Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Tempat Menarik Di Pamarican

Seorang petani Kubangpari pulang dengan sepeda saat senja hari

Indonesia dengan berjuta kilometers luasnya dan beribu-ribu pulau tersebar di wilayah kepulauan Asia Tenggara. Berbagai jenis keindahan tercipta dan membuat pengunjung mengagumi akan keindahan tempat tersebut. Pamarican sebagai salah satu kecamatan di kabupaten Ciamis mempunyai sisi yang menarik dan indah, memang dari daftar tempat wisata di Ciamis terlebih lagi wilayah Jawa Barat tidak akan tercantum.  Tempat-tempat menarik di Pamarican ini masih bisa digolongkan sebagai sebuah potensi wisata. Potensi wisata di wilayah kecamatan Pamarican memang tidak banyak seperti kecamatan lainnya di Ciamis, walaupun demikian potensi ini perlu digali dan dibangkitkan untuk menjadi sebuah tempat yang bisa dinikmati oleh masyarakat setempat dan orang lain yang mengunjugi.

Beberapa tempat memang sudah terkenal oleh masyarakat setempat maupun masyarakat dari luar wilayah kecamatan dan bahkan pernah diresmikan oleh bupati sebagai tempat wisata, namun masalah infrastruktur dan pemasaran yang kurang menjadikan tempat wisata itu jarang pengunjung dan tidak tercantum lagi dari daftar tempat wisata di kabupaten Ciamis. Baiklah, saya akan bahas tempat-tempat menarik di sekitaran kecamatan Pamarican! Jangan lupa berkunjung jika mampir ataupun pulang kampung ke Pamarican.

Keindahan pesawahan di Pamarican

Sawah Hits Di Kubangpari 

Bagi anda sekalian mungkin biasa saja untuk tempat ini. Ya sawah hits yang terletak di Kubangpari Desa Bangunsari memang tampak biasa saja bagi sebagian orang tapi bagi sebagian orang lainnya menyebutnya sawah ini sangat istimewa. Memang wisata sawah belum terkenal seperti di Ubud, Bali maupun di Filiphina maupun Thailand yang sudah menjadi bagian penting dari sektor pendidikan maupun wisata. Kini wisata sawah mulai terkenal di Yogyakarta khususnya wilayah Gunungkidul. Selain tempat mendinginkan pikiran, sawah juga sebagai 'ladang' belajar untuk industri pertaninan maupun edukasi lingkungan hidup. 

Pemandangan sawah hits Kubangpari saat sore hari

Jalan yang terbentang membelah sawah ini menjadi perhatian pemuda setempat maupun orang yang lewat. Bagaimana menjadi sebuah perhatian banyak orang?! sawah ini mempunyai pemandangan yang indah dimana sepanjang jalan rimbunan pohon trembesi hidup dan menghijau seiring musim. Pohon trembesi ditanam di setiap sisi jalan dengan jarak 10-15 meter sehingga menciptakan sebuah lorong yang teduh. Bukan hanya pohon trembesi saja, pegunungan yang mengelilingi sawah ini juga menjadi 'kosmetik' apik sehingga orang kagum dengan pemandangan di sini. Pegunungan yang membentuk sebuah lengkung mangkok jadi anda sekalian menghadap ke arah manapun akan melihat gunung. Satu keistimewaan juga saat terang hari di pagi maupun sore hari gunung Slamet di Jawa Tengah akan terlihat walaupun sedikit samar.

Jalur sawah ini memang sudah lama dijadikan sebuah tempat orang menyegarkan diri dari kepenatan jadi wajar saja banyak pemuda maupun orang tua duduk-duduk ataupun sekedar jalan santai. Setiap akhir pekan baik sore maupun pagi banyak orang tua maupun muda ketika cuaca cerah akan melakukan olahraga lari di sini. Sejak saya kecil sudah banyak orang yang lari pagi ataupun sekedar main sepeda ke sini lho.... Jadi sudah cukup eksis bagi masyarakat setempat!

