Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Upacara Pemberian Nama Bayi Dalam Adat Jawa

Setiap peristiwa penting selalu ada perayaan rasa bersyukur yang besar kepada Tuhan dengan segala cara sesuai dengan suku adat budaya yang dibawa dan juga agama apa yang dianut. Peristiwa penting yang selalu dirayakan atau menyelenggarakan upacara besar yakni di setiap lingkaran kehidupan: kelahiran, pernikahan, dan kematian. Dari ketiga rangkaian itu selalu ada sebuah upacara besar. Kali ini saya ikut dalam upacara pemberian nama bayi di rumah sepupu di Kesugihan, Cilacap - Jawa Tengah. Memang saya seorang Jawa, namun perlu diketahui setiap daerah beradat budaya Jawa tidaklah selalu sama dalam adat ataupun perayaan dengan berbalut keagamaan ini.

Jalan Upacara
Pertama-tama undangan masuk ke ruangan tamu atau ruangan yang disediakan, setelah berkumpul semua undangan maka upacara dimulai. Suguhan kudapan berangsur-angsur keluar menjamu para tetamu yang datang, sekitar lima menit pembukaan atau mukadimah oleh kyai ataupun sesepuh. Mukadimah biasanya tidak terlalu panjang cukup sampai tujuh menitan, dilanjutkan dengan taluan rebana. Pada mukadimah disebutkan nama pilihan sebagai nama bayi tersebut.

Taluan rebana tanda dimulainya acara pemberian nama bayi, rebana-rebana didendangkan dengan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Nyanyian riwayat kenabian dinyanyikan oleh profesional yang telah diundang sebelumnya, biasanya berasal dari pesantren terdekat. Setelah nyanyian usai dilanjutkan dengan nyanyian dari kitab Al Barzanji, setelah itu barulah taluan rebana kembali bergema untuk menyambut kedatangan si jabang bayi.

Jabang bayi digendong dan dibawa keliling ke seluruh penjuru ruangan yang ada tamu undangan, untuk diperkenalkan kepada setiap orang. Satu rombongan pembawa bayi terdiri dari penggendong, pembawa payung dan pembawa gunting dan mangkok air untuk pencukuran. Setelah berkeliling sekitar tiga kali dengan lantunan shalawat nabi, para rombongan pembawa bayi berhenti di tengah-tengah tamu undangan. Di situlah bayi mulai dicukur oleh para tamu undangan yang dianggap menjadi tokoh yang sukses, religius, saudara dekat dan yang lainnya. Biasanya tidak lebih dari sepuluh orang yang akan mencukur, alat cukur biasanya terdiri dari gunting, cincin emas ataupun pencukur kumis atau jenggot. Setelah mencukur beberapa helai rambut si bajang bayi, sang pencukur mendoakan bayi tersebut agar masa depannya lebih baik.

Semua pencukur sudah beres dengan tugasnya, rombongan pembawa bayi kembali berkeliling tiga kali dengan dendangan rebana dan salawat nabi. Bayi sudah masuk kamar bersama ibunya tinggal doa yang diucapkan oleh sesepuh hingga selesai. Semua upacara selesai, tinggal makan kudapan dengan santai dan membagikan berkat berupa satu paket makanan baik makanan siap makan atau mentahan. Musik rebana masih bertalu hingga tamu undangan bubar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Tarawih di Masjid LDII

Sepuluh menit yang lalu, usai sudah ritus tarawih ramadan. Kali ini saya sengaja untuk beribadah di masjid yang berlabel LDII. Masjid yang menurut orang-orang "serem" mesti dipel kalau bukan anggota!.  Banyak sentimen negatif pada organisme LDII bukan saja dari kalangan agama lain ataupun dari agama Islam sendiri. Bisa jadi sentimen negatif lebih parah dari golongan Islam yang lain. Rumor-rumor yang mengerikan nan menyesatkan membuat orang mbligidig untuk sekedar sembahyang lima waktu di masjid berplang LDII.  Saya mempunyai banyak pandangan terhadap Islam dan cabang-cabangnya, tentu saja tidak mau terbawa sentimen negatif nan menyesatkan. Perlu bukti nyata! Kini bukti tersebut saya rasakan dengan bertarawih di Masjid LDII Bojongnangka, Kertahayu, Pamarican, Ciamis.  Awal memasuki kawasan masjid rasanya terintimidasi oleh perasaan sendiri yang sudah terdoktrin oleh isu-isu negatif terhadap LDII. Barang sepuluh menit berlalu tidak ada lagi perasaan yang menekan diri saya, ...