Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Kopit Episode #2

Yuli Prastiwi mengawali gelombang kedua covid-19 pada tahun 2022, entah dari mana dia memperolehnya. Setelah Yuli berguguranlah beberapa perawat dan bidan di tempat saya bekerja. Gejala bervariasi sekali, ada yang mengatakan sama beratnya dengan yang jenis Delta, ada yang bilang sedang dan ada yang ringan seperti flu biasa. Kembali lagi semua yang dirasakan adalah bersifat subjektif untuk penilaian berat atau ringannya, walaupun semua gejala bisa diukur secara objektif.

Tiap minggu ada saja yang kena, bak arisan tiap orang mempunyai kesempatan yang sama. Kini di pertengahan Maret 2022 saya mendapatkan jackpot, perut mules, kembung, mencret, nyeri tenggorokan, flu dan pusing. Awalnya aku merasa ketidakberesan badan dicetuskan oleh kelelahan belaka. Namun semua dugaan itu tidak semuanya salah. Saya yakin akibat dari kelelahan bekerja ala romusha ditambah rodi, menjadi langkah awal imunitas badan turun. 

Alat antigen covid-19 menunjukkan hasil samar

Kamis pagi rasanya sudah gak karuan, badan seakan meminta berhenti untuk dipekerjakan. Apadaya jadwal rodi romusha menuntut tiap harinya, kala itu nyeri tenggorokan muncul, perut kembung dan sedikit nyeri kepala. Beruntung virus tidak menyerang langsung, tapi perlahan bak gerilya di awal kemerdekaan. Hari Jum'at dimana saya masuk malam dengan bestie, tidak banyak pasien. Suatu keberuntungan yang nyata, alih-alih beruntung tapi sebenarnya buntung untuk kesehatan. Tidur putus sambung seperti layangan, tidak teratur dan melemaskan semua otot. Capek.

Badan sudah gak karuan, jam dua dini hari saya mendapatkan pasièn covid dengan keluhan mual muntah, diare, pusing dan yang lainnya. Hingga akhirnya tidur jam tiga pagi. Alamat kerusakan badan menjadi-jadi!. Penderitaan tidak sampai jam tiga pagi, rodi romusha kembali memanggil dengan adanya rapat gila hormat dari pimpinan. Tubuh semakin melemah hingga akhirnya rapat usai jam 10 pagi.

Lemas dan capek sampai urat saraf hingga malam minggu, badanku semakin aneh. Ritual kerokan akhirnya terjadi dengan sahabat baik, dia rela bergantian untuk saling pijat dan kerokan. Efek pijat terasa menyegarkan, namun lagi-lagi lemas, mual, kembung dan diare masih ada. Dan tubuhku masih kuat dengan bantuan obat-obatan simptomatik hingga minggu pagi.

Kerokan ala Jawa - China

Minggu hingga Selasa masih dalam rangka rodi romusha, hilang akal untuk menyelesaikan semuanya. Pagi seperti biasanya, jam 8 sudah tiba di kantor. Suasana cukup tenang dengan sedikit mendung. Hanya ada saya dan teh Elis, aku semakin curiga dengan badanku. Satu tablet masuk dalam mulut untuk jenis antipiretik dan analgesik, selanjutnya satu colokan di rongga hidung sebelah kiri. Detik-detik menegangkan, diantara dia garis yang lama-lama nampak. Samar, ya hasilnya samar.

Tanpa status WhatsApp untuk mengatakan diri sebagai penyintas kopit, bagiku itu hal yang pribadi. Aku kabari beberapa orang penting di instansi, beberapa orang menjawab dengan cepat. Izin untuk isolasi mandiri terbit dengan lanjutan pemeriksaan PCR di hari berikutnya, Senen.

Pada episode kali ini memang tidak terlalu berat, di rumah pun aku bisa jalan-jalan ke belakang rumah dan menjemur padi. Untuk pengobatan saya lebih banyak meminum vitamin sehari sekali, obat kembung, dan kadang oralit.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...