Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Bike Camp Karapyak I

Kalau boleh dikatakan prestasi itu bukan panggilan yang tepat karena ini merupakan kegiatan biasa yang bisa berarti dalam setiap kehidupan seseorang. Setiap kegiatan yang berkesan dan mempunyai rekor tersendiri adalah prestasi dalam setiap sejarah kehidupanya. Begitupun dengan saya yang menganggap bike camp ke Pantai Karapyak sebagai sebuah pencapaian yang luar biasa yang tidak semua orang bisa melakukannya. Jarak yang memang lumayan jauh sekitar 70 Km dari rumah saya di Banjar membuat sebagian orang enggan untuk bersepeda dengan jarak yang begitu jauh. Karena alasan itulah pencapaian ini saya anggap suatu prestasi kehidupan! 

Istirahat di Kalipucang
Bike Camp pantai Karapyak sebelumnya tidak ada rencana namun karena undangan atau ajakan dari sahabat goes dari Banjarsari; Rifyal. Akhirnya saya menyetujui karena bike camp adalah hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Sebuah tantangan bagi saya yang baru pertama mengikutinya, sempat bimbang karena logistik apa yang mesti dibawa ke sana namun semua berjalan dengan baik karena wejangan dari sahabat sepeda; Rifyal dan Raihan. Rencana kegiatan ini dilaksanakan tanggal 9 September 2017 sampai tanggal 10 September 2017 dengan meeting point di depan masjid besar Cibadak, Banjarsari tepat jam 13:00 WIB.

Sehari sebelum berangkat saya konsultasi dulu tentang logistik ke Raihan dan Rifyal. Selain hal logistik saya juga menitipkan sepeda di rumah Raihan, tujuanya mempermudah dan menghemat waktu saat meeting point.  Berangkat dari rumah sekitar jam 15:30 WIB, saya meninggalkan tamu di rumah karena hal ini. Tak apa sebelumnya sudah ada perjanjian dengan sang tamu jikalau saya akan pamit saat jam 15:30 WIB. Tak kurang dari sejam saya sudah sampai di rumah Raihan dan ternyata Rifyal sudah berada di sana.  Tak lupa sambil membicarakan soal logistik, saya pesan cilok kuah dengan balungan yang super lezat.

Menyempatkan Selpic
Semua pembicaraan soal logistik dan hal yang lainnya beres akhirnya saya memohon pamit untuk pulang dikarenakan waktu yang sudah gelap.  Semua pesan untuk sepupu tidak dijawab akhirnya saya putuskan untuk pulang dengan bus ataupun angkot.  Apalah daya rembulan tak bisa dikejar akhirnya dengan spontan saya ikut mobil pick up yang melaju ke arah Banjar. Di mobil jenis bak ini saya bersama dua orang anak punk.  Sungguh pengalaman pertama bisa sedekat dengan kalangan punk. Banyak hal menarik yang saya dapatkan dari kehidupan mereka yang hampir seluruhnya dianggap negatif oleh beberapa orang awam.

Secepat kejaran jarum detik mengalahkan jarum menit dan jam semua berlalu begitu saja dengan berbagai tanggapan ataupun kesan. Waktu yang ditunggu pun menampakkan diri sebagai jatah dari Tuhan yang setiap manusia mempunyai jatah yang sama yakni 24 jam dalam sehari. Jatah Tuhan yang berharga ini saya manfaatkan untuk sebuah aktivitas yang menyenangkan. Berbeda tempat berbeda karakter namun dalam satu bangsa mempunyai satu stereo tipe yang sama yakni jam karet yang banyak membuat bingung orang - orang luar negeri. Apa boleh dikata saya mesti menunggu sejam di meeting point yang telah ditentukan. Menunggu lebih baik daripada ditunggu orang.

