Telat nulis! Saking sibuknya hari kemarin (Selasa) jadi nggak ingat sama sekali soal tulis-menulis di blog. Baiklah, saya mencoba apa yang saya dapatkan hari kemarin.
Hmmmm... Pagi kemarin ada yang istimewa, diawali mencuci baju, rikat-rikat rumah, dan mendengarkan radio. Semua terasa membosankan dan aku menikmatinya. Aneh. Sesi pagi diakhiri dengan mengajar sedikit ilmu fotografi kepada teman/tetangga yang sedang gandrung fotografi. Harapannya semua ilmu yang saya berikan bermanfaat hingga ujung waktu.
Terik matahari semakin membara membakar semua kulit manusia yang terlalu lama terpapar sinarnya. Aku di ruanganku yang tercinta, merasakan panasnya udara. Katanya seperti neraka, tapi aku pikir tidak seperti itu sebuah berada yang sejati. Baiklah, siang ini diisi dengan molor. Selanjutnya setelah 30-40 menit dalam alam liar bawah sadar, saya kembali membantu orang tua yang menyiapkan berkatan untuk acara jabel. Tahu kan apa itu jabel? Jabel adalah tradisi komunitas Jawa dimana seseorang membawa makanan berupa tumpeng untuk dimakan bersama dengan tujuan rasa berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberi rezeki berupa panen. Jabel diselenggarakan umumnya pada malam atau dua hari sebelum panen.
Saya pikir tradisi itu memang tradisi Hindu yang selalu mempersembahkan pada Dewi Sri, namun Islam datang dan menjadi agama mayoritas masyarakat Jawa hingga terjadi asimilasi. Fenomena ini bisa dibilang unik, haram, mubah, sunnah, penuh kerelijiusan, atau apapun yang Anda pikirkan. Yang pasti upacara ini diselenggarakan dengan rasa syukur, memberi (berbagai) rezeki kepada orang lain dan membawa kebahagiaan.
Selepas semua selesai pada jam 18:30 WIB saya berangkat ke Banjar guna mencapai barang idaman. Tentunya untuk dibeli dan dipakai, sayang barang yang dicari tidak ada. Kalaupun ada harganya terlampau mahal, gak kuat di dhuwit!
Buku yang saya baca seharian kemarin hanya satu judul saja Melampaui Batas oleh Agustinus Wibowo, sementara buku Otobiografi Mahatma Gandhi dilenyapkan dulu sementara waktu. Ya saya terlalu menikmati perjalanan dari Agustinus, segala temuan dalam perjalanan membuat saya selalu wooow wooow wooow. Seperti memutar waktu yang pernah aku torehkan pada tahun 2017 dimana saya melakukan perjalanan backpacker ke Timur Indonesia. Pada bukunya saya melihat manusia itu sendiri mempunyai batasnya sendiri baik dalam segi apapun itu, ya termasuk dalam segi kenegaraan. Sejatiné manusia itu harus ingat batas.
Komentar