Maaf sekali kali saya malas membuat mukadimah yang bagus jadi langsung saja ke cerita pokok ya.
Ada dua dermaga di Klaces - Kampung Laut diantaranya dermaga resmi yang berada di sisi timur dan mempunyai fasilitas layaknya dermaga selain itu ada Pos TNI AL tepat di sisi dermaga. Adapun dermaga illegal orang sekitar menyebutnya berada sekitar 200 meter dari dermaga resmi. Di dermaga illegal ini tidak memiliki fasilitas yang lengkap hanya sandaran berupa kayu saja. Anehnya dermaga illegal inilah yang ramai oleh perahu - perahu yang bersandar.
Menginjakkan kaki di wilayah Kampung Laut membuat saya terpana karena wilayah yang khas seperti rawa - rawa. Dimana - mana ada air yang menggenang. Kadang terasa aneh karena memang Kampung Laut adalah daerah terisolasi. Klaces merupakan pusat pemerintahan dari kecamatan Kampung Laut jadi beberapa fasilitas yang ada termasuk lengkap misalnya adanya fasilitas kesehatan berupa Puskesmas yang sudah menyediakan fasilitas rawat inap. Terlihat beberapa sekolah pun ada di Klaces ini.
Gerbang di Dermaga Klaces - Kampung Laut |
Tidak ada jalan raya besar di sini. Lebar jalan hanya pas untuk berpapasan 2 sepeda motor saja. Tidak ada mobil yang terlihat di Klaces. Lebar jalan tidak melebihi satu meter dengan balutan batu kaving blok yang sudah di lapisi dengan semen agar kuat dan tidak ambles karena struktur tanah yang mirip rawa.
Karena kehabisan air mineral saya putuskan untuk pergi ke warung terdekat. Saya lihat ada beberapa minuman ringan populer hanya saja saya tidak terbiasa minum minuman ringan saya meminta untuk satu botol air mineral. Namun ternyata tidak ada! Dengan sangat terpaksa saya meminta air mineral dari warga. Jangan khawatir semua orang di Klaces orang - orangnya hangat dan baik. Kesopanan a la Jawa Banyumasan terasa di Klaces.
Berbekal informasi yang saya dapatkan dari Kapten Perahu di dermaga. Saya pergi ke puncak gunung. Jalan tidak dibalut dengan paving block tapi jalan tanah biasa. Saat hujan atau sehabis hujan tentunya jalan ini susah dilalui karena tanah merah yang lebih gampang untuk menempel di ban kendaraan. Di sini Apang susah berjalan karena tanah merah yang melekat terlalu banyak. Saya putuskan untuk meninggalkan Apang untuk pergi ke Puncak Gunung.
Pemandangan dari Atas Gunung |
Pemandangan menakjubkan di atas gunung membuat saya terpana karena keindahan rimbunnya pulau mangrove. Karena tidak ada orang yang lalu lalang saya kembali ke dataran lagi. Saat turun gunung ada seorang kakek berpakain sederhana. Saya pikir dia adalah seorang yang bukan dari kalangan atau dari jenis saya. Bersikap sopan kepada siapa pun mungkin akan menyelamatkan seseorang dengan berpegangan perinsip demikian kepada alam maupun kepada yang lainnya. Dugaan saya ternyata salah!! Kakek itu ternyata dari jenis yang sama dengan saya yang tidak bisa menghilang tiba - tiba. Ternyata ada orang lain di belakang kakek tersebut yang sama - sama mencari kayu bakar. Degdegan juga!!!
Terdapat banyak mata air di lereng gunung membuat saya ingin mengusap air ke muka untuk mendinginkan badan dan merasakan manfaat dari air segar tersebut. Rasa lapar merasuk kuat di lambung yang kosong sedari pagi. Pergi ke warung terdekat di dermaga Klaces untuk menyantap mie instan ceplok telor!
