Swafoto Di Curug Tiga |
Tidak ada yang istimewa selain dari sahabat yang bertamu. Sahabat ini memang bukan sahabat sekolah ataupun sahabat dari tempat kerja. Dua sahabat yang berasal dari Purwadadi, Ciamis bernama Yayan dan Badrun. Awal mereka berdua menjadi sahabat dekat ketika plesiran ke pantai Sawangan, Kebumen tahun 2017 lalu. Boleh disebut mereka adalah teman ketemu di tempat plesiran. Persamaan hobi dan kampung halaman inilah yang menjadikan kami selalu berinteraksi untuk membicangkan hal-hal yang tidak perlu khususnya di wilayah tempat kami tinggal.
Bagi saya berteman dengan mahasiswa seperti mereka adalah sesuatu yang sangat menguntungkan, terutama tentang pertukaran ide, gagasan dan tukar ilmu. Sesuai pepatah Arab "Berteman dengan tukang minyak wangi maka akan ikut wangi" maka saya pribadi mengambil banyak gagasan dan ilmu-ilmu yang tidak pernah saya pelajari sebelumnya dari mereka berdua. Banyak-banyak terima kasih untuk mereka.
Cerita ini akan saya bagi dua berdasarkan lokasi dan waktu yang terjadi. Menarik tidak menariknya cerita kehidupan tetap menjadi sebuah sejarah hidup yang mungkin hilang begitu saja, dengan menulis cerita itu akan lebih terjaga.
Yayan Dan Pangandaran
Status-status media sosial milik Yayan selalu menghiasi layar monitor 5,2 Nokia 5 milik ku. Status konyol, foto maupun perasaan galau percintaan yang kadang muak untuk dibaca, terlebih dibalas (dikomentari). Itulah kenyataan zaman now yang mau tidak mau harus dijalani. Berdasarkan status-status tersebut terkadang menjadi topik-topik tidak penting di ruang obrolan baik di Instagram atau Whatapp yang selalu menarik dibicarakan.
Suasana Pantai Barat Pangandaran |
Berkat status yang alay a la Yayan inilah saya mengetahui lokasi di mana dia berada hari ini. Sesuai status Whatapp-nya yang mengatakan sudah dua minggu tinggal di kampung halaman, basa-basi terjadi sehingga keluar sepakat untuk buka puasa di pantai Pangandaran.
Rencana buka puasa dengan menyaksikan sunset terbaik gagal 70 % karena terlambat datang, tapi masih beruntung masuh bisa menyaksikan sunset terbaik di jalan raya. Banyak manfaat besar yang didapat dalam pertemuan kali ini terutama tentang keagamaan. Diskusi keagamaan mengalir dengan kudus dan membentangkan ilmu-ilmu yang belum saya ketahui. Kenapa ilmu keagamaan yang dibahas?! Tentu saja topik ini diambil karena Yayan seorang lulusan Universitas Islam yang tentunya mempunyai bentangan dan kedalaman ilmu keagamaan luas dan dalam khususnya agama Islam.
Topik keislaman dibicarakan hingga jam delapan malam setelahnya makan malam sebagai hidangan besar buka puasa yang sengaja ditelatkan (6/6).
Reuni Kembali
Istimewanya lebaran adalah kumpulnya keluarga, teman, sahabat, musuh, mantan dan dedemit lainnya. Kesempatan lebaran ini tidak kami lewatkan begitu saja. Yayan yang hampir sebulan di rumah, tentu saja mempunyai kemungkinan untuk ngopi bareng lebih sering. Sementara Badrun yang masih bertikai dengan keilmuannya di Jogja tentu saja mempunyai kemungkinan kecil untuk ngopi bareng.
Menikmati Sebatang Rokok Dan Sunset |
Iri dengki indikasi kuat seorang Badrun Munawir mengirimkan pesan ajakan untuk pergi ke Pangandaran bersama. Tentu saja saya tolak karena berbagai alasan yang tak mudah saya terima terutama malas untuk bermacet-macetan dan muaknya melihat orang berjubel di pantai. Sebagai pengganti saya tawarkan paket wisata lokal a la wildlife exploration yakni menjelajah hutan lindung Pamarican dengan air terjun yang masih alami. Beruntung tawaran paket wisata murah itu diterima oleh Badrun dan juga Yayan.
Janji itu benar-benar terlaksana dengan baik. Mereka berdua datang lebih awal dari perkiraan, sekitar jam 11:30 siang. Paket wisata lokas murah itu dimulai di rumah saya yang tidak jauh dari wisata kemiskinan karena rumah tradisional Jawa yang hampir rubuh. Demi tamu istimewa ini, saya ungsikan mereka ke gubuk pinggir sawah dekat rumah. Menikmati hidangan sederhana lebaran dan juga hidangan berat di bawah sederhana melengkapi susunan paket wisata lokal murah ini.
Pemanfaatan waktu untuk menjamin kenyamanan dan ketepatan paket wisata untuk mereka berdua, selepas adzan duhur kami berangkat ke hutan lindung Pamarican. Sepeda motor dititipkan di rumah Zaenal. Beruntung sekali Anwar (Adik Zaenal) bergabung dengan kami. Wah jika tidak ada Anwar mungkin Paket Wisata Murah ini hanya sampai Curug Satu sampai Curug Tiga saja. Maklumlah untuk Curug Tujuh jatuhnya minta ampun terutama hutan lindung yang super lebat.
Swafoto Di Curug Tujuh |
Perbekalan dan peralatan sudah ditata dengan baik tinggal berangkat saja. Medan yang tidak mudah ini membuat mereka berdua kagum dan seakan menginggat kembali ke perjalanan ke puncak gunung Rinjani. Hutan tropis memang tidak jauh berbeda dengan gambaran visual yang direkam oleh kanal televisi National Geographic. Rungkut dan lembab.
Curug pertama yang dikunjungi adalah Curug Tiga (Curug Angin) dan berlanjut ke Curug Tujuh sebagai destinasi utama. Berbagai tebing batu dengan kemiringan yang curam (70-80 derajat) dilewati dengan hati-hati, aliran sungai yang jernih dan damainya nyanyian burung menambah semangat untuk menuju Curug Tujuh.
Duri-duri penghalang terlewati sudah dan akhirnya kami sampai di Curug Tujuh yang mempunyai ketinggian lebih dari 10 meter. Sayang sekali debit air saat itu tertolong kecil, maklum saja sedang musim kemarau. Kegiatan pertama kami hanyalah membuka bekal berupa kue mue khas lebaran. Selanjutnya foto-foto narsis di ayunan hammock. Sementara Badrun lebih memilih menenangkan diri dengan bersantai dan tidur di bawah pohon rindang.
Senja Di Sawah Hits |
Paket wisata murah ini belum berakhir walaupun kami pulang dari curug pada pertengahan sore. Tak ketinggalan wisata kuliner berupa Mie ayam andalan Pamarican (Mie ayam Uwak Lim). Selepas mengisi perut perjalanan berlanjut ke sawah hits di ujung kampung Kubangpari.
Menikmati senja hari di sawah hits dengan bentangan hijau pohon padi dan indahnya sunset di ujung barat. Inilah akhir daripada paket wisata murah! (16/6).
Komentar
Travelling ala kadarnya
Luarbiasa