Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Masjid dan Sejarah Penyebaran Agama Islam di China


Artikel ini ditulis ulang (bukan hasil sendiri) yang diambil dari buletin Suara Sutra, sebuah buletin enam bulanan dari China Radio Internasional (CRI) seksi bahasa Melayu. Buletin ini terbit pada bulan Juni 2006. Artikel diubah suai oleh penulis dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia.

Proses penyebaran agama Islam bisa dibagi menjadi dua periode. Periode pertama pada zaman Dinasti Tang dan Dinasti Song yaitu pada abad ke VII hingga ke abad XII. Zaman dinasti Tang adalah zaman dimana kemakmuran terjadi di sepanjang sejarah China. Banyak pelabuhan dibuka di kawasan tenggara laut China dan berangsur angsur menjadi pelabuhan internasional yang ramai. Pada zaman dulu terdapat dua jalur perdagangan yang penting di dunia yakni Jalan Sutera di wilayah barat dan Jalan/Pelayaran Rempah di wilayah tenggara pesisir China. Kedua jalur tersebut meningkatkan hubungan antara wilayah China dengan kawasan Timur Tengah.

Saudagar Islam dari kawasan Timur Tengah bukan saja membawa barang yang dijual, tetapi juga membawa ilmu dan kebudayaan Arab termasuk agama Islam. Menurut catatan sejarah, pada zaman dinasti Tang, terdapat saudagar Islam di berbagai kota di China seperti Chang An (Ibu kota dinasti Tang). Orang Arab dan Persia saat mengendalikan perdagangan di kota-kota besar. Barang yang dijual di toko mereka termasuk gading gajah, cula badak, rempah-rempah, perkakas yang dibuat dari kawasan Asia Barat dan Afrika. Barang produksi China seperti sutra, tembikar, daun teh dan sebagainya juga dibawa oleh saudagar Timur Tengah untuk dijual kembali di sana.

Berdasarkan jalinan perdagangan satu sama lain, hubungan persahabatan yang baik dijalin mesra antara Timur Tengah dan China. Agama Islam turut tersebar ke wilayah China sehubungan dengan banyaknya saudagar asal Timur Tengah yang tersebar.

Penyebaran Islam pada periode kedua berawal dari abad ke XIII tepatnya pada Dinasti Yuan. Agama Islam disebarkan secara masif ke seluruh China oleh migran Arab dan Persia. Pada masa itu orang muslim yang berasal dari wilayah lain sudah menganggap China sebagai tanah airnya sendiri. Mereka bersikap seperti seperti orang pribumi sekaligus mentrasfer ilmu-ilmu barat kepada masyarakat China. Mereka juga turut belajar kebudaya dan ilmu China. Inilah bukti bahwa pemeluk Islam di China telah menyumbang peradaban besar China di masa sekarang. Pada periode kedua masyarakat Islam meluas sehingga bukan saja sebagai saudagar melainkan berbagi profesi. Selain itu pemeluk Islam bukan saja imigran dari Arab dan Persia melainkan etnis Han, Mongol dan etnis lainnya.

Masjid-masjid banyak didirikan beriiringan dengan pesatnya penyebaran Islam di China. Berawal pada di Dinasti Yuan masjid-masjid didirikan di pedalaman, jadi bukan saja di wilayah pelabuhan ataupun pesisir. 

Ditulis dan dialih bahasa oleh: Waluyo Ibn Dischman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d