Pohon trembesi menghiasi jalan di sawah hits 

Pengunjung membludak dan tak terkira saat awal puasa Ramadan maupun mendekati syawal. Semua orang berduyun-duyun untuk ngabuburit maupun jalan pagi selepas solat subuh. Tua muda berkumpul dan jalan kaki menikmati udara segar di pesawahan ini. Selain bulan Ramadan, pengunjung ramai juga saat akhir pekan ya akhir pekan waktunya pacaran atau sekedar kongko-kongko. Harap hati-hati saat melintas di jalur sawah ini karena banyak pengunjung parkir motor atau sepeda di bahu jalan. 

Sisi lain dari tempat ini adalah sebuah ajang akulturasi budaya Sunda dan jawa. Di tempat ini masyarakat dari dusun Cikarang yang bersuku Sunda dan masyarakat Kubangpari yang bersuku Jawa bertemu menikmati keindahan dan menjalin sebuah hubungan sosial yang harmonis. Banyak sedikit pemuda-pemudi kedua etnis menjalin hubungan asmara dari tempat tersebut. 
Lorong pohon trembesi

Tidak ada fasilitas yang menunjang sektor pendidikan maupun wisata mungkin karena sekedar tempat atau jalan biasa yang belum mempunyai nilai lebih terutama nilai ekonomi. Warung Ada hanya saat musim tanam maupun musim panen saja. Jadi kalau mau menikmati pemandangan sambil makan harus membeli atau membawa dari rumah, jangan lupa sampah dibawa kembali karena tidak ada tong sampah. Sangat disayangkan tidak ada fasilitas tempat sampah jadi kadang banyak sekali sampah plastik di bawah pohon trembesi. 

Transportasi untuk menuju sawah ini hanya kendaraan pribadi saja. Tidak ada transportasi umum yang melewati kawasan sawah ini. Disarankan untuk membawa sepeda karena dengan sepeda akan lebih menikmati pemandangan sekitar dan juga sehat!

Air Terjun Di Gegerbentang 

Tidak banyak orang yang tahu keberadaan air terjun di kawasan gunung Gegerbentang ini, jelas hanya orang sekitaran saja yang tahu karena lokasi memang di tengah-tengah hutan lindung!!! Beruntung karena hanya segelintir orang yang tahu dan sedikit penginnya sehingga tidak banyak polusi yang tercipta. Kawasan curug atau air terjun ini memang sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat di sekitar air terjun tersebut memanfaatkan air dari saluran air terjun untuk kehidupan sehari-hari jadi sangat dikhawatirkan jika pengunjung membludak dan akan merusak kualitas air, merusak ekosistem alam di hutan lindung. Bagi saya sendiri potensi wisata ini tidak usah dikembangkan menjadi sebuah tempat wisata resmi dikarenakan kekhawatiran akan ekosistem hutan lindung dan sumber air untuk masyarakat sekitar. Biarlah sedikit pengunjung asal ekosistem alam sekitar dan sumber air tetap terjaga.

Bersantai di mulut air terjun

Beberapa air terjun sudah bernama yakni Curug Pitu, Curug Telu/Curug Angin, Curug Siji dan lainnya. Sebagian orang menamai air terjun tersebut dengan hitungan bahasa masing-masing. Dari etnis Jawa yang hidup di sekitar lokasi menyebutnya dengan sebutan sesuai angka/urutan dalam bahasa Jawa, begitupun dengan etnis Sunda. Kecuali ada tamu dari luar biasa saya sendiri menyebut dalam Bahasa Indonesia misalnya Curug Tujuh, Curug Satu, Curug Tiga. Memang belum ada nama resmi yang diberikan untuk air terjun tersebut baik dari Masyarakat setempat maupun pemerintah desa/kecamatan. Selain belum ada nama resmi yang diberikan tempat ini juga tidak dikelola resmi oleh pemerintah setempat khususnya untuk sektor wisata. Pemerintah desa hanya memperhatikan atau mengelola saluran air untuk masyarakat setempat saja. Terbukti di sekitaran air terjun terdapat selang/pipa yang dibangun pemerintah desa untuk keperluan air bersih masyarakat. 

