Aku seorang manusia yang tercipta oleh Tuhan dan memang diinginkan oleh Tuhan. Dan aku mempunyai agama yang sudah merasuk tercekoki sejak kecil, kini otakku bertanya pada jika jika jika dan andai andai andai. Sejak kecil dulu aku sering berpikir soal ini hingga jembutku lebat pun masih berputar di sel-sel otak nan rumit. Seperti apa?
Aku manusia, tinggal di bumi tercipta oleh Tuhan, bumi yang luas, melihat ke atas lagi tatanan galaxy begitu luas dan hingga pada seluruh jagat tak terbatas. Ini sebenarnya apa?
Tubuh besar ini dilabeli manusia, hewan yang bisa menawar. Masuk lagi pada organ, sel hingga nukleus dan pada atom. Pada partikel kecil hingga ujung tak terhingga apa maksudnya ini? Kehampaan, kosong dan ada.
Jika aku Tuhan, mungkin aku akan jenuh dan merasa kesepian karena aku satu. Tidak ada teman, keluarga ataupun tetangga. Apakah Tuhan kesepian?
Dan jika aku Tuhan, apakah Tuhan juga tercipta. Kenapa tiba-tiba ada Tuhan, di titik terjauh hingga hitam dan kosong apakah ada permulaan tentang Tuhan. Apakah tiba-tiba ada dan menjelma menjadi pencipta dengan segala yang Dia inginkan?
Di ujung alam ini melihat sangat luas luas luas dari ilmu yang dipelajari sejauh apa bentuk alam semesta yang Tuhan ciptakan. Apakah ruangan yang dibuatNya seperti mangkuk, kaleng atau hanya sebatas hamparan begitu saja.
Jika Tuhan merasa bosan, akupun merasa banyak tanya.
Pikiranku sangat mengerikan sejak mendengarkan kata Tuhan dan ciptaan di sekolah agama, melayang hingga galaxy nan luas dan menyempit mengecil hingga inti atom. Pada penciptaan Tuhan sendiri dan pada kebosanan Tuhan.
Pernyataan ini dan jika jika jika ini bukan sebuah kesalahan, tapi ke-ada-an yang liar. Hingga bertemu pada jawaban yang melemaskan.
Pada Adam yang tercipta pertama, dan kenapa Eva tercipta setelahnya? Tidak berbarengan, apakah karena sebuah kebutuhan sehingga terjadi penciptaan kembali dengan bentuk yang melengkapi?
Pada sifat Tuhan yang sama dengan manusia, ketakutan itu menghanyut pada muara hati dan jantung saat mendengar Tuhan pun marah, mempunyai dendam, juga mempunyai rasa cemburu yang tinggi.
Saya rasa gak bukan kegilaan semata, sebatas tulisan tertunda sedari kecil dan kini tertulis sebelum tidur.
Di samping jendela kayu, 29 Agustus 2021
Komentar