Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Bersepeda Ke Ciungwanara

Gapura Selamat Datang Kota Banjar

Tepat sehari yang lalu (19/2/18) saya merencanakan dengan matang untuk menjelajah ke kawasan barat dari Banjar. Wilayah barat Banjar sendiri belum pernah sama sekali dijajaki dengan Si Apang (Sepedaku). Entahlah sebab keenganan untuk menjelajah wilayah itu, mungkin karena saking banyaknya tanjakan yang curam ataupun track yang cukup banyak kendaraan besar, ya itu semua salah satu faktornya. Rencana ini sesungguhnya sudah ada setahun yang lalu hanya saja niat selalu gugur karena ingin menjelajah ke wilayah timur maupun selatan Banjar.

Pagi terlanjur menua dengan ditandai oleh suhu lingkungan yang mulai naik dikarenakan posisi matahari yang sudah berubah. Cukup cerah dari hari biasanya yang selalu mendung dan hujan. Ya merupakan keberuntungan tersendiri bagi saya yang belum menunaikan hajat ini. Kali ini ada teman baru yakni Ae (Nama Gelap) tetangga sebelah yang sama-sama pengangguran yang menyukai bersepeda maupun olahraga lainnya. Sebelumnya Ae sudah saya "training" bersepeda ke Banjarsari. Saya pikir seseorang yang masih awam bermain sepeda jauh mesti ditraining. Mengapa demikian? Banyak resiko di jalan! 

Memang nih "member" satu ini agak kekanak-kanakan dan sulit diatur, sampai saya bego sendiri. Berkali-kali saya ingatkan agar bersepeda di lajur paling pinggir, selalu jaga jarak, tidak boleh beriiringan, selalu waspada terhadap kendaraan lain, selalu memberi hak kepada pengguna jalan lainnya dan wejangan lainnya. Serasa senior sekali ya?! Tapi enggak apalah walaupun saya amatir juga dalam bersepeda jauh tapi yang saya sampaikan ini demi keselamatan bersama. Tidak indah kan kalau tiba-tiba ada kecelakan ataupun hal lainnya yang bikin penyesalan di akhir waktu.

Stasiun/Halte Kereta Api Karangpucung

Dari awal memang anak ini agak kurang satu pil atau tablet, tapi gak apalah ditahan dulu. Sempat patah semangat sih ngajak tentanggaku ini. Kenapa bisa?! Ya kalau ada apa-apa kenanya ke Aku juga. Berbagai persiapan pun tidak dilakukan dengan baik seperti perbekalan dan lain sebagainya. Tepat dugaan saya bahwa dia masih kekanak-kanakan seperti selalu mengeluh, berteriak pengin difoto dan Ya macem lainnya!  sudahlah. Terlanjur.

Singkat cerita, awal perjalanan mendapatkan masalah cukup menguras pikiran yakni duit kertas nominal tertinggi di negri ini hilang begitu saja dari kantong belakang baju saya. Tarik nafas lanjut goes kembali. Mau disebut kurang sedekah silahkan mau dibilang itu ujian silahkan, yang pasti duit ku ilang saja!!!. Geram.  Goes pun berlanjut dengan rute yang saya pilih.

Jalur Nambo - Gunung Cupu

Jalur yang sudah menjadi bahan pokok harian dalam daftar menu harian goes saya. Jalur datar dengan kualitas jalan yang sebagian bagus dan sebagian buruk, wajarlah kualitas aspal nomor sekian, terlebih sudah berumur tua. Tapi jangan khawatir pemandangannya cukup eksis bagi pemuda di sini. Boleh dibilang tempat mojoknya para aang-teteh Pamarican. Jalan datar memang lebih banyak di sini tapi ada beberapa ada gelombang tanah tapi tidak terlalu ekstrim ataupun sedang. Boleh dibilang tanjakan hanya 5-10% saja. Sepanjang jalan khususnya di wilayah Dusun Cikarang akan disuguhi pemandangan berupa pohon rambutan yang berjajar dan memerah karena buah rambutan yang lagi musim panen.

Rute Yang Ditempuh

Jalur Nasional 18 Banjar - Pangandaran

Termasuk dalam jalur langanganan juga hanya dalam satu bulan bisa dihitung, maklumlah banyak tanjakan super ekstrim khususnya di daerah Tepung Kanjut, semua orang tahu bahwa tanjakan ini mempunyai kesulitan yang cukup berat. Misalnya dari arah Pangandaran yang di dapatkan adalah dua tanjakan. Tanjakan pertama berada dekat SPBU Batulawang, untuk tanjakan ini disarankan menggunakan gigi 1-3. Tipe tanjakan ini adalah tanjakan berbelok sedang. Tanjakan kedua yakni tanjakan super ndedel di dekat hotel Banjar 2, dimana tanjakan lurus dengan panjang tanjakan yang panjang, selain panjang juga terdapat belokan yang juga naik kembali tapi tidak seberapa. Saya sarankan untuk menggunakan gigi 1. Untuk dari arah Banjar sendiri, tanjakan paling ekstrim yakni tanjakan Tepung Kanjut dimana belokan ekstrim ditambah tanjakan yang ekstrim juga, disarankan menggunakan gigi 1.