Tidak ada fasilitas apapun di air terjun ini karena memang kawasan hutan lindung yang harus dijaga. Kepemilikan air terjun dan lahan seratus persen milik pemerintah dibawah naungan PTPN. Demi keselamatan bersama disarankan membawa makanan dan minuman cukup saat berkunjung di air terjun ini dan jangan lupa bawa kembali sampahnya. Selain perbekalan disarankan juga membawa golok sebagai alat untuk menyingkirkan pohon/rumput yang menghalangi jalan. Golok juga berfungsi sebagai senjata di saat menghadapi hewan liar yang menyerang kita. Jangan dianggap enteng wilayah curug ini karena wilayah masih alami sekali keminggris hewan liar masih hidup di sini seperti macan tutul dan yang lainnya. 

Curug Enam

Jalan terjal menantang mulai dengan jalan setapak dengan jurang yang dalam, memanjat tebing dan naik tebing bertumpu pada pohon maupun akar-akar. Hewan liar yang biasa ditemukan adalah monyet ekor panjang dan kalau beruntung bertemu dengan monyet dunia lama yakni lutung. Monyet dari dunia lama ini jelas sudah sangat langka bahkan dilindungi oleh pemerintah. Beberapa cerita masyarakat sekitar pernah menjumpai macan, macan tutul, sejenis kancil dan hewan liar lainnya. 

Mulai dari Curug Satu berupa undakan lebar seperti panggung ataupun meja, berlanjut ke Curug Dua dengan menelusuri aliran air. Curug Dua yang tepat dibawah curang cukup gelap karena tertutup lebatnya pohon hutan. Curug Dua mempunyai ketinggian mencapai 7-10 meter. Sementara Curug Tiga yang juga disebut Curug Angin mempunyai karakter ceruk sehingga angin yang tercipta dari jatuhnya air berhembus kencang di sekitaran dan menimbulkan gema khas air terjun. Selanjutnya Curug Enam yang susah sekali aksesnya karena mungkin sedikit orang saja berkunjung ke sini. Tampak tidak ada jejak manusia yang pernah ke ceruk jurang ini, mungkin karena tepat di ceruk jurang sehingga jarang manusia ke sini. Untuk Curug Empat dan Lima sendiri saya belum pernah berkunjung dan entah dimana lokasinya. Curug Tujuh merupakan urutan terakhir dijajaran air terjun di kawasan hutan lindung gunung Gegerbentang. Curug ini cukup tinggi dengan tebing tegak lurus 90 derajat. 

Pose di curug Tujuh

Mirip seperti di Bali tidak ada kendaraan umum yang melintasi wilayah curug ini, dulu memang ada transportasi umun pedesaan yang menghubungkan pasar Pamarican dengan pasar Banjarsari namun sekarang sudah tidak ada. Wilayah curug ini tepat berada di wilayah administrasi dusun Ciparakan desa Sukahurip (Jalan menuju Kertahayu/Pangandaran). Untuk memudahkan ke lokasi berhentilah dekat SDN 2 Sukahurip ataupun masjid Al Hidayah Ciparakan dan tanyakan ke masyarakat setempat untuk rute menuju curug tersebut. Baiknya ada pemandu lokal yang menemani karena kawasan hutan lindung ini cukup beresiko apalagi orang yang tidak mengenal wilayah ataupun orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang alam liar, survival maupun ilmu out door lainnya.

Tips: bawa makanan dan minuman cukup, pakai kaos dan celana panjang bisa melindungi kaki dari duri-duri dari pohon ataupun semak belukar. Bawa golok ataupun pisau untuk berjaga-jaga.

Bendungan Sungai Citalahab 

Sisi hulu sungai Citalahab memang pantas menyandang predikat "potensi wisata". Di sisi hulu sungai ini mempunyai bendungan irigasi yang cocok untuk pemancingan ikan, menikmati udara segar hutan jati, dan berenang. Saat kemarau keindahan hulu sungai sangat nampak terutama dengan kejernihan dan bersihnya air sungai, udara segar dari hutan jati, bebatuan besar yang bisa digunakan sebagai tempat loncat untuk berenang. 

