Terlalu lama rasanya membiarkan judul artikel dalam draft terlalu lama. Mbok ora ilok kata orang Jawa. Lama - lama akan menjadi sebuah judul yang sia - sia semata. Baiklah mumpung masih mempunyai jarak tujuh hari dan daya ingat masih bagus saya ingin kembali menulis untuk kalian semua para penggemar gelap (hehehehe).
Keinginan dan kesombongan menjadi pecut untuk menjadikan misi ini sebagai sejarah hidup. Memang terasa melebih - lebihkan ya kalimat pembukanya. Jalur Banjar - Pangandaran memanglah tidak segampang yang dibayangkan terutama untuk para pesepeda pemula seperti saya, di sini saya ingin membagikan pengalaman saya selama menjalankan hobi sehat ini.
Berpose di pinggir pantai Barat Pangandaran |
Dimulai dari janji yang selalu tidak ditepati yakni untuk berkunjung ke sahabat kampus dulu yang sedang berdinas di Puskesmas Pangandaran. Ya janji - janji busuk memang saya berikan untuk Mas Indra Farid yang selalu menyanjung kegantengan wajahnya.
Kali ini cuaca memang agak bersahabat daripada 3 hari yang lalu dengan curahan hujan sepanjang hari tentu saja membuat manusia Indonesia seperti saya malas untuk membuka payung. Karena perbedaan cuaca kali ini saya berniat untuk sekedar main sepeda dengan trek yang belum pernah coba sebelumnya yakni jalur Pamarican - Banjarsari dengan jarak 8-9 Km. Bagi saya ini adalah jalur yang lumayan "medium" bagi pemula seperti saya yang biasa bermain di trek lurus datar. Bermula jam 06:10 WIB saya berangkat dengan amanah untuk membeli minyak goreng di alfomart uang Rp 50.000 pun ku ambil sebagai uang titipan.
Ada beberapa trek yang memiliki tantangan tersendiri di jalur Pamarican - Banjarsari tepatnya jalur nanjak dan berkelok di wilayah Samono - Kertahayu, Cikotok - Sukajadi. Tanjakan ini tidak terlalu ekstrim boleh dibilang "medium" atau sedang hanya menggunakan gigi antara 1-4 sudah bisa diarungi. Namun perlu hati - hati di belokan jembatan kereta api di wilayah Cikotok karena banyak kendaraan yang berkecepatan tinggi. Belokan ini merupakan salah satu titik tengkorak karena sering terjadi kecelakaan. Trek menurun di Sukajadi juga harus mempunyai tingkat konsentrasi yang lumayan karena selain trek yang menurun juga terdapat belokan. Pada umumnya jalur Pamarican - Banjarsari mempunyai trek datar dan lurus apa lagi setelah turunan dari Sukajadi.
Berpose alay di pantai Timur Pangandaran |
Tugu perbatasan Kabupaten Ciamis dengan Kabupaten Pangandaran terlewati sudah. Rencana awal yang memang hanya sampai Banjarsari akhirnya dengan tekad bulat saya lanjutkan kembali sampai Pangandaran. Sekitar 20 menit untuk istirahat dan makan di warung dekat tugu perbatasan. Hanya dengan Rp 7000 bisa menikmati seporsi lengko lengkap dengan daging ayam kampung, cukup murah.
Trek lurus menjadi mayoritas di jalur Banjarsari - Padaherang - Kalipucang. Namun terdapat beberapa tanjakan dengan kelas "medium" selanjutnya memang benar - benar lurus dan datar. Di Wilayah Banjarharja juga terdapat tanjakan yang lumayan menguras tenaga.
Jalur "ekstrem" berada di jalur Emplak sampai ke Pangandaran dengan tanjakan yang super ndedel dan trek yang berkelok. Selain tingkat kesulitan yang tinggi kondisi jalan pun menjadi perhatian untuk keselamatan pesepeda. Konsentrasi harus full saat di turun Emplak akan mengurangi kecelakaan. Jalan Kalipucang - Pangandaran termasuk dalam golongan jalan nasional namun dilihat dari kondisi jalan yang sempit dan rusak rasanya tidak pas disebut sebagai jalan nasional.
Beruntung memang tidak dapat diraih dengan mudah dalam perjalanan ini saya berkenalan dengan sekelompok remaja yang masih duduk di kelas 2 SMA sekitar 5 orang yang mempunyai maksud yang sama dengan saya yakni bersepeda ke pantai Pangandaran. Tepat pukul 11:30 sampai di Pananjung - Pangandaran akhirnya sampai juga.
Rasanya tak mampu bercerita banyak untuk perjalanan kali ini. Dengan bangga saya ucapkan terima kasih terhadap teman - teman dari Banjarsari. Terlebih saya ucapkan terima kasih untuk Mas X (lupa nama) yang memberi hidangan bakso tulang lunak saat perjalanan pulang.
Komentar