Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Peringatan Hari Kematian Dari Budaya Sunda

Pagi itu tetangga memberikan satu box nasi bungkus dengan isi dua potong daging sapi, lodeh kacang merah, lodeh bihun, dan aneka ragam makanan ringan khas Sunda. "Wah siapa yang hajatan nih?" Memang umumnya masyarakat di sini jika ada bungkusan nasi yang dikirim seseorang dianggap sebagai sebuah undangan istimewa (sorogan). Ternyata perkiraan saya salah akan sorogan itu, nasi yang diberikan tetangga merupakan titipan dari mantan warga yang sekarang sudah pindah ke kampung halamnya.

Kabar punya kabar nasi ini adalah nasi slametan hari ke-40 wafatnya mantan tetanggaku itu. Memang hal ini mungkin bagi anda tidak terlalu istimewa untuk dibahas atau diceritakan. Tapi tunggu dulu ada kebudayaan menariknya loh. Okelah aku berikan mukadimahnya dulu ya.
Setiap kebudayaan mempunyai cabang-cabangnya jadi jangan menjeneralisir suatu kaum/suku ya. Kadang orang yang tidak tahu berpandangan bahwa bahasa atau kebudayaan Jawa itu satu, padahal banyak. Saya sendiri masuk ke golongan Jawa Banyumasan. Nah dari latar belakang perbedaan itu saya ingin menjelaskan kepada Anda sekalian tentang kebudayaan dan kepercayaan pada masyarakat Sunda di kampungku. 

Gambar Ilustrasi

Kebudayaan dan kepercayaan pada masyarakat Sunda di kampungku mungkin berbeda dengan kebudayaan masyarakat Sunda kota ataupun masyarakat Sunda di daerah lainnya. Keunikan yang akan saya bahas adalah slametan hari ke-40 wafatnya seseorang yang dirayakan mirip dengan pesta pernikahan/khitanan. Unik kan? 

Saya sendiri belum pernah bertanya langsung kepada tokoh masyarakat Sunda ataupun kepada orang Sunda yang paham akan kebudayaannya dan cerita ini hanya berdasarkan cerita kehidupan sehari-hari ku selama bergaul harmonis dengan masyarakat Sunda. Mari kita bedah kebudayaan unik itu.

Setiap suku dan agama mempunyai tradisi berbeda dalam menghormati jenazah ataupun kematian. Pada masyarakat Sunda pada umumnya mempunyai tradisi yang sama seperti masyarakat Jawa yang menyelenggarakan slametan pada upacara peringatan kematian hingga dua tahun. Namun yang unik dari masyarakat Sunda ini terutama saat slametan hari ke-40 dimana semua tetangga, saudara dan teman akan diundang dengan menggunakan nasi sorogan. Nasi bukan sembarang nasi tentunya, nasi ini harus kembali dibalas dengan sebentuk pemberian uang ataupun bahan makanan pokok sebagai hadiah (mirip dengan hajatan).

Kemiripan dengan tata cara hajatan ini lah yang membuat tradisi slametan hari ke-40 wafatnya seseorang terasa unik. Setiap orang yang datang tentunya akan membawa uang dalam amplop ataupun memberi satu baskom bahan makanan pokok. Selepas makan makanan ringan yang dijamukan kepada para tetamu, para tetamu juga akan mendapatkan oleh-oleh saat pulang. Oleh-oleh (berkat) sama persis dengan orang hajatan, bisa berisi satu kotak nasi, kue muweh, dan makanan kering lainnya.

Kebudayaannya unik ini memang hanya pada masyarakat Sunda di daerah tertentu misalnya di tempat ku yang mempunyai budaya tersebut adalah masyarakat Sunda yang tinggal di pegunungan sementara orang Sunda di dataran ataupun di kota tidak menjalankan tradisi ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d