Pertengahan bulan Juli saat saya karantina mandiri mendapatkan sepucuk surat dari sahabat Instagram, namanya Sultan lengkapnya Sultan Saladin dari Surabaya. Awal saya berkenalan karena saat itu sedang rindu akan romansa surat menyurat hingga akhirnya mencari teman untuk korespondensi. Hingga akhirnya respon baik diterima oleh mas Sultan dan menjanjikan saya untuk berkirim surat. Namun ternyata saya terlebih dahulu mengirimkan sebuah kartu pos bergambar hutan kita dan gedung-gedung di Singapura. Dengan berbekal perangko 3000 rupiah saya kirimkan melalui kantor pos Pamarican (46382). Sekitar dua mingguan kartu pos saya sampai ke Surabaya.
Selang dua mingguan kartu pos itu dibalas dengan sepucuk surat yang imut bergambar jeruk dan bunga tulip juga tempelan lainnya yang membuat amplop surat terasa istimewa. Nama panggilan saya tertulis besar "Yoyo" dengan huruf kecil semua, indah sekali karya dari mas Sultan. Jarang-jarang ornag membuat sampul surat seindah dan semeriah ini. Saya maklumi beliau sudah lama dalam dunia korespondensi, sehingga menghias sampul surat adalah hal yang biasa dan wajar.
Perangko yang dibubuhkan pada surat sebesar 3500 dengan pecahan perangko Rp 2000, 1000 dan 500. Terlampau banyak untuk pengiriman satu pulau. Gambar perangkonya dari seri batu mulia, mungkin pos Indonesia mencetaknya saat demam batu akik, kira-kira demam itu tahun 2013-2014.
Surat itu berisi dua lembar kertas dengan tukisan tangan yang khas, pertama-tama mas Sultan memperkenalkan diri, bercerita tentang kehidupan keluarganya dan juga hobinya. Saya senang sekali dengan tulisan dia dan tampak hangat dalam berkomunikasi. Dia juga memberiku bingkisan kecil berupa kertas note dua lembar, tiga kertas note bergambar makanan seperti hot dog, dan perangko bekas dari Indonesia dan mancanegara negara. Bingkisan yang menarik bukan? Saya senang sekali dengan perangko bekas itu terlebih yang bergaya klasik duh rasanya ingin membuat album khusus untuk koleksi perangko.
Saya memang sudah mengoleksi perangko sejak zaman SD, namun sayang semuanya tidak tertata rapih dan asal-asalan. Namun beruntung koleksi itu sampai sekarang masih ada walaupun kondisinya gak sebagus kolektor perangko lainnya. Menyedihkan! Semua ini karena pengetahuan yang kurang dan juga modal yang sedikit.
Setelah dua hari mendapatkan surat dari mas Sultan, lembaran kertas putih saya tulis dengan pulpen basah untuk menyambung kembali komunikasi yang ini. Aku sisipkan sedikit bingkisan kecil berupa kartu pos dan kartu QSL untuknya, semoga dia seneng dengan bingkisan yang tidak seberapa itu.
Komentar