Usai duhur saya lanjutkan kembali untuk menjelajahi sebagian pulau Nusakambangan. Menurut informasi ada beberapa mata air dan gua yang masih alami yang juga dijadikan sebagai tempat ritual relgius dari beberapa agama.
Utun Sedang Mencari Kutu |
Sekitar 20 menit dari dermaga ke lokasi gua Mas Sigit ataupun mata air Sela. Melewati rawa yang panjang membuat saya merasa ciut hati karena ancaman kehidupan terasa begitu dekat. Bukan ancaman dari manusia yang saya takutkan tapi dari hewan buas yang ada di sekitar rawa. Tidak lucu kan saat sedang asyik goes tiba - tiba ada buaya yang sedang menyebrangi jalan kaving block atau juga ular besar yang lewat. Hewan liar yang saya lihat memang hanya burung saja seperti gagak, burung cucuk udang, berbagai jenis bangau dan berbagai burung berbulu indah.
Benar juga di Sela tempatnya rindang dan dingin seperti sebuah oasis. Sela juga salah satu tempat hits untuk anak muda di Kampung Laut. Tampak pemuda dan pemuda sekitar 20 orang sedang duduk - duduk menikmati kesejukan Sela dan beberapa gadis sedang mandi di kolam mata air.
Seorang Juru Kunci Sedang Membersihkan Gua |
Tidak tahan akan godaan mata air yang jernih akhirnya saya langsung nyemplung ke dasar mata air yang begitu menyegarkan segala urat saraf. Ada yang unik di sini ada pemilik warung yang mempunyai seekor kera ekor panjang yang dinamai Utun. Utun ini menurut cerita pemiliknya sudah dipelihara sejak umur 4 bulan sehingga sudah menjadi jinak. Bayangkan dia mau saja disuruh untuk mencari kutu bahkan dia pintar memilih rambut uban! Karena kamera digital nikon S33 bagi Utun adalah hal yang menarik yang harus dia miliki. Akhirnya kamera nikon saya ditarik Utun dan meragakan cara penggunanya. Utun marah saat saya mencoba merebut kembali kamera itu. Akhirnya kamera saya dapatkan kembali berkat dibantu sang pemilik Utun!
Sehabis mandi saya coba untuk mengunjungi gua Mas Sigit yang konon luasnya bisa 3-4 desa. Gua ini merupakan sebuah situs religius bagi orang - orang yang ingin mencari sebuah kemantapan! Ada satu pasang sepertinya suami isteri dari Pelabuhan Ratu - Sukabumi yang sudah menginap selama 3 hari di dalam gua. Entah dari mana adalah seorang lelaki yang juga menginap di dalam gua.
Aktivitas Warga Sekitar |
Sayang sekali saya tidak bisa masuk ke dalam gua karena badan saya basah selain itu juga pakaian saya teramat seksi. Untuk menghormati segala peraturan dan mahluk Lain di dalamnya saya hanya diperkenankan sampai mulut gua saja. Konon di dalam gua juga terdapat sebuah masjid. Aneh sekali saat saya memasuki mulut gua ada perasaan yang membuat bulu - bulu sensor mahluk lain memberi signal kuat! Ngeri juga akhirnya saya kembali lagi dan berbincang lama dengan dua orang juru kunci gua. Ternyata juru kunci bukan hanya orang lokal tapi ada yang dari Subang.
Memasuki gua Mas Sigit dikenai biaya retribusi Rp 10.000 sekali masuk tanpa ditemani juru kunci. Jika ingin menyewa senter dikenai biaya tambahan Rp 10.000 entahlah jika ingin ditemani oleh juru kunci. Ada aturan yang membuat saya ngeri yakni saat menginap di dalam gua jam 10 malam lilin harus dimatikan! Haduh ngeri - ngeri sedap ya! Hahahaha mau kaya juga susah ternyata ya!
Baiklah saya cukupkan untuk berkeliling Klaces ini. Semoga bisa kembali lagi dengan sesuatu yang menyenangkan!
Pamarican, December 21, 2016
07:40 pm
07:40 pm
Komentar