Hulu sungai Citalahab awal kemarau

Lokasi bendungan irigasi ini tak jauh dari pusat kota kecamatan Pamarican, sekitar 1Km. Tidak ada akses transportasi umun dan lebih baik menggunakan sepeda motor karena bisa sampai ke muka bendungan. Bendungan ini cukup jauh dari pemukiman jadi jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman dari rumah maupun beli di warung warga. 

Jika mempunyai waktu lebih berjalanlah terus menelusuri arah ke hulu, banyak pemandangan yang indah dan asri. Beruntung sekali jika menemukan gerombolan monyet ekor panjang yang sedang bergelantungan di pohon-pohon pinggir sungai. 

Jernih dan bersih, sungai Citalahab

Pengunjung biasanya datang pada akhir pekan, mereka biasanya membawa katel dan peralatan lainnya untuk "botram" istilah lainnya BBQ. Selain peralatan botram juga membawa alat pancing untuk memancing ikan. Tips: berkunjung awal sampai pertengahan kemarau sangat disarankan karena warna air akan sangat jernih, batu-batu besar di hulu sungai bermunculan dan bisa digunakan sebagai tempat berenang yang asik.

Air Terjun Di Mekarmulya

Curug ''Gawir' di Mekarmulya

Masih jarang yang tahu di mana itu desa Mekarmulya. Desa Mekarmulya sendiri merupakan desa terbaru dari hasil perkembangan desa Sidamulih di kecamatan Pamarican. Desa ini cukup terisolir karena merupakan daerah pegunungan dengan kualitas jalan yang cukup buruk disertai dengan jarangnya penduduk yang tinggal di desa tersebut. Bukan barang aneh lagi saat hajatan pernikahan ataupun upacara lainnya tenda pesta akan tumpah oleh orang satu desa! Biasanya orang satu desa hafal dengan orang lainnya walaupun jarak rumahnya sangat jauh. 

Akses menunju desa Mekarmulya sangat buruk dan tidak ada transportasi umum, biasanya warga lokal pergi ke pasar Pamarican menggunakan kendaraan charter maupun 'Angun' alias angkutan gunung, angkutan rutin tiap hari pasar (Minggu dan Rabu) berjenis kolbak/pick up dimana orang dan barang belanja atau hasil bumi untuk ditransasikan dibawa bersama di dalam satu 'wadah' yakni mobil jenis pick up. Saya sendiri selalu menggunakan motor untuk pergi ke desa Mekarmulya. 

Air Terjun 'Sawah'

Air terjun tanpa nama ini terletak di wilayah administrasi dusun LimusDua ataupun blok Panenjoan desa Mekarmulya. Tidak ada seorang pun masyarakat setempat memberi nama khusus untuk curug tersebut. Maklum saja curug tersebut merupakan salah satu tempat vital untuk pertaninan di wilayahnya. Sebut saja 'Curug Sawah' yang letaknya memang di tengah-tengah pesawahan terasering. Curug ini mempunyai air yang jernih dan dingin karena memang di pegunungan. Ketinggian curug hanya 4-6 meter saja. Aliran air tidak begitu kuat karena merupakan irigasi untuk sawah. Cocok sekali ketika anda sekalian datang saat musim tanam dimulai dimana para petani membajak sawah dengan kerbau. Selain musim tanam saat musim tanaman mulai hijau pun sangat indah terlebih menikmatinya dengan 'ngaliwet' alias botram di saung/gubuk dekat sawah.

Kita tinggalkan 'Curug Sawah' dan pergi ke tepi jurang untuk menikmati kedamaian curug yang lebih besar dengan debit air yang besar. Sebut saja 'Curug Gawir' saya kasih nama gawir karena terletak di gawir atau dalam bahasa Indonesianya disebut jurang. Curug gawir ini tidak terlalu jauh dari Curug Sawah, mungkin sekitar 1-2 Km saja. Bisa ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu 10-20 menit saja.

