Galuh Rumingkang Dalam Kirab Budaya Galuh |
Sudah menjadi warga Tatar Galuh Ciamis sejak lahir namun baru kali ini saya mengetahui hari ulang tahun kota sendiri, Ciamis. Termasuk ke dalam jajaran kabupaten paling timur di Jawa Barat bersama kabupaten Cirebon, Kuningan, Kota Banjar dan Kabupaten Pangandaran. Ciamis menjadi pager bagus yang bertugas menerima tamu untuk tamu yang akan memasuki wilayah Jawa Barat.
Ciamis dengan sejarahnya yang amat panjang dimulai dari perkembangan kerjaan Sunda hingga kejayaan Kerajaan Sunda sehingga membentuk peradabaan kebudayaan Sunda. Wilayah Ciamis terutama Kawali merupakan ibukota atau pusat pemerintahan kerjaan Sunda pada masa lampau. Berbagai situs purbakala dan situs peninggalan kerjaan Sunda banyak ditemukan di wilayah ini.
Sejarah panjang Ciamis menorehkan banyak cerita panjang di baliknya. Ciamis sendiri mempunyai tanggal ulang tahun pada 12 Juni, tanggal ini diperoleh pada peristiwa pemindahan ibu kota Galuh di Calincing Ke Banuray (Imbanegara). Pada tahun ini (2018) kabupaten Ciamis sudah memasuki umur ke 376, hampir empat abad! Di kalangan sejarawan memang banyak pertentangan akan penetapan hari ulang tahun Ciamis ini, tapi bisa dikesampingkan terlebih dahulu karena saya akan bercerita soal kunjungan saat perayaan ulang tahun Ciamis.
Gelaran ulang tahun Ciamis ke 376 tahun ini cukup besar dan meriah. Berbagai acara pengisi sungguh membuat takjub warga yang datang. Acara gelaran ulang tahun dimulai dari pagi hari hingga malam hari, acara ini mengusung nama Galuh Ethnic Carnival. Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan Kirab Budaya Galuh.
Pagi hari saya dan Imam sudah bersiap untuk menghadiri acara kirab budaya di Ciamis yang merupakan rangkaian panjang ulang tahun kabupaten Ciamis. Hari semakin cerah dengan sengatan matahari musim kemarau. Lalu lalang kendaraan terpantau tidak terlalu sibuk ataupun macet, normal seperti hari biasanya. Sudut kota tampak sepi dengan kedamaian nyanyian burung.
Susunan Acara Kirab Budaya Galuh |
Lokasi kirab budaya ditetapkan di alun-alun kabupaten Ciamis yang bisa disebut Taman Rafflesia atau juga Taman Anggur. Acara kirab budaya ini tampak lesu saat pagi hari, panggung besar nangkring di tengah jalan pembelah alun-alun dengan taman masjid agung. Sesekali suara dari pengeras suara terdengar dengan berbagai tes suara dan alat musik. Remaja awal berbaju putih biru dan putih abu lalu-lalang mendominasi lingkungan alun-alun Ciamis.
Orang tua berkulit kerput sesekali berkekeh tentang cerita kehidupanya dengan yang lain. Matahari terus bergulir ke arah barat laut dengan sinarnya yang terang. Menunggu!
Suara dari pengeras mulai terdengar tanda acara dimulai. Para tua keriput itu beriringan mendekati tenda yang ditata rapi khas untuk pejabat penting. Berbagai jajaran kalimat terbaca hingga berlembar-lembar, tak payah mulut berbusa oleh gerakan tak teratur oleh kedua bibir pejabat dalam penyampaian kata sambutan dan aneka laporan. Menjemukan!
Kertas-kertas putih telah dibaca sesuai jabatan dan pentingnya orang yang membacakannya. Tertutup oleh ucapan doa dalam agama Islam. "Bismillah, acara dimulai". Seketika rentakan musik khas Pasundan menggema membuai hati orang yang mendengarkan.
Aksi Galuh Rumingkang Mengawali Pertunjukan Kirab Budaya Galuh |
Susunan acara kirab budaya ini cukup panjang dengan segala kesenian yang ditampilkan baik dari berbagai kecamatan di kabupaten Ciamis maupun dari kabupaten yang diundang oleh dinas Parigi untuk mengisi acara kirab budaya ini. Kirab budaya dimulai dengan teatrikal pembagian wilayah kerajaan Galuh dan Pajajaran dengan adanya peristiwa adu jago (Ciungwanara). Tarian yang menawan dan teatrikal yang apik membuat hati saya meleleh dan sedikit merinding akan kemampuan para siswa SMA ini. Tarian itu diberi nama tarian raja galuh rumingkang.
Acara kirab budaya berlanjut dengan berbagai pertunjukan menarik dari segala kesenian yang ditampilkan oleh perwakilan kecamatan-kecamatan di Ciamis dan kabupaten yang di undang. Diawali dengan pukulan drum bands dan disusul oleh kesenian Pontrangan Cimaragas, Butabatok Panjalu, Mabokuy Rajadesa hingga berakhir pada Jurig Srengseng Banjar Patroman.