Nyampe Pantai Langsung Selpic
Sekitar sepuluh orang yang kebanyakan warga Banjarsari berkumpul di tempat yang telah dijanjikan sebelumnya.  Berbagai checking dilaksanakan dengan apik baik dari logistik maupun kelaikan sepeda itu sendiri. Menempati posisi start ke 4 kami berbasis bagai bebek yang digiring si empunya. Sejalur dan lurus. Mentari sudah condong ke arah barat intensitas cahaya ataupun kalor yang merasuk dan membakar kulit kami tidak begitu dirasakan, karena kami selalu membakar semangat yang ada!!!
Berbagai tanjakan, kelokan dan desa kami lalu begitu saja dengan segenap semangat bara!  Tanjakan Banjarharja, tiupan angin Tunggilis dan berbagai jenis rintangan di jalan kami lalui tanpa kekurangan apapun dan tidak ada gangguan apapun kecuali tenggorokan yang terganggu karena banyak cairan yang keluar. Air putih dan beberapa bundel yogurt menjadi oli untuk tenggorokan kami yang sangat serat dan aus. Alhamdulillah, Puji Tuhan begitu segarnya karunia Mu.

Karena rahmat dan nikmat-Nya yang sempurna untuk semua makhluknya tak terkecuali setan maupun iblis; dengan kerendahan seorang makhluk kami bersyukur kepada Mu dengan kewajiban kami sebagai makhluk yang tercipta untuk ibadah kepada Mu; Solat Ashar. Tepatnya di warung gudeg dan cendol Jogja sekitaran Kalipucang, kami menghabiskan waktu 20 menit untuk solat dan istirahat.  Walaupun tidak menikmati gudeg ataupun cendolnya tapi kami menikmati suasana mushola yang begitu asri, ikan - ikan besar kesana kemari dengan siripnya di kolam mini pinggir mushola.
Rebutan Makanan

Bak sepeda motor keluar dari SPBU, semangat menguat kembali, energi penuh sampai ubun - ubun! Pemilihan tempat istirahat memang sangat tepat bagi saya selain tepat waktu untuk beribadah tepat juga untuk menghemat energi dan isi energi. Pengisian energi di tempat ini sesuai dengan track selanjutnya yang membutuhkan energi besar. Ya Emplak adalah salah satu track yang cukup menguras energi, konsentrasi dan kesabaran.  Dengan berbagai tanjakan dan turunan, kelokan tajam dan rintangan banyaknya kendaraan bermotor yang lalu lalang memerlukan energi dan konsentrasi yang cukup besar.

Inisiatif sendiri, saya mengawali perjalanan dan disusul oleh beberapa bapak - bapak. Jelas saya terpisah dengan Rifyal dan Raihan, hal ini tidak akan mengurangi ataupun mematahkan semangat kebersamaan.  Rintangan demi rintangan di Emplak mulai menggempur saya berawal dari tanjakan setelah Kalipucang dan klimaks di Warung Buleud. Bagi saya ada perbedaan tersendiri dengan bersepeda sendiri dan bersama. Saat bersama terasa lebih letih karena mempunyai sifat kompetisi namun hasilnya berbeda saat  bersepeda sendiri yang tanpa ada sifat kompetisi jadi semua hal terasa lebih santai, energi pun terpelihara dengan baik, hemat.

Senja Tanpa Matahari
Ternyata klimaks sebuah perjuangan tidak berakhir di Emplak!!!  Ada beberapa track naik turun yang ekstrim di Bagolo.  Klimaks yang sempurna bagi saya karena di sinilah saya menemukan beberapa undakan jalan dan turunan yang tajam sekitar 60-70 derajat kemiringanya. Beberapa turunan ekstrim ini ditemukan tepat sebelum pantai Karapyak!  Jadi memang benar - benar suatu klimaks!!!

Penyesalan tidak menemukan pemandangan terbenam adalah hal konyol bagi semua insan.  Masih banyak keindahan yang mesti dinikmati dan disyukuri, memang beberapa hari belakang cuaca tidak menentu melanda wilayah Priangan Timur ini.  Di ujung barat nampak kabut garam berhamburan oleh ombak dan terbias oleh sinar mentari, sungguh cantik pemandangan sore ini.
..........Berlanjut
Karapayak Di Ujung Senja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...