Belajar kemanusiaan dari otobiografi Mahatma Gandhi adalah suatu pencerahan yang berarti dalam mengisi hari-hari Ramadan. Bagiku belajar kemanusiaan sama halnya belajar agama, agama mana yang tidak mengajarkan kemanusan. Hampir semuanya mengajari kemanusiaan: cinta, akhlak, budi pekerti, norma, memanusiakan manusia dan hak asasi adalah serpihan kemanusiaan yang mesti dipasang satu persatu menjadi rangkaian yang indah.
Sejauh mana rasa kemanusiaan kita berada? Tak ada alat validasi yang apik, hanya peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dan keterlibatan kita pada peristiwa tersebut. Aku yang bicara soal kemanusiaan belum tentu mempunyai rasa itu, bisa jadi aku lah manusia yang penuh kemanu-siasian! Alias sia-sia belaka. Naas dan miris.
Selain Mahatma Gandhi, kini ada dua buku yang bisa dipelajari dengan nyantai salah satunya dari perjalanan Agustinus Wibowo di negara Asia Tengah. Perjalanan adalah induk segala pelajaran, indah sekali apa yang dialami Agustinus. Dia mengalami hal yang luar biasa, rasanya iri. Kalau aku bisa terbang, sayap ini tak akan jadi hiasan semata untuk menarik pemburu keji. Sayapku untuk langlang buana melampaui garis batas.
Pagi, Siang & Sore
Semua hampir sama tertidur untuk mendamaikan tenggorokan dan hidung yang ringkih.
Komentar