Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Sundara: Album Terbaru Gus Teja Tahun 2017

Triwulan terakhir tahun ini, maestro suling asal Ubud, Bali. Gus Teja kembali menelurkan satu album barunya setelah album terakhir  tahun 2015, Ulah Enggar. Album paling bungsu ini diberijudul SUNDARA yang berarti keindahan.

Album yang berwarna terang keemasan dengan kulit berhiaskan foto Gus Teja saat memainkan suling besar di sebuah telaga. Sementara kulit album bagian belakang bergambar Gus Teja memainkan suling di atas perahu di sebuah telaga dengan panorama keindahan khas Bali. Kulit album ini direka oleh Nyoebali Photography. Untuk set dalam album terdapat sekapur sirih yang Gus Teja tulis sebagai rasa terima kasih terhadap Tuhan dan orang-orang yang telah berjasa dalam pembuatan album sundara. Sekapur sirih tertulis dalam bahasa Inggris, sisi lainnya terdapat perkenalan singkat tentang Gus Teja sendiri.

Aksi Gus Teja di Ubud Trash Festival
Campur tangan professional dalam album ini terlihat sekali dengan hadirnya kolaborasi dalam membentuk sebuah inspirasi untuk album Sundara. Misalnya saja Hwang Tzu Kwang seorang dari Taiwan, ROC sebagai seorang yang memberikan inspirasi pada single Awan Putih dan Langit Biru. Kreativitas yang di sumbangkan oleh Mark Harisson dan Mark Andre Kneer turut menghiasi album ini.

Sundara sendiri terdiri dari sepuluh judul instrument musik yang dimainkan Gus Teja, diantaranya:
1. Awan Putih
2. Sandikala
3. Danu Suci
4. Kidung Giri
5. Sundara
6. Journey
7. Janger
8. Nagaraja
9. Saraswati
10. Langit Biru
Album Sundara

Nuansa musik intrumen yang dibawa dalam album ini terkesan lebih syahdu, melankolis dan tentunya menggambarkan akan keindahan alam Dan keagungan Tuhan. Tidak ada rentak yang rancak semua mengandung kesyahduan.

Setiap album Gus Teja mempunyai slogan sendiri. Sundara mempunyai slogan "Beautiful sound of a flute that brings peace and calmness to the soul." Dari slogan tersebut tercermin bahwa isi album ini mempunyai rentak yang lembut, kalem, yang membawa kedamaian jiwa.

Album ini saya dapatkan langsung dari Ubud, Bali. Saat itu saya membeli pada malam festival sampah di Ubud. Dalam festival itu Gus Teja turut serta. Facebook resmi Gus Teja saat itu membalas pesan saya untuk menuju toko oleh - oleh di jalan Monkey Forest, toko Pandawa.

Dari sekian kaset CD yang dipajang di rak, hanya milik Gus Teja saja yang mempunyai harga yang paling tinggi yakni Rp 100.000, yang lain berkisar antara 50.000 sampai 70.000, hal ini membuktikan bahwa Gus Teja memang sudah diakui sebagai maestro. Tidak ada perbedaan antara harga album lama dan baru, semua sama Rp 100.000. Saya sendiri saat itu mengambil dua buah album yakni Sundara dan Flutes For Love.

Baiklah kapan - kapan saya jelaskan cita rasa musik intrumen yang disajikan setiap judulnya.
Matur Suksma.....

Tim Gus Teja World Music

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...