Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

1441: Hari Ke-Sepuluh

Ramadhan ini memang belum masuk ke dalam rohku, masih sebatas mulut dan perut. Alam rohku belum terima sepenuhnya, hanya sentuhan dingin yang terlalu hampa. Apa aku kurang iman? Apa aku kurang aksi dari iman? Atau memang membuat bulan sakral ini sebagai hal lalu. Indah sebatas tuntutan, bukan cinta suci, bukan kebutuhan batin ataupun roh jiwa. Kupikir ini memang hanya tuntutan sosial, terlebih ibadah sembahyang taraweh. Taraweh menurut ilmu fiqih masuk dalam kategori sunnah. Tapi di lingkunganku adalah hal yang wajib dan menjadi darah daging tatanan sosial. Masalah hukum fiqih tidaklah ngaruh, tatanan sosial ini yang lebih mempunyai kekuatan besar.

Kok bisa tarawih jadi tuntutan sosial? Menurut pandanganku kenapa tarawih ini bisa jadi tuntutan sosial karena orang-orang hanya menuntut absen muka. Entah dia orang berpuasa ataupun tidak sembahyang lima waktu yang penting sembahyang tarawih sudah diakui sebagai Islam yang saleh. Tarawih di sini rasanya menjadi wajib, seperti sebuah bundling  alias sepaket antara puasa dan tarawih. Jika seseorang puasa tanpa tarawih di mushola atau masjid menjadi hal janggal dan tidak sempurna.

Banyak kasus orang tersebut tidak berpuasa tapi selalu sembahyang tarawih, cap Islam saleh keluar seperti ijazah dengan nilai yang sempurna. Ada juga kasus orang tersebut berpuasa, sembahyang tarawih di masjid selalu, namun tidak sembahyang lima waktu yang wajib. Mutlak orang tersebut masuk ke dalam golongan saleh ahli surga. Beda kasus dengan seorang yang selalu puasa, sembahyang lima waktu di rumah, namun tidak sembahyang tarawih di masjid. Jadi kuncinya adalah sembahyang tarawih yang bersifat sunnah itu menjadi sebuah kewajiban yang sepaket dengan puasa wajib ramadan. 

Bagiku ini adalah kesalahan cukup parah dimana masyarakat tidak paham urutan prioritas dari sebuah ibadah. Seperti mengurutkan prioritas yang tidak tertib. Sebagai contoh urutan yang tidak tertib: menomorsatukan sunnah daripada kewajiban. Banyak lagi hal yang bisa kita lihat dalam kehidupan beragama ini yang salah mengurutkan prioritas hukum dari fiqih. Ada yang berhaji berkali-kali, sementara kewajiban mengasihi tetangga yang kesusahan makan ditinggalkan. 

Bisa jadi apa yang saya bicara di atas terjadi padaku, dan semoga Tuhan memberiku peringatan keras untuk selalu sadar diri dan sadar sosial. Saya jadi ingat pada apa yang diungkapkan oleh Wali Heiddeger yang cerdas, dimana seseorang tenggelam pada faktisitas yang akhirnya dia tidak menunjukkan kehakikian dirinya, eksistensi dirinya bukan yang orsinal. Tenggelam-nya pada faktisitas saya analogikan pada fenomena masyarakat yang salah kaprah dalam memposisikan urutan prioritas hukum fiqih dalam beragama.

Saya sering lihat video pendek dari Instagram, Facebook ataupun Youtube dimana gambarannya seperti ini: seorang pingsan atau tiba-tiba terjatuh saat sembahyang berjamaah, sementara jemaah di pinggir atau depan belakang santai tanpa menolong dan akhirnya si jemaat yang jatuh ini meninggal dunia. Bagiku di sini ada yang salah memposisikan prioritas tindakan, memang sembahyang lima waktu itu wajib, tapi lebih wajib lagi kita menolong tetangga jemaah yang tersungkur lemas itu. Dia memerlukan pertolongan, pertolongan yang menyelamatkan nyawanya. 

Pernah ada cerita dimana ada kelompok mahasiswa KKN di suatu desa, di sana satu mahasiswa menjadi Imam solat. Tempat Imam solat ini beralaskan kayu dan di bawahnya adalah sumur (kolam). Entah karena rapuh atau terlalu mendapatkan beban berat hingga kayu patah dan menjerembabkan si Imam solat ini. Saat itu ceritanya tidak ada jemaat yang menolong, dan syahdan jemaat melanjutkan solatnya. Di akhir cerita setelah habis sembahyang jemaat baru menengok imam pertama yang terjerbab, dan ditemukan dengan kondisi meninggal dunia! Ada yang salah di sini? Salah prioritas atau apa? Semoga diriku menjadi seorang yang das sein. Ameen.

Pagi, Siang & Sore
Terbangun pada jam tujuh pagi, rasanya masih kurang! Tapi badan sudah tak mampu untuk tidur kembali. Apa selanjutnya yang bisa menggerakkan badan yang malas ini, terdiam, bernyanyi dan menghirup udara dalam-dalam. Cukup lama untuk sembuh dari kemalasan pagi ini, beruntung ada nafsu kecil yang bisa memberangus kemalasan pagi. Mencuci pakaian, berkebun, mencari kayu bakar dan menyapu sudah cukup membuat kemalasan hilang.

Tidak banyak kegiatan di luar, energi dalam tubuh tidak terlalu baik hari ini. Mungkin karena saat sahur makan sambal dan makanan asam terlalu banyak sehingga berdampak pada hari ini. Saat gowes sepeda sore tadi juga setiap sepuluh menitan terkentut dengan nyaring nan indah. Oh betapa nikmatnya. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...