Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Menyelami Kearifan Lokal Kampung Kuta

Lumbung Padi Kampung Adat Kuta

Sudah lama saya menginginkan untuk berkunjung ke kampung adat Kuta di ex kecamatan Rancah. Orang mungkin mengira bahwa kampung adat Kuta berada di Bali, ya ini karena kesamaan nama. Kampung adat Kuta mempunyai kearifan lokal masyarakat adat Sunda yang selalu menjalankan amanah dan budaya leluhur Sunda, sangat wajar bila di Ciamis terdapat kampung yang masih menjaga adat budaya leluhur Sunda karena sejarah panjang kerajaan Sunda terjadi di wilayah Ciamis dewasa ini. Misalnya saja kerjaan Sunda termashur kala itu yakni kerajaan Galuh yang mempunyai wilayah kekuasaan yang cukup luas, Ibukota kerjaan Galuh sendiri terletak di Kawali dan banyak sekali situs sejarah Sunda yang ditemukan di wilayah kabupaten Ciamis yang paling utama yakni Ciungwanara.

Kampung adat Kuta sendiri berada di desa Karangpaningal, kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis. Tepat berada di utara Kota Banjar dan sebelah barat kabupaten Cilacap. Kampung adat Kuta ini berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah ditandai oleh belahan sungai Cijolang, walaupun berbatasan dengan Jawa Tengah secara politik maupun administrasi namun bukan sebagai perbatasan kebudayaan karena kecamatan Dayeuhluhur yang masuk kedalam wilayah Jawa Tengah merupakan tempat tinggal suku Sunda. Perlu diketahui bahwa beberapa kecamatan di barat kabupaten Cilacap berpenduduk asli Sunda mulai dari 40-90%. 

Saya, Tendy, Rylo dan Zaenal

Berawal dari ajakan seorang sahabat karib, Tendi Nugraha. Seorang  asli dari Tambaksari mengajak kami (Rylo, Zaenal dan saya) untuk menginap dan berkunjung ke wilayahnya. Memang kami mempunyai visi yang sama untuk selalu mengulik tempat yang berpotensi sebagai tempat wisata dan juga melestarikan suatu adat budaya. Karena hal itulah kami bersahabat dan saling berkunjung untuk menikmati keindahan alam di sekitar lingkungan sendiri. Kali ini saya bersedia untuk menikmati keindahan alam Tambaksari, walaupun saat itu capek karena habis dinas sore di puskesmas. Untung saja besok hari  pergantian shift sehingga saya mempunyai banyak waktu untuk ikut bergabung dengan mereka. 

Perjalanan dimulai selepas makan sore Di rumah saya, selanjutnya menuju rumah Kang Tendy melalui Banjar, Dayeuhluhur dan sampai ke rumah Kang Tendy. Perjalanan lebih cepat dengan kualitas jalan bagus ketika melalui Jawa Tengah terlebih dahulu. Sementara jika ingin jalan yang berbeda bisa menggunakan jalan Cisaga alternative ke Cirebon dan berbelok ke arah Rancah setelah melewati Rancah kemudian baru ke wilayah kecamatan Tambaksari. Kalau dari rumah saya berkisar 33Km melalui lintas Cisaga - Cirebon dengan waktu tempuhnya sekitar 1 jam 15 menit. 

Susana Panen Padi Pinggir Rumah 

Tepat menjelang magrib Kita sampai di kediaman Kang Tendy. Rumah yang sangat asri dan indah, sawah terasering dipinggir rumah berserta kolam ikan yang cukup luas berdampingan dengan rumahnya yang berlantai dua. Kegiatan Kami tidak banyak saat itu hanya bercengkrama semalam suntuk, rencana memang sedikit banyak malam itu karena hujan cukup deras membuat kami enggan keluar rumah. Berbagi hidangan keluar menyapa mulut kami, ya ini hidangan istimewa dari sang tuan rumah. Tapi alangkah kagetnya saya ketika makan sale pisang yang saya bawa dari rumah (sale pisang mentah), ternyata sang tuan rumah belum tahu cara pembuatan sale pisang krispi. Keluarga Kang Tendy sendiri adalah pemilik pabrik tahu/tofu ala Sumedang dan kami pun mencicipi produk andalan keluarganya. 