Saya menyempatkan mandi di curug

Curug ini mempunyai hembusan angin yang besar karena lumayan cukup tinggi dan debit air yang besar pula. Air curug masih bersih dan jernih bisa digunakan untuk berenang namun harus hati-hati karena cukup dalam. Suasana Curug Gawir sangat sepi dan cukup gelap karena terkurung oleh rimbunnya pepohonan di sekitar aliran air. Sepanjang aliran air terdapat batu-batu yang sangat besar sehingga cocok untuk swafoto maupun sekedar berolahraga panjat tebing/batu. Tips: datanglah saat musim awal kemarau karena air akan jernih dan mempunyai keindahan tersendiri. Bawa bekal makanan dan minuman cukup untuk dinikmati di curug, jangan lupa selalu menggunakan celana panjang untuk melindungi kaki dari duri semak-semak maupun ulat bulu. Saya sendiri mendapatkan pengalaman yang tidak mengenakan karena terkena ulat bulu sehingga badan semua ruam.

Pose bersama curug ''Gawir'

Alam Liar Gegerbentang
Hutan lindung di badan gunung Gegerbentang membentang dari barat ke timur membentuk strip hijau tua, garis yang tersusun oleh rimbunnya pepohonan liar menjadi tanda bahwa kawasan tersebut kawasan hutan lindung. Hutan lindung ini tampak sekali saat musim kemarau dimana hutan homogen jati mengugurkan semua daunnya dan tampak kering sementara wilayah hutan lindung selalu hijau dan segar walau musim kemarau panjang.

Senja di hutan jati

Beberapa titik pemburuan hewan liar menjadi salah satu ajang tersendiri bagi orang yang suka berburu terutama babi hutan. Banyak sekali masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar kecamatan datang untuk berburu babi hutan dari beberapa pemburu memang sangat mengecewakan terutama oknum pemburu yang memang sengaja menembak hewan yang dilindungi pemerintah misalnya lutung, monyet ekor panjang, burung alap-alap dan hewan yang dilindungi lainnya. Beberapa kali saya kali saya mendapati oknum pemburu membawa hewan buruan seperti monyet dan lutung. Sangat disayangkan!

Kekayaan hutan lindung bukan saja soal hewan liar saja tetapi juga terdapat beberapa air terjun dan aneka flora. Saya sendiri pernah membawa beberapa anggrek dari hutan lindung. Beberapa anggrek yang sering dijumpai adalah anggrek merpati, anggrek ekor tupai, dan anggrek bawang. 

Sawah Di Perbatasan 

Saya pikir mirip di Jepang ya!! Gambaran dari sebuah pemandangan di pesawahan sekitar perbatasan Kota Banjar dengan Desa Bangunsari, Pamarican tepatnya dekat jalur Nasional 18 Banjar - Pangandaran. Pemandangan di sawah ini bagi saya seperti di Jepang dimana sawah luas dengan banyaknya rumah padi/gubuk di setiap petak sawah ditambah dengan bentangan gunung sebagai tirai indah. Kabel-kabel SUTET juga mengambil bagian yang mengisi keindahan pesawahan ini. Di sisi pesawahan ini juga terdapat perkebunan jambu kristal dan jambu apel. 

Pesawahan dekat perbatasan

Tips: datanglah dengan menggunakan sepeda untuk menikmati pemandangan lebih 'nikmat' jangan lupa musim yang tepat yakni saat musim panen/kuningnya padi dan musim hijaunya pohon padi.

Pemandian Air Panas Dan Air Terjun Pengantin

Sengaja saya dimasukan ke bagian artikel ini walaupun pemandian Air Panas ini atau juga Cipanas berlokasi di wilayah administrasi desa Cikupa kecamatan Banjaanyar, hasil pemekaran dari kecamatan Banjarsari. Walaupun masuk wilayah administrasi kecamatan Banjaranyar tetapi tempat ini terkenal di wilayah kecamatan Pamarican mungkin karena lokasi yang memang dekat dari Pamarican daripada ke wilayah Banjaranyar sendiri. 

