Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Bike Camp Karapyak II

Episode kedua ini saya ingin menceritakan kegiatan di bike camping Karapyak akhir pekan lalu (9/9/17) sampai akhir sebuah perjalanan. Semoga terhibur. Di bibir pantai membuat segala sesuatu menyenangkan dan menggairahkan seseorang tak terkecuali kami yang baru tiba di pantai. Menikmati senja tanpa mentari membuat gairah melesu karena kehilangan momen tapi ada yang unik yang ku temukan untuk mengganti lose moment ini, sampah kondom dan tissu mejik untuk orang dewasa yang tersebar di bibir pantai.  Sesuatu yang menggelitik bagi kami yang bujang!!! Sempat mikir berapa orang yang main "kuda lumping" di sini?!  Jumlahnya lebih dari 10 plastik sutra dan beberapa si tisu mejik!!! Jadi pengen merasakan sebenarnya tapi apa daya belum ada kelegalan untuk melakukanya.

Rehan Kehilangan TissueMejiknya
Baiklah saya tinggalkan sutra - sutra itu, kini kembali ke kegiatan bike camping. Usai istirahat beberapa puluh menit kami dihadang oleh makanan yang lezat yang disediakan oleh panitia. Uang iuran Rp 30.000 bagi setiap peserta disajikan dalam bentuk makanan yang sederhana nan melezatkan dibagi dalam dua sesi yakni welcome drink dan close meal. Hidangan lezat ini terdiri beberapa lauk diantaranya mie acak petai, rendang sapi, nasi merah, dan gorengan kacang. Cukup lezat bukan?! Apalagi dimakan bersama teman-teman dan lebih menambah kenikmatan makan dipinggir pantai. Alhamdulillah atas kehadiratMu, Tuhan.

Sampah Utama Di Karapyak
Lambung terisi penuh membuat otak mengeluarkan perintah untuk memberhentikan segala makanan yang masuk ke bibir mulut. Sepuluh sampai beberapa menit energi terpulihkan dengan sempurna. Sambil menunggu sempurnanya kegelapan hari kami hanya menikmati deburan ombak dan sapuan lembut samudra Hindia. Sayup - sayup suara panggilan ibadat memenuhi ruang telinga saya, hendak hati ingin beribadah namun salah satu dari kami menginginkan agar ibadat diringkas saja di malam hari.  Bagi saya inilah kemudahan dalam agama dan suatu anugerah Tuhan yang sempurna.

Tenda Kehujanan
Alunan lagu dengan hentakan yang bisa membuat orang berjoget dari Jess Glynne dan Clean Bandit membuat Raihan dan Rifyal ikut bergoyang namun agaknya malu - malu karena basic mereka yang agamis daripada saya.  Lagu berganti lagu dan hentakan mulai melemah menjadi musik etnik yang membelai hati yang haus oleh kedamaian dan cinta, musik dari Gus Teja membahana di sekitaran pantai.  Ah....tenangnya kehidupan!

Beberapa tenda sudah berdiri tegak dengan penerangan yang cukup, kami yang tidak mempunyai tenda dan uang cukup untuk membayar penginapan akhirnya memilih untuk tidur di masjid yang segalanya gratis, kami hanya meminta izin kepada warga sekitar masjid agar mereka lebih tenang atas jaminan akan keselamatan harta benda masjid.

Bersama Turis Vietnam
Usai semua solat terlaksana, tidak ada rencana lain selain merebahkan diri di lantai peribadatan.  Rasanya nyaman sekali, otot kaku mulai mengendur perlahan dan keringat hasil pembakaran tubuh mulai menyusut karena tidak ada pembakaran yang terlalu banyak. Sekedar hiburan saja saya mengajak Raihan untuk saling memijat dengan tempo 15 menit!  Lumayan dapat merelaksasi otot yang keram. Bagi saya orang medis sudah biasa akan kotoran yang menempel di tubuh manusia tapi tidak tahu halnya dengan Raihan apakah dia merasa jijik dengan sisa kulit mati alias daki?  Entahlah yang pasti saya menjelaskan bahwa tidak perlu jijik dengan kulit mati tapi ingat harus cuci tangan untuk menghindari penularan penyakit ataupun tumbuhnya penyakit.