Dari sekian pertunjukan yang menarik bagi saya adalah Wayang Landung Panjalu, Bebegig Sukamantri, dan Mengmleng Rinduraja. Kalau diperhatikan dari sekian budaya yang ditampilkan kebanyakan menampilkan hantu, jurig atau bebegig sebagai kearifan lokal. Misalnya saja Bebegig Sukamantri, dari namanya saja sudah berarti hantu. Bebegig Sukamantri ini berbentuk topeng besar yang dibuat dengan kayu dibungkus dengan injuk pohon nira dan mempunyai rambut yang dirangkai dari bunga dari jenis palem liar.
Kreasi Seni Mabokuy |
Jurig-jurig lainnya adalah Jurig Srengseng Banjar. Hantu ini sebagai kearifan lokal yang dipercaya menjaga alam sekitar dari kerusakan dan kealpaan manusia. Butabatok juga dalam jenis jurig, untuk Butabatok sendiri saya lupa filsafatnya. Kesenian ebeg atau disebut Jaran Kepang asal kecamatan Purwadadi sempat menggemparkan susana di kirab budaya. Hampir empat orang mendhem dan susah dipulihkan, untung saja pemain jaran kepang ini tidak makan kaca beling ataupun benda tajam lainnya. Saya sempat paranoid juga karena menggunakan baju warna merah. Menurut cerita jika seseorang dengan berbaju merah biasanya dikejar pemain jaran kepang yang sedang mendhem. Serem!
Kolaborasi kesenian unggulan Ciamis juga terjadi di kirab budaya ini, menurut saya unik juga seperti adu kekuatan jahat dalam sebuah cerita. Kolaborasi kesenian ini melibatkan Bebegig Sukamantri dengan Reog Ponorogo, gibasan-gibasan dari ke-dua jenis kesenian berbeda itu membuat decak kagum dan kengerian tersendiri bagi yang menonton. Imajinasi sempat melayang jauh dengan peperangan roh jahat dari keduanya.
Keriuhan Kolaborasi Dua Kesenian Berbeda |
Hasil kreasi seni di Ciamis bagian utara memang menelurkan banyak kesenian termasuk Wayang Landung si wayang golek raksasa. Wayang ini mempunyai ukuran tak biasa yakni melebihi empat sampai lima meter. Untuk memainkan wayang Landung seseorang harus masuk ke dalamnya layaknya seseorang memainkan Ondel-ondel dari Betawi. Jenis kreasi lainnya tak kalah menarik adalah Mabokuy. Nama Mabokuy ini diambil dari akronim Ma.... Boboko Dudukuy. Kreasi seni yang dirangkai dari perkakas khas petani yakni tempat cuci beras tradisional dan caping petani. Musik pengiringnya sungguh aneh dengan iringan shalawat nabi (pujian pada rasul dalam agama Islam).
Kreasi yang tak kalah membuat saya bangga adalah Badungkut dari kabupaten Bandung Barat. Saya bangga dengan Badungkut karena kreasi seninya menggunakan bahan-bahan bekas. Mulai dari jenis sampah atum, baju bekas dan yang lainnya. Kesenian lainnya dari luar daerah Ciamis yakni Kawin Cai dari Kuningan, Rudat Akrobat dari Indramayu, dan Badawang dari Garut.
Si Wayang Raksasa, Wayang Landung |
Satu rangkaian acara di pagi hari harus diakhiri dengan terdengarnya suara adzan yang keluar dari mulut bulat toa di atas menara masjid. Acara kirab istirahat hingga jam 1:30 siang dan akan dilanjutkan dengan kolaborasi musik etnis dan Gondang Pasisian dari Tambaksari. Dari ke-dua acara itu, saya paling suka dengan Gondang Pasisian yang dimainkan oleh seniman senior. Ibu-ibu berkulit kendur itu tak kalah semangat berseni dengan kaum muda.
Kesenian yang sudah cukup tua ini hasil kreasi seorang seniman Tambaksari. Seniman ini pernah saya kenal melalui anaknya yang menjadi teman dekatku. Kang Tenddy. Kreasi ini lahir dari berbagai cerita yang cukup menarik, mulai dari kesunyian diri yang hampa tanpa seni sehingga suara ketukan lesung penumbuk padi menjadi sebuah karya seni yang luar biasa. Kesenian ini terdiri dari banyak seniman yang memainkan. Delapan penumbuk padi yang semuanya berjenis kelamin perempuan, dua orang perempuan sebagai orator seni (pelawak), dua sinden perempuan dan seorang lelaki sebagai sinden pria.
Gondang Pasisian dari Tambaksari |
Gondang Pasisian diawali dengan upacara khas Sunda orthodoks sebagai penghormatan kepada Dewi Sri perlambang kesuburan dan ratu padi. Dupa dan mantra disebutkan mengawali pertunjukan. Berbagai lawakan keluar menggunakan bahasa Sunda dengan seorang perempuan berpakaian hitam dengan tas selempang. Lawakan dan tarian menjadi jamuan awal dari Gondang Pasisian, hidangan selanjutnya yakni datangnya delapan penumbuk padi yang siap memainkan suara lesung penumbuk padi dan segenap seniman bernyanyi.
Sebenarnya masih banyak rangkaian acara dalam kirab ini, saya hanya menyaksikan sampai jam tiga sore saja. Dengan acara kirab budaya ini semoga kelestarian budaya di kabupaten Ciamis terjaga dan menjadi kebanggan masyarakat. Selamat ulang tahun Ciamis! Semoga selalu manis!
Ahad Pon Malam menjelang Pagi Senen Wage, 22 Juli 2018.
Komentar