Sinar mentari menembus kaca bening sebelah timur, menandakan pagi sudah datang! Ah rasanya enggan bangun, rasa capek karena perjalanan dan kerja cukup membuat badan saya lelah. Kembali berbaring dengan kemalasan yang susah diubah. Matahari mulai agak tinggi barulah kemalasan hilang dan badan terasa puas dengan istirahat yang diperoleh! Sang tuan rumah kembali ke tempat kami tidur untuk mengajak sarapan pagi bersama. Wah rasanya malu tapi bagi saya ini adalah penghormatan yang luar biasa. Terima kasih pak dan ibu Tendy!

Hidangan Istimewa

Mandi pagi, sarapan, persiapan kamera dan segalanya sudah selesai tinggal menertibkan teman-teman lainnya. Agak siangan sedikit kami menjelajah wilayah Tambaksari khususnya kampung adat Kuta. Saya sendiri berboncengan dengan Kang Tendy, sementara Rylo dan Zaenal berboncengan bersama.  Kualitas jalan menuju kampung adat Kuta dari kediaman Kang Tendy boleh dikata sangat bagus. Sedikit sekali ditemukan lubang di jalan. Tampak tulisan nama-nama orang yang di tulis di atas aspal yang menjadi pelapis jalan. Ya itu adalah bentuk sosial warga setempat untuk menjaga wilayah tersebut untuk selalu membersihkannya. Setiap nama berjarak 2-3 meter dengan nama lainnya.

Sebelum gerbang utama desa adat terdapat hutan yang masih asri, sangat sejuk sekali di situ. Saya pikir mirip sekali dengan susana hutan di cagar alam. Berlanjut ke gerbang utama yang dibangun bergaya khas sunda. Pintu gerbang ini agaknya tidak ada petugas yang berjaga, mungkin faktor dari kunjugan wisatawan yang jarang. Melewati turunan yang super curam hingga lembah unik diwarnai oleh kuning khas padi yang sedang ranum. Hamparan padi itu tersusun indah mendampingi kedamaian desa adat Kuta. Memasuki wilayah kampung adat serasa memasuki wilayah yang sangat kental akan aroma wisata, tampak beberapa umbul-umbul yang melambai-lambai karena terpaan angin. Bak sambutan hangat untuk pengunjung!. 

Pose di Depan Balai Pertemuan

Bangunan megah di depan lapang parkir ataupun lapangan serbaguna itu digunakan sebagai balai pertemuan adat maupun balai pertemuan/acara dan keperluan lainnya. Bangunan megah itu tentunya bergaya khas Sunda dengan atap yang terbuat dari jerami pohon enau. Atap yang terbuat dari pohon enau sendiri merupakan titah leluhur mereka untuk selalu dijaga dan dilestarikan. Banyak cerita mistik yang didapatkan dimana seorang keluarga mengganti atap rumah dengan jenis seng maupun asbe
s. Tentu saja kampung adat sarat akan peraturan dari leluhur jadi hal yang unik bagi pengunjung.

Swafoto tidak pernah ketinggalan untuk sedikit menjadi kenangan untuk masa yang akan datang. Beberapa tempat yang paling bagus untuk swafoto yakni dekat lumbung padi maupun di lapangan parkir/balai pertemuan. Berbagai informasi tentang kampung adat Kuta dipasang begitu rapi di balai pertemuan ini, selain itu terdapat replika piala dari Kementrian Lingkungan semacam kalpataru. Perlu diketahui bahwa masyarakat adat Kuta selalu menjaga keseimbangan alam sekitar seperti dengan adanya hutan lindung yang hanya boleh dikunjungi hari-hari tertentu saja. Ladang yang selalu hijau berserta hamparan sawah yang selalu mematuhi aturan alam, wajar saja kampung adat tampak asri dan berudara sejuk.

