Komunitas Jawa di kampungku mempunyai segudang tradisi yang unik dan selalu lestari baik itu tradisi agama kebudayaan maupun tradisi lainnya. Tradisi agama kebudayaan yang masih lekat adalah puji-pujian atau melantunkan syair sebelum ikomah (berlangsungnya solat). Memang setiap hari selalu ada puji-pujian ini baik subuh hari maupun siang hari saat masuk sembahyang duhur.
Tembang syair ilahiah bukan hanya berbahasa Arab saja melainkan Bahasa Jawa, Sunda maupun Bahasa Indonesia. Pada subuh hari biasanya selalu syair berbahasa Jawa yang sangat mendayu, terlebih lagi dilantunkan oleh para jemaat orang tua. Entah kenapa subuh hari selalu saja syair berbahasa Jawa yang dilantunkan oleh para jemaat orang tua, jika didengarkan rasanya syahdu sekali.
Suasana Tarawih Di Mushola Haji Nurhasim |
Ramadan, bulan istimewa diantara bulan-bulan lainnya di kalender Hijriyah, pada bulan inilah umat Islam getol-getolnya dalam beribadat. Tentu saja syair ilahiah selalu dikumandangkan sebelum sembahyang dimulai. Ada satu syair yang selalu ditembangkan hanya pada bulan Ramadan saja, selebihnya tidak pernah dikumandangkan. Aaya sendiri yang sudah lama tinggal di sini sedikit merasa heran. Setiap mushola ataupun masjid selalu bersyair khas Ramadan tersebut, syair itu dikumandangkan saat hendak sembahyang Isya bersamaan dengan sembahyang Tarawih.
Syair ilahiah ini isinya tentang pujian terhadap Kanjeng Nabi Muhammad dalam Bahasa Jawa Dan Arab, lagam yang digunakan tentunya Jawa klasik. Lagam klasik ini mempunyai power yang besar dan mengalun-alun halus layaknya sinden bernyanyi.
Bagi saya syair ilahiah khas Ramadan tersebut memang tidak sembarangan orang yang bisa melantunkan dengan sempurna. Boleh dibilang hanya sedikit saja, sebut saja Mang Ringin, dia adalah anak dari Haji Nurhasim pemilik langgar (langgar swasta) dekat rumahku, suara khasnya dengan power luar biasa mampu membuat orang terkesima dengan syair ilahiah indah tersebut. Mang Ringin mempunyai suara maskulin yang indah bagi saya.
Boleh dibilang mereka adalah sinden legendaris RT 1 Kubangpari, mendiang Hj Saridem dan Hj Sayinah. Dua orang kakak beradik ini mempunyai suara khas masing-masing dan mempunyai power suara yang lepas nan khas. Suara mendiang Hj Saridem hampir sama karakternya dengan Mang Ringin. Sementara Hj Sayinah mempunyai karakter khas cempreng nan renyah dan power kuat saat bersenandung.
Percayalah bahwa mereka bertiga merupakan the legend di RT 1. Orang pasti akan selalu ingat dengan suara khasnya.
Syair khas Ramadan
Allahuma soli
Li wa salim wa salimi ala
Sayidina wal muhamad
Mugo-mugo muwur ono
Rohmat salam ingatasè Gusti kito
Kanjeng nabi, nabi Muhammad
Li wa salim wa salimi ala
Sayidina wal muhamad
Mugo-mugo muwur ono
Rohmat salam ingatasè Gusti kito
Kanjeng nabi, nabi Muhammad
Komentar