Kulit Paha Yang Terkena Gudik |
Pernah dapat kutukan?! Entah kutukan dari siapa juga! Kutukan paling tidak dibayangkan dengan suatu keadaan yang tidak baik terutama kulit yang menjadi rusak, bentol-bentol ataupun bernanah dan lainnya. Biasanya gambaran kutukan di sintron Indonesia seperti itu. Entah kenapa kutukan selalu menjurus ke penyakit kulit. Mungkinkah karena kulit yang langsung nampak di mata sehingga orang yang terkena "kutukan" akan dihindari orang lain?! Bisa jadi.
Bagi saya dan manusia lainnya mungkin sepakat dengan apa yang saya pikirkan bahwa kulit merupakan komponen kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan seseorang akan mundur ataupun turun ketika mendapatkan kulitnya bopeng, belang, ada jamurnya, bentol-bentol, gudikan, bekas jerawat ataupun cacar terutama di bagian muka, lengan, dan kaki yang bisa dilihat langsung oleh orang lain. Keadaan seperti itu sungguh sangat menyiksa batin! Contoh kasus beberapa hari belakang saya mendapatkan kutukan dari kutu kupret yang bernama keren Sarcoptes Scabiei Var. Homonis.
Kutu kupret Sarcoptes Scabiei itulah yang menyebabkan Budug, Gudig, Gudig Mimir, dan nama-nama lainnya untuk menyebutkan suatu jenis penyakit kulit menular ini. Kutu ini tidak seperti kutu rambut ataupun kutu bangsat yang bisa dilihat langsung oleh mata, melainkan harus menggunakan alat bantu berupa mikroskop. Menurut literatur yang saya baca dan saya ingat dari zaman kuliah, kutu ini didapatkan dari kondisi kebersihan yang kurang yang berhubungan dekat (devil circle) pendidikan kurang dan faktor ekonomi. Sering kali penyakit kulit ini terjadi pada sebuah barak, panti asuhan maupun pesantren. Kutu tersebut memang sangat senang loncat-loncat untuk berkembang biak ke yang lainnya.
Beberapa pandangan salah terhadap penyakit kulit ini, contohnya yang terjadi di lingkungan pesantren. Pada umumnya orang maupun masyarakat di lingkungan pesantren menganggap penyakit ini sebuah "ujian" ataupun tanda sebuah pembelajaran di pesantren. Banyak orang pesantren bilang "kalau belum gudikan belum lulus pesantrennya". Sangat disayangkan sekali cara padang seperti ini, padahal penyakit menular ini disebabkan oleh kutu. Perkembangan kutu tentunya karena kebersihan diri dan lingkungan yang kurang, padahal seharusnya umat Islam lebih paham dan mesti melakukan ajaran sucinya terutama terhadap kebersihan.
Bentol-bentol Mirip-mirip Reaksi Alergi |
Saya sempat bingung kenapa bisa terjadi penyakit kulit ini ada pada badanku? Faktor-faktor utama yang disebutkan oleh berbagi buku nampaknya tidak ada pada keseharian saya. Semua pakaian selalu dipakai sekali pakai, handuk dicuci tiga hari sekali, dan seprei sekali seminggu. Dimana faktor pencetusnya?! Bingung!. Menginggat-ingat kembali seminggu sebelum gatal itu ada, mulai dari tiduran di sofa orang, pegang dan elus-elus kucing budug hingga tiduran di karpet kumal punya temen. Dari semua itu yang kemungkinan besar, saya pikir dari kucing yang budug. Tapi entahlah bukti laboratorium belum ada jadi tidak bisa menuduh dengan keji.
Awalnya gatal bermula dari tangan, tepatnya di tengah-tengah lengan. Gatal sekali dan menjadi bentol-bentol seperti reaksi alergi. Satu hari kemudian bertambah area ke tangan satu lagi, sehari kemudian bertambah ke ketiak. Selama dua hari selalu minum anti-histamine jenis CTM dan Detamine, gatal reda namun kembali lagi. Saya mulai curiga saat gatal sudah mulai ke punggung dan paha. Wah... Ini bukan reaksi alergi!! Ini kasus yang beda.
Dari kecurigaan itu, saya kosultasi ke temen dekat yang masih bekerja di Siloam. Namanya dr Anton, seorang dokter umum yang pernah menjadi partner saya di rumah sakit. Beberapa bukti foto dikirim melalui aplikasi pesan WhatsApp. Tak banyak jawaban dia langsung menduga penyakit saya adalah Scabies alias Gudik!. Jawaban dia muncul bukan asal ucap tapi dia menganalisa dari sejumlah ciri khusus seperti gatal paling parah saat malam hari, pengobatan dengan anti-histamine tidak sembuh dan sejumlah ciri khusus lainnya.
Memang ciri gudik punyaku tidak seperti gudiknya para santri. Gudik di badanku seperti alergi (gatal dan bentol-bentol) tidak ada nanah maupun bentol-bentol yang menyeramkan. Saya sepakat dengan literatur dan ucapan dr Anton bahwa Scabies pada seseorang yang selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan akan terlihat seperti alergi bukan gudikan pada umumnya yang bernanah dan bau.
Amunisi Pengobatan Gudik |
Saking emoh-nya punya penyakit kulit pagi-pagi sekali, saya sudah berencana untuk membeli Scabimite Cream ke apotek terdekat. Sayang sekali apotek terdekat stock obat sedang habis. Demi kesembuhan saya pergi ke kota yang jaraknya 10 Km saja dari rumah. Beruntung jam 7 pagi, apotek sudah buka. Puji Tuhan obat tersedia dengan berbagai merek dan ukuran. Saya sendiri membeli Scabimite Cream 30 gr dan methylprednisolone generik. Total belanja obat cukup mahal yakni Rp 90.000 dengan rincian Scabimite Cream Rp 85.000 dan Methylprednisolone generik Rp 5000. Bagi saya yang sudah kere obat ini terlalu mahal, tapi demi kesembuhan berapapun bisa dibayarkan.
