Jemini adalah novel berbahasa Jawa pertama yang pernah ku baca. Berawal dari Tokopedia di sejumlah toko online buku asal kota pelajar, Yogjakarta. Buku-buku berbahasa Jawa terkumpul di penerbit dan toko tersebut, sebagai orang Jawa yang ingin kembali pada pelukan 'bunda' tentu saja saya mempunyai ketertarikan tersendiri untuk memiliki dan membacanya. Akhirnya sekian bulan menabung rupiah untuk membeli tiga buku sekaligus, termasuk novel Jemini.
Ketertarikan ini membuat saya yakin untuk kembali kepada budaya leluhurku, ketertarikan pada sastra modern Jawa. Sungguh amat sulit untuk mencari novel berbahasa Jawa di Gramedia wilayah Tasikmalaya ataupun toko buku lainnya yang ada di Priangan Timur. Bersyukur sekali dengan adanya toko online, saya mendapatkan novel-novel atau buku berbahasa Jawa.
Awal membaca novel karangan Suparto Brata, saya mendapatkan kebingungan mendasar dalam hal membaca bahasa Jawa. Terlebih bahasa Jawa dialek Jogja ataupun Surabaya, semua sekam samar. Ada yang dimengerti ada yang sama sekali tidak tahu, ya mungkin inilah alasan kenapa bahasa Jawa tidak bisa menjadi bahasa nasional. Bahasa yang cukup rumit untuk dimengerti suku lainnya di Indonesia. Untuk bahasa Jawa tersendiri terdiri dari tiga tingkatan yakni rendah (Ngoko), tengah (Madya), luhur (Krama), selain adanya tingkatan bahasa, bahasa Jawa juga mempunyai banyak dialek seperti dialek Cirebonan, Banten, Banyumasan, Tegal, Semarang, Jogjakarta, Solo, Surabaya atau Jawa Timuran.
Paragraf pertama agak susah dicerna, selanjutnya agak mengerti sedikit demi sedikit berhubung saya sering mendengarkan drama radio dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun sebaliknya tidak pernah tahu kosakata yang berasal dari Surabaya atau Jawa Timuran berhubung latar belakang novel Jemini.
Menyusuri profil penulis, Suparto Brata adalah seorang sastrawan Jawa yang meluncurkan banyak novel berbahasa Jawa dan Indonesia. Beliau juga pernah mendapatkan anugerah dari Kementerian Pendidikan; The S.E.A Write Award di Thailand. Jadi jangan diragukan lagi keindahan sastra yang beliau tulis. Saya memilih Jemini sebagai novel bahasa Jawa pertama untuk dimiliki karena ada latarbelakang dunia pergundikan dan zaman kolonial. Daya tarik tersendiri bagi saya, ada keindahan tersendiri di zaman tersebut.
Cerita Jemini dikuliti habis dari awal anak-anak sampai dewasa (berkeluarga), setiap umurnya terkisahkan dengan indah dan jelas. Banyak pelajaran hidup yang didapat, baik yang lumarah saat zaman kolonial atau pada zaman sekarang. Tema gender pun tersedia dengan pemaparan bahwa perempuan seharusnya mempunyai hak yang sama dengan lelaki. Selain masalah tersebut juga masalah percintaan yang menjadi tonggak utama jalannya cerita.
Awal kisah, Jemini adalah seorang anak yang termasuk nakal di kalangan kamp (kompleks) militer Belanda. Anaknya lincah, berbadan gemoy dan cuwek. Jemini yang nakal masih belum mengerti apa itu kedewasaan, pernah dia melihat perzinahan secara langsung namun pikiran belum tahu betul apa yang namanya persetubuhan antara lingga dan yoni.
Jemini akhirnya dijodohkan oleh seorang tentara KNIL, namun dirinya masih merasa anak kecil sehingga tidak ada persetubuhan, pernikahannya pun tidak sampai satu mingguan, akhirnya dicerai. Kisah berlanjut pada budaya munci (nyai), Jemini kini menjadi munci untuk seorang anggota KNIL kembali, namanya Radian. Kehidupan Jemini berubah total, jiwa kewanitaannya menjadi dewasa dalam kungkungan Radian yang amat keras. Hidupnya terlalu sengsara oleh Radian hingga akhirnya kabur ke Padalarang menemui sahabat orangtuanya, Wak Talib. Selang beberapa Minggu Jemini disusul oleh kedua orangtuanya dan diajak kembali untuk hidup di Surabaya.
Surabaya menjadi tempat berseminya cinta tulus suci antara Jemini dan tuan Piet. Belanda ini ternyata mempunyai niat suci pada Jemini, keseriusannya mengawininya sangat besar. Berbagai ujian terlewati hingga akhirnya pemerintahan Kolonial Belanda berserta gereja merestui perkawinan Jemini dan Meneer Piet. Di sini kita harus menyamakan logika zaman kolonial di mana seorang pribumi dan Belanda totok mempunyai perbedaan perundang-undangan. Dengan Piet kehidupan Jemini semakin bahagia, cintanya sangat surgawi. Lagi-lagi kekuatan cinta Piet dan Jemini diuji dengan perginya Piet menemui orang tuanya di Belanda.
Seandainya novel Jemini ada lanjutannya dengan segera akan dibeli. Namun sayang sepertinya novel ini tidak ada lanjutannya. Dan sekarang saya mencoba untuk menabung kembali demi memperoleh novel berbahasa Jawa kembali.
Judul : Jemini
Penulis : Suparto Brata
Penyunting : Dhanu Priyo Prabowo
Penerbit: Penerbit Narasi
Cetakan: Pertama, 2012
Dimensi: iv + 196 halaman, 14x20 cm
ISBN: (10) 979-168-306-9 & (13) 978-979-168-306-7
Komentar