio Taiwan Internasional acara Jurnal Maria pada 28 Desember 2020.
Bulan baru di akhir tahun, Desember. Walaupun tanggal muda, namun terasa usang karena berada di penutupan tahun. Ibarat kata Desember adalah tempat introspeksi diri, sementara Januari sebagai tempat peletakan harapan-harapan yang baru. Ada juga yang bilang bahwa Desember sebagai waktu 'tutup buku' entah buku apa yang mesti direnungkan kembali, dikoreksi kembali ataupun ditinjau ulang.
Tahun 2020 adalah tahun istimewa, lebih istimewa daripada angka keramat manapun baik angka 4,13, 666 atau angka keramat lainya dari penjuru budaya dan kepercayaan. Namun 2020-lah yang nyata, entah untuk urusan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan yang lainnya. Semua merasa tahun ini (2020) adalah tahun tersial. Tahu apa alasannya? Jelas semua ini karena pandemi. Tidak ada yang memungkiri keadaan ini, hanya harapan baik di tahun selanjutnya.
Sedemikian 'sialnya' tahun 2020 tentu saja tidak akan meninggalkan hikmah begitu saja, porak poranda mutlak, tapi ada efek lainnya membawa kebaikan. Seperti meletusnya gunung berapi membawa petaka juga kesuburan, jadi intinya ada positif dan negatif seperti konsep Yin dan Yang. Tinggal manusianya saja yang mengolah segala keadaan ini.
Dari Baca Buku ke Jurnal Maria, entah berapa judul ulasan didengungkan di RTISI. Semuanya mengalir begitu jauh seperti aliran bengawan. Di sini izinkan saya bercerita tentang kehidupan diri sendiri terutama bidang buku, berbagi cerita ini saya harap penghiburan tersendiri bagi para pendengar. Syukur-syukur pendengar sekalian bisa membaca ataupun mencari buku yang pernah saya baca, sehingga kita bisa diskusi tentang buku tersebut.
Kembali lagi pada tahun 2020, bagiku tahun ini adalah tahun yang istimewa untuk membaca buku dan belajar jarak jauh. Banyak sekali waktu yang tersedia pada pandemi kali ini sehingga leluasa dalam melakukan aktivitas khususnya membaca buku, berkebun, dan pekerjaan rumah lainnya. Awal tahun 2020 saya sendiri mempunyai banyak resolusi salah satunya membaca 100 judul buku dan mengulasnya baik di acara ini, maupun di blog saya sendiri. Tentu saja setiap resolusi disertai evaluasi pada akhir waktu yang ditentukan, sebagai bulan terakhir Desember saya jadikan bulan evaluasi seperti masyarakat dunia lainnya.
Target seratus judul buku ternyata gagal mencapai target. Hanya 63 judul buku saja, dari 63 buku itu ada satu judul buku yang mesti diulang karena ilmu dan pemahaman saya belum masuk ke sana. Satu judul buku mesti dihentikan membacanya karena mengandung kebencian sektarian dan empat buku yang masih dalam proses membaca atau ditunda sampai ada kemauan dan semangat lagi untuk membaca buku tersebut. Jadi jika ditotal judul buku yang dibaca penuh dan memenuhi syarat pemaham saya hanya 57 judul buku saja. Kesimpulan target resolusi 100 judul buku hanya mencapai 57% saja. Semoga tahun depan bisa mencapai target 100 judul buku.
Dari 57 judul buku mana paling menarik dan berkesan? Dari semua rangkaian kegiatan membaca selama satu tahun saya mempunyai beberapa judul buku yang membuat saya kagum, mabuk, ngawang-ngawang karena buku tersebut diantaranya:
Seksualitas Leluhur Jawa - Budiono Hadi, Buku ini masuk katagori "woow" karena saya sebagai orang Jawa modern ternyata leluhur saya sendiri mempunyai falsafah dan ilmu seksualitas yang tinggi dipadu dengan agama, kepercayaan dan kesehatan sehingga terbentuk keilmuan tradisional tersendiri seperti ilmu kamasutra di India.
Arus Balik - Pramoedya Ananta Toer. Novel dengan 800 halaman ini berisikan banyak falsafah hidup, alur cerita yang menarik dan gambaran Nusantara lama yang mirip dengan Indonesia hari ini.
Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur - Muhidin Dahlan, Novel ini membuat saya mabuk dan ngawang-ngawang betapa dunia ini banyak isinya. Pandangan orang selalu berbeda dari sudut kepala manapun, dari novel ini kita mesti berkaca banyak bahwa manusia harusnya lebih dinamis dalam melihat situasi.
Di Belanda Tidak Seorangpun Mempercayai Saya - Marteen Hidkes. Buku ini termasuk jenis investigasi sejarah, Marteen merasa dirinya tergugah untuk menginvestigasi sejarah ayahnya yang pernah menjadi serdadu Belanda di Indonesia pada zaman kolonial. Investigasi ini menarik karena keterlibatan ayahnya dalam pembunuhan massal di Sulawesi Selatan yang terkenal dengan peristiwa Pembantaian Westerling. Pembantaian ini menghilangkan nyawa manusia sebanyak 40 ribu.
Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan. Adalah novel karya penulis Indonesia modern dengan karakter tersendiri. Novel yang tidak membosankan dengan segala tokoh dan jalan kehidupan yang menarik. Untuk membaca novel ini diperlukan ilmu filsafat agar lebih banyak memahami apa yang dialami oleh sang tokoh.
Memang masih ada 10 judul buku yang menarik, tapi lima judul buku inilah yang menurut selera pribadiku lebih keren dan membuat mabuk.
Kira-kira berapa judul buku yang telah diselesaikan tahun 2020 dan berapa target untuk tahun selanjutnya? Kalau bisa mohon bagikan pengalaman membaca buku dari teman-teman sekalian selama tahun 2020. Kiranya tutup buku tahun 2020 sampai disini, mari songsong tahun 2021 dengan banyak harapan pada dunia yang sedang sakit ini. Tuhan memberkati!
Waluyo Ibn Dischman
Pamarican, 13 Desember 2020
Komentar