Apotek yang menjadi langganan saya memberikan harga cukup murah daripada apotek lainnya. Untuk Scabimite Cream saja dihargai Rp 85.000 padahal harga eceran tertinggi (HET) Rp 100.672 Biasanya di apotek itu harganya sesuai HET atau lebih dari HET. Scabimite Cream 30 gr ini mempunyai bungkus merah dan putih, tube-nya juga menggunakan model dan warna yang sama, di dalam kemasan terdapat etiket obat. Sesuai dengan petunjuk obat, saya menggunakan Scabimite Cream pada malam hari menjelang tidur. Perlu diketahui bahwa penggunaan pada malam hari lebih efektif ketimbang pada siang hari yang banyak aktivitas. Selama 8-12 jam tidak boleh mandi ataupun terkena air, jadi sangat cocok apabila seseorang menggunakan obat ini sebelum tidur.
HET Scabimite Cream |
Oles tipis dan merata di area bentol-bentol dan sekitarnya agar tujuan obat langsung pada titik target yakni kutu!. Efek kerja obat sendiri sebagai racun untuk kutu, racun ini aman bagi manusia. Kutu sendiri yang menjadi sasaran tidak mati sekaligus karena ada proses keracunan selama satu hingga dua hari. Racun kutu ini tidak bisa mematikan telur dari kutu scabies, jadi perlu diulang seminggu kemudian setelah pemakaian. Pengulangan ini bertujuan untuk membunuh telur kutu yang sudah menetas. Perlu diketahui kutu scabies ini dapat hidup di luar kulit selama 2-3 hari, sementara kutu scabies betina akan mati setelah bertelur. Scabies betina mengeluarkan 40-50 butir telur jadi bayangkan saja jika semua menetas, maka kutu akan menyebar ke seluruh tubuh dan lingkungan sekitar. Nah telur kutu menetas dalam 4-5 hari, jadi pengulangan pengobatan sangat disarankan. Untuk kutu jantan dia mati setelah kawin (mungkin kelelahan).
Penggunaan awal obat Scabimite Cream cukup berhasil dengan berkurangnya gatal dan bentol-bentol dalam 20 jam setelah pemakaian. Gatal dan bentol-bentol masih ada namun tidak separah sebelum pengobatan. Bukan hanya pengobatan yang saya lakukan tetapi memperbaiki keberanian diri. Pencucian dengan air panas untuk semua pakaian mulai dari celana dalam, seprei, baju dan yang lainnya. Empat hari setelah pengobatan tampak kulit menjadi hitam terutama di bekas bentol-bentol (mungkin efek bom pada kulit yang terkena kutu). Bentol-bentol hilang, hanya beberapa bagian saja yang masih gatal dan bentol. Saya ulangi sekali lagi untuk mematikan kutu yang masih bertahan. Hari ke lima hampir terasa sembuh, hari ke tujuh saya ulang kembali pengobatan untuk membunuh telur kutu yang sudah menetas.
Obat Budug: Scabimite Cream |
Methylprednisolone dan CTM sesekali saya minum ketika gatal yang tidak tertahankan (umumnya malam hari) dan kadang diminum pagi hari untuk menghindari menggaruk berlebih dan menutup malu karena sering menggaruk badan. Setelah masa penyembuhan (gatal dan bentol-bentol hilang) saya membeli sabun JF Sulfur yang sudah dipercaya bisa menghilangkan gatal-gatal dari sebuah infeksi bakteri maupun jamur, selain itu sabun ini juga mempunyai daya menghilangkan noda hitam bekas luka dari budug!.
Sabun JF Sulfur yang berbau belerang (sulfur) harganya cukup mahal untuk satu batang saja Rp 12.000-13.000 padahal pas saya SMA (2008) Rp 5.000 saja. Dulu pernah mencoba sabun ini karena penasaran. Dan kali ini untuk kedua kali menggunakan sabun yang baunya njelehi sekali bagi hidungku. Sabun JF Sulfur cukup efektif untuk menghilangkan gatal-gatal dan menghilangkan noda hitam bekas luka budug. Bekas luka budug tampak lebih memudar dari sebelumnya. Satu jam penggunaan sabun ini kulit mati terangkat cukup mudah sehingga kulit baru muncul dengan pigmen yang lebih cerah (bukan putih).
Bekas Luka Budug |
Alhamdulillah, penyakit budug ini hanya bertahan 3 minggu saja. Seminggu masa penularan, seminggu masa gatal karena tidak tahu, hanya mengandalkan antihistamine dan seminggu masa penyembuhan. Jujur saja penyakit ini lebih menyebalkan daripada bēreng di selangkangan. Kalau bēreng (jamur) ini lebih mudah pengobatannya hanya menggunakan salep dan jaga kebersihan celana dalam saja. Sementara si kutu kupret harus semua barang pakai dicuci air panas, semua anggota keluarga harus dibersihkan juga. Mungkin lebih baiknya di-isolasi untuk tidak menyebar.
Jika Anda sekalian sedang gudikan atau budug jangan patah semangat untuk sembuh. Jangan lupa kebiasaan hidup harus dijaga agar selalu bersih dan sehat. Tuhan Memberkati!
Komentar