BULAN puasa agaknya memberi kelonggaran dalam perjalanan kehidupan saya dan ibu tercinta, sulung telah memisahkan dirinya dari kehidupan kami. Dia sudah mempunyai gedung yang mentereng dengan harga yang fantastis. Saya dan ibu tentunya bersyukur atas pencampaiannya.
Perpindahan berlangsungnya bertahap dengan malu-malunya demi menjaga "perasaan" saya dan Ibu karena kondisi yang papa. Bagiku kondisi inilah awal kemerdekaan dari semuanya.
Beberapa barang masih tertinggal di rumah tua kami tentunya untuk tujuan tertentu pikir buruk ku. Tak apalah semua taktik yang ada terjadi, saya memaklumi karena kami mempunyai ibu dengan campuran darah yang sama.
Kebengisanku muncul taat kala ketimpangan pangan terjadi. Pendeknya jika mereka punya pangan dimakan sendiri, sementara saya dan Ibu punya pangan menjadi milik bersama. Tentu saja, saya sangat kecewa tentang pangan ini. TIMPANG dan EGOIS.
Munculnya sebutan "pelit" sering diucap saat saya dan ibu menyimpan makanan untuk dimakan sendiri; sakit hati. Memang kesalahan tidak tampak oleh pelaku tapi sangat terasa sekujur otak dan tubuh sang korban.
Komentar