Fasilitas Toilet

Terdapat satu warung tradisional yang dimiliki oleh penduduk setempat yang menyediakan aneka jajanan maupun minuman seperti kopi. Selain jajanan mereka juga menjual berbagai macam peralatan untuk upacara adat ataupun bisa disebut sesaji misalnya saja minyak duyung (minyak nyong-nyong), harus dipahami kenapa mereka menyadiakannya karena untuk mempermudah pengunjung maupun siapa saja saat hendak berkunjung ke hutan larangan. Ya beberapa ritual wajib dilaksanakan jika ingin lebih aman dan damai jika ingin memasuki wilayah hutan larangan.

Sebagai pengunjung tentunya wajib menghormati apa yang menjadi adat maupun kepercayaan setempat. Banyak sekali kejadian yang tidak diinginkan dikala seseorang yang mengandalkan emosi ataupun sikap acuh terhadap peraturan adat yang berlaku. Ya kita sebagai manusia harus menghargai dengan manusia lainnya baik itu adat, agama, budaya dan hal lainnya. 

Seorang Penduduk Lokal

Kali ini kami tidak mempunyai pemandu lokal yang bisa bercerita banyak soal adat budaya di kampung Kuta, tapi semua itu sudah terwakili oleh Kang Tendy yang merupakan warga lokal di sana, walaupun Kang Tendy bukan warga adat tapi dia merupakan tokoh pemuda yang lebih berpengaruh dan lebih memahami apa yang ada di kampung adat ini. Berjalan ke arah timur menyusuri jalan selebar 1 meter dengan lapisan beton, kiri dan kanan jalan tampak jajaran pemukiman penduduk adat, tentunya masih berpegang pada titah leluhur dimana atap rumah menggunakan jerami enau. 

Di ujung jalan yang berbatasan langsung dengan hamparan sawah terdapat hutan larangan yang dipercaya sebagai tempat menghilangnya Dayang Sumbi yang tidak mau dikawin oleh anaknya sendiri Sangkuring. Menurut cerita setempat banyak orang yang mendapati anjing hitam yang sangat besar sebagai jelmaan dari suami Dayang Sumbi; Si Tumang. Biasanya orang mendapati jelmaan Si Tumang adalah pengunjung yang tidak menghormati adat istiadat. Saat itu kami tidak bisa memasuki wilayah hutan larangan karena bertepatan dengan hari keramat. Sebelumnya seorang kakek-kakek warga lokal menawarkan kami untuk membeli minyak duyung sebagai hadiah atau perantara untuk berkunjung ke wilayah hutan larangan namun kami menolak karena uang saku yang sedikit.

Santai Di Warung

Meninggalkan tempat itu, kami masih bersemangat untuk menjelajahi sisi lain dari kampung adat Kuta, sisi dimana banyak pemukiman penduduknya. Ke arah timur sampai ujung jalan buntu. Di ujung jalan buntu, kami menemukan keindahan taman sederhana yang dibuat di perkebunan kopi. Selain tumbuhan kopi juga terdapat tanaman lainnya. Tepat disinilah ujung dari daerah administrasi provinsi Jawa Barat, di ujung sebarang sungai Cijolang sudah wilayah Jawa Tengah. Beberapa gubug/saung tampak kosong tanpa penghuni, mungkin saja digunakan saat panen atau berkunjung saat merawat tanaman. Di jalanan Kita menemukan kehidupan yang damai sekali. 

Lumbung padi merupakan lambang kesejahteraan warga setempat, maka dibangunlah lumbung padi dengan lesung dekat balai pertemuan. Menurut literasi yang saya baca bahwa masyarakat adat di sini tidak pernah membeli/berjualan beras dikarenakan setiap orang selalu mempunyai cadangan beras yang diperoleh dari sawah masing-masing. Ya ini adalah bukti nyata bahwa masyarakat kampung adat selalu menjaga keseimbangan lingkungan sehingga membuat kesejahteraan tersendiri. Pribadi sederhana merupakan arwah dari masyarakat di sini jadi tidak boleh seseorang penduduk memamerkan kekayaan baik itu dari bentuk rumah maupun lainnya.