Pose Di Jembatan Gantung

Pemandangan berbukit menambah semangat untuk menempuh jalur ini, tetap pertahankan konsentrasi bersepeda karena jalur nasional ini lumayan banyak bis besar pariwisata yang lewat. Setelah turun dari tanjakan Tepung Kanjut pemandangan berubah menjadi pemikiran perkotaan. Wilayah perkotaan bisa menikmati patung pahlawan agresi militer Belanda yakni pahlawan Soediro Wirjo Soehardjo yang gugur di Golempang - Pamarican; menikmati taman kota (Taman Bhakti), alun-alun kota Banjar, ataupun taman pinggir sungai Citandui.

Jalur Lapang Bakti - Balokang - Karangkamulyan

Jalur ini saya ambil melalui jalan Adipati Ukur lurus terus sampai ke jalan Karangtengah, Balokang, Karangpucung. Jalan bagus dengan aspal yang baik, namun memasuki Karangtengah aspal berubah kualitas tentunya musim hujan akan banyak bolongan jalan jadi mesti hati-hati. Sepanjang jalan hanya berisi pemukiman berupa perumahan modern dan juga perumahan penduduk dengan kebun yang luas. Di sini bisa membeli buah dari pohonnya kalau ada yang lagi panen, misalnya saja kemarin banyak yang panen rambutan.

Buah Cempedak

Melewati halte Karangpucung, saya sebut halte karena stasiun ini kecil hanya untuk persilangan saja. Stasiun ini cukup dekat dengan sungai Citandui. Sempat menikmati susana halte Karangpucung dan melihat langsung lewatnya kereta ekonomi Serayu Jurusan Pasar Senen Jakarta - Kroya lanjut Purwokerto. Awalnya menyusuri jalan ini tidak ada masalah hanya sampai ujung jalan ternyata GPS salah!!! Aduh, mesti kembali lagi. Sempat saya ingin mencoba untuk melintasi jembatan kereta api namun sangat beresiko dan juga arus sungai yang begitu garang!!! Takut mati euy!!!.

Akhirnya kami menemukan jalan yang tepat untuk ke jalur jembatan gantung. Rintangan pertama dimulai dari tanjakan super panjang tak jauh dari halte Karangpucung. Kualitas jalan cukup bagus jadi jangan khawatir. Gigi yang tepat untuk tanjakan ini 1-3. Selepas tanjakan kami mengalami masalah kembali yakni GPS yang tidak begitu sampai ke jalan tikus menuju jembatan gantung. Bertanya ke penduduk setempat, Puji Tuhan akhirnya ketemu!!! Sempat swafoto juga untuk mengabadikan momen manis. 

Perlintasan Sebidang

Tanjakan terekstrim kembali datang dengan panjang tanjakan yang sangat panjang dan kemiringan yang lumayan juga. Sampai-sampai kami tidak bisa mengayuh sampai puncaknya. Pemandangan yang didapatkan berupa pekarangan cempedak terlebih sekarang sedang musim panen jadi dimana-mana terdapat cempedak! Track ini berakhir ditandai dengan perlintasan sebidang kereta api. Sepanjang jalan nasional!

Jalur Nasional 03 Sukabumi - Wangon

Dimulai dari Cibeka menuju Karangkamulyan sampai Banjar, jalur lebar, kualitas aspal yang super mulus dan banyak sekali kendaraan besar lewat. Konsentrasi bersepeda harus dijaga karena banyak resiko kecelakaan di sini terutama di turunan/tanjakan Cibeka yang panjang dan ekstrim. Destinasi utama yakni Ciungwanara sudah di depan mata! 

Gong Perdamaian Ciungwanara

Kami hanya menikmati susana saja saat ke Ciungwanara. Maklumlah sudah pernah berkunjung ke sini beberapa tahun silam. Tidak ada swafoto di sini!! Cukup istirahat sekitar 15-20 menit saja kami melanjutkan perjalanan pulang. Satu tanjakan ekstrim lagi selepas jembatan Ciungwanara dimana pesepeda harus menggunakan gigi terendah. Selepas itu tidak ada tanjakan ekstrim lagi. 

Batagor Kuah Mang Asep

Kami sempatkan untuk kuliner batagor kuah di depan kantor pos Banjar. Batagor kuah ini sangat terkenal dan rasanya luar biasa enak. Perut penuh terisi batagor kuah kami pulang dengan rasa syukur. Pulang menggunakan jalur yang sama yakni Banjar - Pangandaran dan Gunung Cupu - Nambo. Perjalanan ini dimulai jam 8 pagi dan berakhir sampai di rumah saya jam 1:30 siang

Salam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d