Bersantai di cuurg Penganten

Pernah diresmikan oleh pemerintah kabupaten sebagai tempat wisata tapi sayang sekali karena tidak didukung oleh infrastruktur yang baik dan iklan yang berkesinambungan membuat tempat ini sepi pengunjung bahkan tidak terdapat/tercantum di peta wisata kabupaten Ciamis. Sangat disayangkan!

Melihat potensi wisata di tempat ini memang kayak dikembangkan karena memenuhi unsur dari sebuah tempat wisata. Misalnya saja dari segi tempat sebagai objek utama, pertama sebulum masuk lokasi pengunjung akan dihidangkan pemandangan indah pesawahan terasering yang sangat indah, beberapa kolam air panas asli dari panas bumi, aliran sungai kecil yang jernih dan dua air terjun yang indah. Selain pemandangan beberapa fasilitas sudah mendukung seperti adanya toilet, ruang ganti, warung dan ada penginapan. 

Sawah terasering di dekat Cipanas 

Sayang sekali karena kurangnya pengawasan dari pemerintah kabupaten maupun kecamatan, tempat wisata ini terbengkalai terlihat dari kolam yang mulai hancur dan ada beberapa yang benar-benar hancur. Beranjak dari pemandian air panas beberapa meter terdapat air terjun yang indah dinamai Curug Penganten. Untuk memasuki wilayah ini terdapat tarikan berupa tiket yang resmi dikeluarkan oleh pemerintah desa dengan tarikan dana Rp 5000 dan parkir sekitar Rp 1000-2000. 

Curug Panganten di Banjaranyar

Tips: disarankan datang saat musim awal kemarau karena jalan menuju tempat wisata tidak licin, air bersih dan jernih.

Tempat Sejarah Pahlawan Nasional 

Saksi sejarah dimana pahlawan nasional meninggal karena serangan tentara Belanda dalam misi agresi militer setelah tahun kemerdekaan republik ini. Banyak orang yang tidak mengetahui hal ini, namun tempat dan tugu bersejarah ini masih kokoh berdiri. 

Perasasti Untuk Pahlawan

Tugu sederhana itu berisikan nama-nama korban meninggal saat serangan brutal oleh tentara kolonial. Mereka meninggal bukan hanya saja ditembak saja melainkan disiksa terlebih dahulu dengan melukai tubuhnya. Soediryo Wirjo Soehardjo adalah seorang ketua gudang markas TNI di wilayah Pamarican yang meninggal bersama sepuluh orang lainnya saat serdadu kolonial Belanda menjalankan agresi militer. Saat itu dimana semua tentara republik sedang bersantai tiba-tiba dari atas gunung serangan tentara kolonial menyerang base camp TNI. Tentara republik yang tidak mempersiapkan apapun mengalami kekalahan dan beberapa korban gugur.

Di lokasi bersejarah tersebut juga berdiri sebuah masjid cukup besar yang hanya digunakan saat solat jumat saja. Di depan masjid inilah terdapat monumen sederhana dan di dinding masjid juga terdapat keterangan dari TNI yang menerangkan gugurnya pahlawan. Sebagai gantinya monumen cukup megah dan besar berdiri di tengah Kota Banjar dimana orang-orang menyebutnya patung Piade lokasinya tak jauh dengan stasiun kereta api Banjar. 

Penghargaan pemerintah terhadap jasa pahlawan

Demikian tempat-tempat yang menarik di wilayah Pamarican yang pantas untuk dikunjungi jikalau ada di Pamarican ataupun sekedar lewat. Selain menikmati keindahan alam Pamarican anda sekalian juga bisa menikmati harga murah untuk membeli produk perkebunan lokal misalnya durian, manggis, dukuh, dan buah-buahan lainnya. Jangan lupa mampir ya! Salam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...