Sebuah Gubuk Dekat Hutan Larangan

Beberapa festival kebudayaan selalu diselenggarakan saban tahunnya misalnya upacara adat nyuguh, ronggeng, calung dan yang lainnya. Jadi mesti lihat jadwal yang pas jika ingin berkunjung untuk menyaksikan langsung festival kebudayaan tersebut. Untuk penginapan biasanya disediakan oleh penyelenggara dan dipungut biaya yang mereka tetapkan. Di saat anda menginap berbagai pengalaman menarik mungkin akan ditemukan karena penginapan yang disediakan penyelenggara merupakan rumah penduduk lokal yang tentunya mempunyai kebiasaan tersendiri dengan anda.

Saat kembali ke lapangan parkir dan beristirahat di warung untuk menikmati seduhan kopi, Kami diminta untuk membayar karcis masuk yang harganya cukup mahal dengan Rp 5000/orang. Kang Tendy sebagai pemuda setempat sangat menyesalkan hal itu karena akan menghambat pertumbuhan angka kunjugan wisatawan, selain itu juga dia berseloroh bahwa penarikan karcis tidak sesuai dengan perinsip kampung wisata yang seharusnya mendapatkan penghasilan dari karya seni baik dari seni terapan maupun seni lainnya yang dihasilkan masyarakat setempat bukan hasil dari penjualan tiket masuk. Saya sebagai pengunjung setuju dengan apa yang diutarakan Kang Tendy, bahwa sangat dimaklumi bahwa masyarakat Indonesia sangat jarang berkunjung ke wilayah yang berbau adat budaya kolot yang dianggap sangat orthodox dan membosankan, sama halnya dengan sebuah museum. Di Indonesia sendiri banyak sekali museum dengan harga masuk sangat murah tapi angka kunjugan selalu rendah. Maka dari itu Kang Tendy ingin merubah citra kampung adat yang dianggap sebagai hal yang membosankan.

Tendy Nugraha, Sang Putra Daerah 

Pelajaran berharga dari kunjugan kali ini adalah bagaimana seorang manusia untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan alam yang dijaga oleh adat istiadat leluhur, itulah yang paling berharga bagi saya, selain itu juga saya belajar bagaimana manusia menghargai adat dan kepercayaan setempat. Setiap kunjugan membawa keunikan dan warna tersendiri bagi saya. Wisata membuat manusia lebih open minded terhadap sesuatu yang tidak ada pada dirinya sendiri bahkan sesuatu yang bersebrangan dengan adat kebiasaan, kepercayaan yang dia sendiri yakini dan dijalani.

Kopi Sebagai Komoditas Unggulan

Terik matahari tidak terlalu menyengat kulit karena terhalang oleh rimbunnya taman yang ada, Kami yang masih bersemangat untuk melanjutkan ke titik istimewa di wilayah Tambaksari ini, Kang Tendy mengajak kami berkunjung ke rumah pemancar TVRI. Pemancar ini terletak di atas bukit sehingga mempunyai pemandangan yang sangat indah. Luar biasa keren! Menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam hanya untuk menghirup udara segar dan bercengkrama tentang masa depan daerah masing-masing membuat waktu lewat begitu saja sehingga matahari hampir sampai di atas kepala.

Tugas kerja mengintai pikiran saya karena jam 2 siang mesti berada di puskesmas untuk melayani masyarakat yang sakit.  Setelah pamit ke yuan rumah saya kembali ke Pamarican melalui jalan yang sama saat berangkat yakni melalui jalan Jawa Tengah. Saya ucapkan terima kasih sekali kepada tuan rumah, saya merasa terhormat dengan undangan dan sambutan hangat yang kalian berikan. Terima kasih! Semoga Tuhan memberikan kasihNya selalu.

Salam
Terima kasih !!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...