Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

1441: Hari Kedua

Selepas santap mengakhiri hari pertama, perjalanan pikiran melalui PDF Ikhtisar Inti Jaran Buddha berlanjut ke halaman paling akhir hingga mendekati titik akhir. Disimpulkan dair buku ini bahwa umat Buddha tidaklah menyembah patung Buddha di setiap wihara, melainkan sebagai respresentasi ketenangan batin. "Buddha Rupang bukanlah perwujudan Tuhan, tetapi merupakan perwujudan dari keteguhan, ketenangan, kedamaian, dan segala pencapaian yang dapat dicapai oleh kemampuan manusia" halaman 59. Bersyukur tahun ini saya mengenal Buddha lebih dekat dengan buku elektronik ini, semoga kedepannya mendapatkan kemanfaatan yang bisa diterapkan pada diri saya dari ajaran Buddha.

Prosesi pembicaraan panjang antara aku dan Tuhan kali ini terasa kurang serius, apa karena jumlah percakapan yang terlalu panjang dan terburu-buru. Sejujurnya aku tak merasa serius dalam percakapan pada Tuhan dengan terburu-buru. Belum lagi ayat pujian usai, berganti pada yang lain. Aku tidak merasakan keintiman ini, apa aku mesti bercakap-cakap denganMu di rumah saja. 

Dini hari
Santap akhir menjelang peribadatan eksklusif dengan soto Banyumasan, cukup istimewa. Lepas santap dengan lahap kini giliran aku membaca syair-syairNya yang suci, tak banyak hanya cukup untuk mengisi hati.

Pagi
Gowes pagi ini ke arah Kertahayu, tidak terlalu jauh tidak terlalu dekat juga. Sepulang dari Kertahayu melalui jalan tanggul aku bersiap dengan hawa nirwana, penuh kabut. Segar menyiram tubuh, tak ada erangan kendaraan bermesin. Hanya jangkrik dan hewan liar lainnya yang slainh bergosip. Doaku di depan Dewi Sri yang kian menguning dan merunduk pada kasih Tuhan. 

Keringat sedikit keluar tanpa terasa, terhalang oleh dinginnya pagi. Putaran ban menggelinding hingga rumah.

Hari ini rencana membaca biografi Nabi Muhammad karangan Ali Sina, tak sampai 10 halaman. Buku elektronik ini saya hapus, ternya buku berisi kebencian luar biasa. Websitenya pun diblokir oleh berbagai negara Islam, kebencian yang dibuatnya adalah bibit unggul untuk kerusuhan sektarian. Tak Sudi aku membacanya, tak mau kebencian itu merasuk menjadi setan merah yang selalu berbuat kebencian. Sebagai gantinya saya memilih Tasauf Modern yang dikarang oleh Buya Hamka.

Pada awal pembahasan Buya Hamka membahas tentang kebahagiaan. Dia menukil beberapa pendapat ahli dikit dari sini internasional tentang apa itu kebahagiaan. Mulai dari Aristoteles, Imam Al Ghazali dan ahli fikir lainnya. Semua definisi diuraikan sehingga mengetahui apa itu hakekat sebuah kebahagian. Di si i Buya Hamka lebih fokus pada penjelasan dari Imam Al Ghazali.

Siang
Tur antar agamakalinini berpindah ke nasrani, saya memilih Injil Matius untuk pembacaan pertama. Injil Matius memiliki besaran data sekitar 2,3 MB dalam format PDF artinya tidak terlalu banyak dengan Perjanjian Lama. Dalam PDF tersebut tersedia sekitar 1200 lebih halaman. Jadi kalau dihitung bisa menghabiskan waktu 10 hari untuk membaca dengan daya yang saya miliki. Untuk pembacaan lintas agama saya alokasikan pada siang hari mulai sehabis sholat Dzuhur hingga habis sholat Ashar. 

Awal membaca Injil Matius ada beberapa ayat yang mirip-mirip dengan ajaran Islam yakni "Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu". Matius 6:3 dan ada beberapa juga yang mirip seperti analogi membuat rumah di atas batu yang diterjang air bah padang pasir, sehingga rumah itu lenyap. Analogi ini merujuk pada perbuatan kita yang tidak bersih (suci) sehingga mengakibatkan kehancuran pahala. Di sini saya berfikir ke belakang bahwa Islam adalah "anak ragil" dari ketiga bersaudara: Yahudi, Nasrani dan Islam. Karena masih dalam satu rumpun, maka dauh sucinya mempunyai kemiripan.

Sore 
Menjelang bergantinya waktu menurut kalender Hijriyah, saya menyempatkan diri untuk olahraga agar badan tetap segar dan terhindar dari imunitas rendah. Rendahnya imunitas tubuh tentunya akan membuat kepayahan, terlebih lagi akan pandemi saat ini. Beberapa jalan di desaku diportal sehingga kendaraan tidak ada yang masuk kecuali penduduk asli (warga lokal). Ya kampungku masuk pada zona kuning dari virus Covid-19.

Sumber bacaan: Seng Hassen, Upa Sasanasena. 2008. Ikhtisar Agama Buddha. Insight. Yogyakarta.

Pamarican dalam gerimis, 25 April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d