Yuli Prastiwi mengawali gelombang kedua covid-19 pada tahun 2022, entah dari mana dia memperolehnya. Setelah Yuli berguguranlah beberapa perawat dan bidan di tempat saya bekerja. Gejala bervariasi sekali, ada yang mengatakan sama beratnya dengan yang jenis Delta, ada yang bilang sedang dan ada yang ringan seperti flu biasa. Kembali lagi semua yang dirasakan adalah bersifat subjektif untuk penilaian berat atau ringannya, walaupun semua gejala bisa diukur secara objektif.
Tiap minggu ada saja yang kena, bak arisan tiap orang mempunyai kesempatan yang sama. Kini di pertengahan Maret 2022 saya mendapatkan jackpot, perut mules, kembung, mencret, nyeri tenggorokan, flu dan pusing. Awalnya aku merasa ketidakberesan badan dicetuskan oleh kelelahan belaka. Namun semua dugaan itu tidak semuanya salah. Saya yakin akibat dari kelelahan bekerja ala romusha ditambah rodi, menjadi langkah awal imunitas badan turun.
Kamis pagi rasanya sudah gak karuan, badan seakan meminta berhenti untuk dipekerjakan. Apadaya jadwal rodi romusha menuntut tiap harinya, kala itu nyeri tenggorokan muncul, perut kembung dan sedikit nyeri kepala. Beruntung virus tidak menyerang langsung, tapi perlahan bak gerilya di awal kemerdekaan. Hari Jum'at dimana saya masuk malam dengan bestie, tidak banyak pasien. Suatu keberuntungan yang nyata, alih-alih beruntung tapi sebenarnya buntung untuk kesehatan. Tidur putus sambung seperti layangan, tidak teratur dan melemaskan semua otot. Capek.
Badan sudah gak karuan, jam dua dini hari saya mendapatkan pasièn covid dengan keluhan mual muntah, diare, pusing dan yang lainnya. Hingga akhirnya tidur jam tiga pagi. Alamat kerusakan badan menjadi-jadi!. Penderitaan tidak sampai jam tiga pagi, rodi romusha kembali memanggil dengan adanya rapat gila hormat dari pimpinan. Tubuh semakin melemah hingga akhirnya rapat usai jam 10 pagi.
Lemas dan capek sampai urat saraf hingga malam minggu, badanku semakin aneh. Ritual kerokan akhirnya terjadi dengan sahabat baik, dia rela bergantian untuk saling pijat dan kerokan. Efek pijat terasa menyegarkan, namun lagi-lagi lemas, mual, kembung dan diare masih ada. Dan tubuhku masih kuat dengan bantuan obat-obatan simptomatik hingga minggu pagi.
Minggu hingga Selasa masih dalam rangka rodi romusha, hilang akal untuk menyelesaikan semuanya. Pagi seperti biasanya, jam 8 sudah tiba di kantor. Suasana cukup tenang dengan sedikit mendung. Hanya ada saya dan teh Elis, aku semakin curiga dengan badanku. Satu tablet masuk dalam mulut untuk jenis antipiretik dan analgesik, selanjutnya satu colokan di rongga hidung sebelah kiri. Detik-detik menegangkan, diantara dia garis yang lama-lama nampak. Samar, ya hasilnya samar.
Tanpa status WhatsApp untuk mengatakan diri sebagai penyintas kopit, bagiku itu hal yang pribadi. Aku kabari beberapa orang penting di instansi, beberapa orang menjawab dengan cepat. Izin untuk isolasi mandiri terbit dengan lanjutan pemeriksaan PCR di hari berikutnya, Senen.
Pada episode kali ini memang tidak terlalu berat, di rumah pun aku bisa jalan-jalan ke belakang rumah dan menjemur padi. Untuk pengobatan saya lebih banyak meminum vitamin sehari sekali, obat kembung, dan kadang oralit.
Komentar