Lelah ini mengantarkan kami dengan cepat untuk merebahkan diri, rasa kantuk memuncak, lambat laun kesadaran kami menurun hingga masuk dalam alam mimpi. Beberapa kali saya bangun di tengah malam, melihat sisi masjid dan memandang jauh keluar masjid. Rasa horor muncul seketika, bulu halus menganggkat sebagai tanda ketakutan.  Mencoba membangun Rifyal dan Raihan. Jawaban mereka membuat saya lebih tenang namun masih was - was karena perasaan horor yang masih menyelimuti.

Senyum Bahagia Turis Vietnam
Di ujung bukit menurunkan suara sayup panggilan beribadat, terasa jelas dan nyaring di telinga sehingga membuat saya bangun dari gelapnya alam tidur. Tidak masyarakat lokal yang datang untuk solat subuh entah apa alasannya, saya tidak tahu. Mungkin saja masjid tersebut memang khusus untuk para pelancong dan penduduk lokal beribadah di pemukiman penduduk di atas bukit sana. Sepuluh menit kemudian beberapa lelaki setengah baya masuk ke masjid untuk solat, kupikir mereka penduduk lokal ternyata bapak - bapak yang ikut bike camping juga.  Waktu semakin pagi dan semakin banyak orang pula yang beribadah.

Pose Sebelum Pulang
Ibadah usai, kini kami mengejar momen kembali agar tidak kehilangan lagi. Matahari terbit dan fajar pagi fenomena alam yang kami tunggu, namun tidak semua kami dapatkan karena mendung.  Fajar pagi begitu indah dengan riasan warna - warna yang lembut dan tajam, sungguh indah.  Tak selang beberapa lama fajar tertutup oleh gumpalan awan hitam. Beberapa titik lokasi terjadi hujan ringan, kami tetap menikmati pantai dan bahkan kami berencana untuk susur pantai sampai ujung timur.

Susur pantai dari barat ke timur sangat menyenangkan sekali semua pemandangan dapat dinikmati oleh mata sekaligus bukan dinikmati dari sebuah telinga dengan cerita. Karapyak adalah suatu pantai indah dengan ciri yang tersendiri. Karang yang membentang membentuk benteng kuat dalam pertarungan dengan ombak ganas dari samudra Hindia. Karena luasnya karang yang terbentuk sehingga ombak pecah sebelum memasuki wilayah pantai. Bagi para pelancong jangan coba - coba untuk mandi di pantai ini karena karakter pantai tidak bisa untuk berenang. Sebagai pengganti aktivitas renang anda bisa melakukan aktivitas pengumpulan karang, mencari ikan di palung laut yang sedang surut dan mengumpulkan rumput laut.

Ujung timur telah digapai dengan suka cita, kami kembali ke Base Camp untuk sarapan atau closing meal.  Sarapan kali ini menyajikan ikan segar, sayur tempe dan sambal pedas.  Alhamdulillah nikmat sekali rasanya. Lambung terisi dengan kenyang dan kami memutuskan untuk pulang lebih dulu daripada yang lainnya. 

Pantai Karapyak Di Pagi Hari
Hujan ringan beberapa kali mengantarkan kami pulang ke kampung halaman. Semua kesedihan langit pagi ini terlewati setelah memasuki puncak bukit sekitar kantor kepala desa Bagolo.  Kesedihan langit berubah menjadi biru dan cerah.  Alhamdulillah!

Lagi - lagi Jess Glynne dan Clean Bandit menemani kami di perjalanan pulang.  Energi positif pun bertambah karena hentakan musik mereka. Berbagai kenangan manis di perjalanan kami temukan diantaranya menjumpai para penari tradisional dalam acara pernikahan adat sunda.  Ini sangat menarik sekali karena menyaksikan langsung tarian adat sunda yang menawan, beberapa selfi telah tercetak dengan indah.

Demikian kenang - kenangan saya dan teman - teman dalam kegiatan akhir minggu kemarin. Semoga kita berjumpa di kegiatan yang sama. Keep your health by cycling!
Disambut Wanita Cantik Saat Pulang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...