Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Kawasen Kali Kedua

Turut mempopulerkan tempat indah adalah sesuatu yang wajar dan mungkin bisa berdampak pada perekonomian setempat. Itulah beberapa keuntungan yang dilihat dalam pandangan positif namun ada saja dari hal tersebut membawa pandangan yang berbeda terutama untuk kelestarian alam dan moralitas seorang manusia.  Itu adalah sesuatu yang mutlak terjadi dalam sebuah kehidupan di dunia ini. Ya semoga saja saya membawa dampak yang indah dalam mempopulerkan wilayah Kawasen ini.

Salah Satu Keindahan Kawasesen
Terlepas dari minggu - minggu yang penat nan gersang di bulan kemarau membuat kulit menjadi kering dan kusam karena paparan sinar mentari yang sangat menyengat. Rasa kering dalam lapisan kulit memerintahkan otak untuk membuat sebuah rencana fantastis di Kawasen yang terkenal akan sejuk dan jernihnya mata air yang mengalir.  Sebagian orang Banjarsari mengatakan bahwa Kawasen adalah suatu tempat yang dianugerahi keindahan yang paling indah. Dan semua orang pun menyetujui perkataan tersebut. Tak dipungkiri lagi keindahan Kawasen menghipnotis para pengunjungnya yang haus akan suasana sunyi dan mendambakan sebuah kesucian alam semesta.

Kali kedua saya menyempatkan berkunjung ke Kawasen. Tidak ada bosan yang menerpa hati karena keindahan alam yang menenangkan jiwa menghapus semua kebosanan yang ada. Saya tidak mau egois dalam hal menikmati keindahan alam dengan berkunjung sendirian tapi saya membawa beberapa saudara untuk menikmati keindahan Kawasen.

Pengunjung Setia
Siapa saja yang saya ajak ke Kawasen? Tiga orang saja yang saya ajak mengingat keefektivan dari sebuah rencana. Diantara ketiga itu ada Rylo, Solih dan Ari. Rylo adalah salah satu sepupu yang sudah menyelesaikan kegiatan KKN nya dan Solih juga keponakan yang dalam fase libur panjang kuliah. Satu lagi adakah Ari teman dekat Solih sekaligus tetangga yang baik. Rencana mengalir begitu saja saat perbincangan santai dengan Rylo malam itu. 

Di pagi hari awan berat tanpa kandungan air yang berarti terbawa angin dengan kecepatan tinggi sehingga wilayah kami tidak terjatah taburan butir - butir hujan. Berbekal dua bungkus nasi yang dikepal padat dibalut daun pisang muda khas bekal orang yang hendak ke ladang ataupun sawah.  Memang bungkus daun pisang muda membawa gairah yang lebih saat melahap bulir - bulir nasi yang memadat. Bisa dibayangkan berapa bungkus nasi yang akan habis jika disajikan dengan sambal dan beberapa sayuran mentah sebagai coel khas sunda.
Jernih Bagai Kristal

Sekitar lima belas kilometer jarak antara rumah saya dengan Kawasen. Cukup jauh memang!  Tentunya membutuhkan kendaraan bermotor untuk mempercepat waktu tempuh. Barangkali hanya 20 - 30 menit waktu tempuh yang kami jalani dari rumah kami di Pamarican.

Untuk memasuki kawasan curug Kawasen anda bisa melaju ke arah Banjarsari melampaui SMAN 1 Banjarsari, karena tidak ada petunjuk rute yang jelas dan resmi maka tanyakan saja kepada orang setempat pasti mereka akan menunjukkan rute yang tepat. Ingat sebelum masuk ke kawasan cukupi perbekalan karena lumayan agak jauh lokasi warung dengan curug Kawasen ini. Tidak ada tiket resmi yang dikeluarkan ataupun jenis Tarakan uang lainnya oleh pemuda, aparat desa maupun pemerintah.  Tiket menuju ke Kawasen hanyalah kecintaan akan menjaga alam dan kesopanan terhadap warga setempat.

Mencari Wangsit
Kondisi jalan menuju Kawasen cukup baik tidak ada kerusakan jalan yang parah.  Hanya saja saat memasuki kawasan hutan jati jalan berbatu dan becek hingga 50 meter sampai ke depan kawasan curug Kawasen. Disarankan saat memasuki jalan berbatu terutama yang berboncengan untuk berhati hati. Lebih baik turun dan jalan beberapa meter.

Saat itu memasuki kawasan Kawasen terlihat dua pemuda yang asyik mandi di aliran sungai dekat tempat parkir.  Air jernih dan bersih begitu menggoda siapapun untuk bermain air di sana ataupun sekedar berfoto.  Solih, Ari dan Rylo yang baru pertama kesana pun tak mau ketinggalan untuk mengabadikan keindahan Kawasen.  Beberapa potret menghabiskan waktu sepuluh menit untuk berbagai pose. 

Logakan Munding
Mulai dari awal hingga ujung aliran sungai kami nikmati keindahanya. Tak mau menyesal kami juga menikmati kebersihan dan kejernihan aliran sungai itu dengan dengan terjun dari tebing.  Byuuur air jernih menyuarakan kesegaran yang luar biasa.

Tips Berarti!
1. Selalu jaga kesopanan, perhatikan etika, ikuti norma yang berlaku dan jaga kelestarian alam.
2. Bawa bekal yang cukup untuk dinikmati.
3. Bawa pakaian ganti.
4. Selusur aliran sungai sampai ujung dan nikmati keindahanya dan terakhir saat pulang sempatkan untuk terjun bebas dari tebing.
5. Isi batre handphone atau kamera mu untuk merekam setiap momen.
6. Jangan pakai sandal!  Ingat batu - batu sangat licin.
7. Bawa plastik sampah untuk membawa kembali sampah yang kamu produksi saat aktivitas di sana.
8. Makanlah nasi yang kamu bawa selapas mandi. Itu akan terasa nikmat sampai ke ubun - ubun.
Semoga bermanfaat!!
Wisatawan Mancanegarong

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...