Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

BAHASA INDONESIA: Perjuangan di Pamarican #2

Melanjutkan edisi sejarah sebelumnya dalam segmen spesial Bahasa Indonesia di blog ibdisch ini. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih telah membaca blog ini semoga bermanfaat.

Kecintaan Letnan Anumerta Soediro Wirjo Soeharjo melebihi apa yang kita kira sebelumnya sebagai bukti nyata Beliau menjadikan anak-anaknya untuk menjadi tentara pelajar diantara Eddy,  Herman Sarens,  Oete dan Djoni. Tak lupa Beliau mengajarkan sikap kesatria pada putri - putrinya yakni Mince,  Tince,  Leni, Nani dan Nine yang melibatkan diri di Palang Merah Indonesia (PMI),  Laskar Wanita Indonesia (LASWI)  dan dapur umum. Istri tercinta Beliau R.A.H Artini Diposaputro pun tak ketinggalan dalam laga perjuangan kemerdekaan dengan ikut serta dalam LASWI. Soekarna dan Soemarja sebagai menantu menyerahkan nyawa dan harta untuk memperjuangkan kepentingan negara untuk kemerdekaan Indonesia di barisan tentara Indonesia.

Sebuah perasasti kepahlawanan yang di letakkan di masjid dekat tempat pembantaian
Saat Netherlands Indie Civil Administration (NICA) dalam agresi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda yang menyelinap di dalam tentara sekutu, Inggris. Letnan Anumerta Soediro Wirjo Soeharjo bergrilya bersama kelompok sosial yang berada di wilayah Banjar dan Ciamis. Karena kelihaian dalam berkomunikasi dengan penjabat penting Beliau bisa berkomunikasi dengan Somaatmaja selaku ketua atau tokoh Barisan Rakyat Indonesia (BRI).

Kerjasama yang baik dilakukan Beliau bukan karena anak-anaknya yang menjadi bagian dari Tentara Pelajar Siliwangi (TPS) melainkan kelihaiannya dalam negosiasi dan hubungan sosial yang baik sehingga bisa mendapatkan bantuan logistik dari Markas Besar Tentara Jawa (MBTJ)  di Yogyakarta yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman hal ini berkat Herman Sarens Soediro sebagai perwira tentara pelajar pertama yang menghubungi langsung Jendral Soedirman. Tak kalah pentingnya Ibu Parma yang merupakan rekan Beliau yang turut memberi sumbangsih terhadap perjuangan mempertahankannya kemerdekaan Indonesia. Ibu Parma yang tinggal di Banjar - Ciamis ini rela mengorbankan rumahnya sebagai markas logistik Batalion IV Resimen XI Devisi III Siliwangi.

Perasasti peringatan pertempuran di Panyusupan, Cikupa - Pamarican
Pada 1947 Letnan Anumerta Soediro Wirjo Soeharjo diperintahkan untuk kembali ke Ciamis dan Banjar. Tepatnya di Desa Panyusupan - Pamarican Beliau ditugaskan untuk konsolidasi dan persiapan logistik yang memadai. Karena posisi Beliau dianggap penting oleh pihak militer Belanda akhirnya menjadi target yang penting. Pada 21 Juli 1947 Agresi Militer Belanda I telah menduduki kota - kota di Jawa dan Sumatera termasuk di Banjar sendiri yang mulai pada Agustus hingga Desember 1947 Beliau selalu mempertahankan diri dari serangan musuh. Pada tanggal 19 Desember 1947 terjadi pertempuran yang sengit dan tidak seimbang antara militer Belanda dengan Batalion IV Resimen XI Devisi III Siliwangi di Desa Panyusupan - Pamarican.

Pasukan Belanda menyerang markas dari arah Cikupa pada pagi hari dengan serangan tembakan gencar di bantu mortir khususnya diarahkan ke arah TPS di sekitar hutan jati Gegerbentang. Ketika serangan terjadi Letnan Anumerta Soediro Wirjo Soeharjo sedang membereskan sisa perbekalan, dalam kondisi seperti itu membuat persiapan tempur terkendala sehingga pasukan Indonesia kalah digempur dengan gencar oleh pasukan Belanda. Letnan Anumerta Soediro Wirjo Soeharjo akhirnya ditangkap dengan keadaan tidak berdaya Beliau dibacok kedua kakinya dengan golok dan ditembak mati oleh tentara Belanda.

Pertempuran yang tidak seimbang ini telah menggugurkan beberapa pejuang Indonesia selain Letnan Anumerta Soediro Wirjo Soeharjo yakni Ajudan Saiban yang gugur dengan tragis sama seperti Beliau dengan dibacok dan dibelah dadanya sebelum ditembak mati. Turut gugur juga sebagai kusuma bangsa putra - putra terbaik bangsa Indonesia yang bergabung dengan Tentara Pelajar Siliwangi (TPS) seperti Kalwan,  Sadli,  Sumardi dan Supena. Seorang anggota TNI turut gugur yakni Abdul Madjid. Ibu Patma dan Hadili rakyat biasa yang turut membantu perjuangan kemerdekaan turut gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Demikian perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang dilalui dengan penuh tumpah darah, kenanglah Beliau dan yang gugur lainnya sebagai kusuma bangsa Indonesia. Dari sejarah ini saya harapkan manusia modern dari Pamarican sendiri mengetahui sejarah yang terjadi di kampung halamannya.

Komentar

Unknown mengatakan…
apa bahan dan alat yang di gunakan untuk proses pembutan patung tersebut ?
Waluyo Ibn Dischman mengatakan…
Saya kurang oahamya mas soal bahannya dari apa. Metal atau semen taoi kayaknya dari sement

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...