Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Menikmati Nasi Goreng Khas Bali

Kebanyakan Gaya Lupa Foto "Barang Bukti"
Setibanya di Bali, Rosi mengajak saya untuk icip - icip kuliner di sekitaran Renon, wilayah ini memang mempunyai kafe dengan jumlah banyak. Setiap kafe mempunyai kasta tersendiri, ada yang kasta rendah dan ada pula yang tinggi. Tapi rata-rata masih mempunyai rentang harga yang terjangkau.

Kafe yang kami kunjungi mempunyai nama yang membuat saya cengar-cengir bagaimana tidak kalau di Jawa Barat, nama kafe ini bermakna nakal, vulgar dan sensual. Kafe Coli namanya, sebenarnya penamaan kafe ini berdasarkan akronim dari Cobek Bali yang merupakan hidangan/menu unggulannya. Yang pastinya membuat orang dari Jawa Barat tertawa lebar dengan nama Coli itu. Coli dalam bahasa Sunda berarti onani.

Tampak tidak ada pelanggan lain selain kami berdua. Mungkin karena malam ini merupakan malam hari raya Galungan, sehingga orang-orang Denpasar sedang beribadah di pura masing-masing. Dari segi interior kafe, sangatlah modern sekali dan menarik minat pemuda untuk nongkrong di sini. Dinding berwarna krem yang dihiasi kata-kata dalam bahasa Inggris, stiker dinding bergambar bambu dan hiasan menarik lainnya. Meja yang terbuat dari kayu membuat manis tempat ini, seakan-akan tempat yang berkelas.

Hampir semua menu yang dijajakan berbumbu nusantara, khususnya yang berbumbu Bali sebagai menu paling banyak. Sempat bingung untuk memilih makanan. Akhirnya saya memilih untuk makan nasi goreng bumbu Bali. Rasa penasaran bumbunya seperti apa, menjadi alasan kuat saya dalam memilih.

Senyum Bohongan
Tiga puluh menit berselang, hidangan yang saya pesan datang. Apa yang tampak? Nasi goreng disajikan di piring putih besar dengan dua pelengkap alat makan yakni sendok dan garpu. Nasi goreng berwarna kuning agak coklat karena hasil pewarnaan dari bumbu berbahan kunyit. Telor mata sapi dan beberapa sayuran (mentimun dan daun selada air) menjadi toppingnya. Cukup cantik dan menarik!

Gigitan pertama yang saya rasakan adalah bumbu yang agak kuat terutama dari bahan sereh (lemon grass) dan kunir. Mirip sekali rasanya dengan bumbu kari ataupun cobek buatan emak saya. Nasi goreng ini tidak terlalu/kurang berminyak sehingga essensi nasi goreng hilang. Padahal ditambah 2-3 sendok minyak goreng lagi akan terasa nikmat. Untuk bahan merica, ketumbar dan lainnya hanya sebagai pelengkap yang tidak mendominasi rasa.

Nasi goreng bumbu Bali biasanya dicampur dengan irisan-irisan daging baik daging ayam maupun babi, terserah sesuai selera. Mungkin sangat jarang menemukan irisan-irisan dari daging sapi. Tapi pelanggan boleh memintanya.

Minuman yang pas untuk menemani nasi goreng bumbu Bali selain air putih bisa dipilih teh hangat/dingin, aneka jus buah ataupun soft drink.

Jangan lupa saat ke Bali untuk mampir di kafe Coli ini ya. Asal jangan coli di sana ya hahahaha.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...