Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Catatan Kecil

Katanya semesta sudah mempunyai skenario yang dari awal kejadian penciptaan sudah tersusun rapih, hanya saja kata orang juga, semesta bisa berubah dikala ada yang mau merubah. Tapi ini sebagai sesuatu yang tidak dapatku mengerti, apalah aku hanya sebuah ciptaan yang tak pernah tahu maksud dari sebuah penciptaan ini. Ada yang bilang "mati atau tiada, sama saja. Kau menciptakan aku untuk sesuatu yang tak pernah aku mengerti". 

Itulah misteri dari semesta yang luas. Hari ini ku tulis cerita tentang jalannya semesta, pada orang yang bisa saja membenciku suatu hari nanti, atau bisa juga menjadi hal lain. Ditulis buka karena dari olah rasa, tapi dari permintaan. Dan jika ini terasa seperti olah rasa, bisa jadi karena dialektika bersamanya mempunyai olah rasa. Sila hermeneutik yang rumit itu dimunculkan untuk sebuah Catatan Kecil ini.

Tampak susunan angka sebagai tanda monumental di hidupnya, kemanapun susunan angka itu selalu disematkan. Tak pernah lekang hingga pada nisan terakhir. Pada kartu kecil PMI (Palang Merah Indonesia) tertera huruf O besar, di samping tersusun 3/9/2000. Serta hal-hal lain yang tampaknya dibutuhkan untuk sebuah identitas. Bukan, bukan dari sini kami memulai. Jauh dari kartu PMI semesta memainkan peran, ini hanyalah sebuah introduksi belaka. 

Merek yang tersemat padanya cukup panjang dan berisi makna yang panjang pula, bila disingkat menjadi MAF, bukan sebuah kata yang berarti maaf. Katanya hadiah dari kakeknya, aku kurang peduli untuk hal itu. Maklum saja merek yang tersemat padaku tidaklah terlalu istimewa, hanya sebuah merek yang pernah dipakai oleh paman, setelah perceraian jasad dan rohaninya merek itu tersemat padaku (penulis). MAF terlahir dengan khas, tidak ada yang serupa. Potret usang menceritakan betapa sempurna, wajah kecil tersanding di depan kakek nenek dan laman yang sedang menjadi pengantin. Wajah seperti langit biru dengan terik mentari, dan bisa juga seperti wajah bulan masuk umur empat belas hari. 

Potret usang lain pernahku lihat dari kirimannya dan ku simpan sebagai pemberian. Pada foto yang tercetak digital tergambar lagi wajah, rambut lurus dengan saudara (teman). Ada juga potret sendiri dengan baju sarjana, memegang gulungan kertas yang terikat pita merah. Matanya tajam, bibirnya merah sendu seperti orang suci yang tak pernah mengumbar dosa. Di atas ada dua alis tebal yang masih ada hingga sekarang, entah sihir apa dalam mata dan alisnya. Mengenai hal lainnya aku tidak mau membahasnya, biarlah menjadi arwah penasaran.

Semua teori tentang semesta tercuat pada berbagai macam buku, entah katagori teologi, sains ataupun buku dengan pemikiran antah berantah yang menceritakan kejadian semesta. Semua ada dan tercerita dengan baik, begitupun Catatan Kecil ini akan bercerita untuk menjadi arwah penasaran yang siap merasuk pada setiap saraf-saraf aktif. Beruntung bagi kalian yang mempunyai banyak saraf tidak aktif, ini bisa jadi sebuah keberuntungan dahsyat.

Sudah tak kandani bahasaku memang terlalu memuakan. Berhenti saja, daripada muntah. 

Boleh dibilang inilah manusia yang dikirim dan dicipta untuk menemani, entah sampai detik keberapa. Dan itu akan tersemat pada jejak-jejak waktu sebagai sebuah cerita, dan kini jejak itu tertulis. Dikirim untukku, semua dan untuk yang melahirkan. Cukup kesulitan untuk bercerita bertemu pertama, aku takut arwah itu lenyap dari rasa penasaran.

Beberapa hari sebelum pilihan raya negara, gonjang ganjing dunia perpolitikan terbakar. Sana sini saling benci demi membela junjungan yang tak kalah suci dari para dewa yang ada. Riuhnya sampai ke telinga setiap dari kami, hanya beberapa pasang mulut saja yang bisa menjaga panasnya perpolitikan. Otak tanpa ijazah perpolitikan pun menjadi pakar dadakan, tanpa perlu buang duit untuk menjadi profesional. Semua serba dadakan sehingga otak terbakar hingga otot pun keluar. Di belahan selatan Indonesia, di situlah kami bertemu pada sebuah kegiatan yang banyak menelan tenaga. 

Tidak ada harapan untuk hal lain, karena ini adalah kegiatan selingan. Terlebih kumpul bocah yang masih terbakar segala yang masuk di otak kecilnya, semua seakan menjadi hal selingan yang kurang meyakinkan diri untuk bermain dan bertukar pikiran. Terlebih pada sikap yang kurang menggambarkan pada identitas yang dipamerkannya, ya walaupun aku sendiri bukan nabi yang selalu suci. Ini soal lainnya yang membawa saya bersikap muak pada seseorang yang selalu pamer identitas di segala tempat dan waktu.

Sebagai 'tes air' beberapa pertanyaan meluncur untuk melucuti otak kecil mereka yang sedang berkembang. Hampir semua jawaban sama dan terlalu menyakitkan, hanya satu yang beda dan itu datang dari mulut irit bicara. "Untuk mencapai hal pada diri sendiri yang selalu ingin menang" jawaban yang sudah saya ubah dari sisi kalimat, namun kalimat asli dari mulutnya mengandung hal sama persis dengan kalimat di atas. Jawaban itu menjadi titik tolak untuk dekat, dekat dan dekat. Ada yang beda dari pemikirannya, ada yang istimewa, ada yang sama dari dirinya. Lagi-lagi aku belum sedia untuk membuka diri lebih banyak, terlalu letih untuk menjalin hal baru.

Tidak banyak obrolan intim, hanya sekadar basa-basi selama dan paska kegiatan. Tidak ada yang menarik. 

Sekian bulan terlewat dengan jejak sejarah Indonesia yang telah memilih pemimpin di tengah panasnya neraka pikiran kotor sang politikus, juga pada otak kerbau pengikut.

Kegiatan kedua kami bertemu dengan formasi dan tempat yang berbeda. Semua terasa biasa, hanya pemandangan yang indah membuatku terpana. Bukan keindahan anatomi pada dirinya, sekali lagi bukan. Hanya seburat alis tebal, mata tajam dan mulut yang mengeluarkan mantra halus, tanpa kata. 

Pulang dari kaldera, muncul gejala semakin dekat dari sebuah percakapan. Foto kemarin terkirim dengan sejumlah kalimat yang semakin memakan waktu hingga menjadi sederet kebiasaan hingga sekarang. Ternyata dari percakapan!.

Sehari setengah jam, kemudian sepuluh menit, sejam, lima menit, empat detik. Menumpuk menjadi cerita yang saling berkaitan dan berbalas dengan hal yang berbeda. Tidak ada kalimat yang terekam, aku masih sedikit acuh. 

Sebulan kurang empat hari media komunikasi hilang. Tanpa cerita. 

Menjelang hari raya cerita dimulai dan jatuh pada kegiatan yang sama. Dekat semakin dekat semakin dekat. Di sini cerita rumit dimulai, pertukaran pemikiran sering terjadi hingga nanti aku lenyap dan menjadi benih.

Sepulang dari kamar penuh asap, 3 Juli 2020



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d