Adalah prosa klasik dari Timur Tengah yang sarat akan mistik dan kesucian agama. Karya klasik ini ditulis oleh Fariduddin Attar pada abad ke XII dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Hartojo Andangdjaja pada tahun 1983. Karya klasik ini diterbitkan oleh PT Dunia Pustaka Jaya dan dilindungi oleh negara, dalam arti buku ini pada saat itu tidak diperjual belikan secara bebasan. Namun buku ini menjadi koleksi perpustakaan sekolah-sekolah dan perpustakaan instansi milik negara.
Fariduddin Attar adalah seorang sufi yang terlahir di Barat Daya Persia, beliau lahir sebelum Rumi. Karya-karya beliau salah satunya Musyawarah Burung yang menceritakan kisah yang syarat akan makna akan pendekatan Tuhan oleh manusia yang dilakukan seperti apa yang dilakukan oleh para sufi. Tahapan demi tahapan untuk mendekati Tuhan diceritakan pada perjalanan semua burung menuju Simurgh, hingga akhirnya 30 burung mencapainya. Di situlah gambaran dari perjalanan manusia yang nantinya akan disadari menyatu dengan Tuhannya, jika semua rintangan yang terlewati terselesaikan dengan selamat.
Pada awal pembukaan terdapat Madah Doa dimana penulis dengan indah menceritakan keagungan Tuhan dengan berbagai keistimewaan nabi-nabi, hewan-hewan dan tumbuhan yang terpaut pada Kisah-kisah nabi pada masa lampau. Ada permainan kata di dalamnya baik secara harfiah maupun secara bahasa sastra. Bagi pembaca yang beragama selain Islam, Yahudi dan Nasrani mungkin tidak akan terlalu mengerti. Bagi umat Islam adalah sesuatu yang cukup gampang dimengerti terlebih lagi latar prosa klasik ini sebagai karya yang ditulis oleh penulis Islam. Agama Nasrani dan Yahudi tentu saja dapat memahami prosa klasio ini karena keterkaitan antar agama, dimana Yahudi menjadi agama monoteis (Ibrahimic) pertama, kemudian ada Nasrani atau Kristen dan selanjutnya ada Islam.
Prosa klasik ini menyingkap sanjungan atas cerita setiap burung yang terpaut pada cerita nabi-nabi, memuji segala jasa, segala keindahan ilahi yang berada pada burung itu.
Setiap burung diberikan kesempatan untuk mengungkapkan argumentasinya, awal sekali burung Hudhud diberikan keistimewaan sebagai pembuka musyawarah. Burung Hudhud ini memang dianggap burung suci dan masuk, juga disebut-sebut dalam Alquran, sehingga menjadikan burung ini sebagai burung istimewa. Pada pidato pembukaan burung Hudhud memerintahkan untuk mencari burung Garuda atau Simurgh untuk mencapai raja abadi dengan segala yang ada.
Burung di sini melingkupi semua unggas dan sejumlah burung mitologi seperti Humay, sejenis burung imajiner dari budaya Latin. Jika dilihat dari susunan suatu musyawarah boleh dibilang burung Hudhud adalah seorang moderator dan juga seorang penasehat yang melebihi kepercayaanya. Dirinya menginginkan agar semua burung tidak lelap diri pada keindahan yang dimiliki, kesenangan yang didapat dan segala hal yang surgawi pada kehidupan setiap masing-masing jenis burung. Hudhud lah yang selalu mengarahkan untuk selalu menuju Simurgh si burung Garuda.
Bagian ini tidak hanya menuliskan argumen setiap burung, tapi juga menyisipkan cerita lainnya dari golongan manusia seperti stempel Nabi Sulaiman, Mahmud dan Orang Alim, dan banyak cerita lainnya yang berisikan hal yang religius nan mistik. Pada umumnya cerita selingan, selain burung sebagai peniyingkap rasa semangat untuk burung itu sendiri untuk mencapai Simurgh. Cerita selingan umumnya cerita dari para sufi, beberapa ada juga cerita yang diambil dari Cerita Seribu Satu Malam.
Judul: Musyawarah Burung (The Conference of Birds)
Penulis: Fariduddin Attar
Penerjemah: Hartojo Andangdjaja
Penerbit: PT Dunia Pustaka Jaya
Dimensi: 253 halaman, 18 cm
ISBN: 979-419-007-1
Cetakan: Kedua 1986
Bahasa yang digunakan oleh penerjemah sangat mudah dipahami dan sederhana. Membaca prosa ini tidak dibawa pusing, bahasa mengalir halus dan lembut. Istilah-istilah Arab ataupun budaya lainnya diberi tanda catatan kaki di bawah halaman sehingga tidak merepotkan pembaca untuk mencari arti istilah tersebut.
Buku ini bisa dilahap dalam 24 jam saja, atau bisa juga dalam dua hari. Isinya sangat sederhana dan tidak membuat pusing. Jika ingin mendapatkan ilham yang banyak kegiatan membaca buku ini harus pelan dengan penghayatan yang dalam.
Komentar