Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Buletin Ranesi 26 Oktober 2008 - 29 Maret 2009

Halaman Pertama
Kembali Ranesi memberi kejutan kepada seluruh keluarga pendengarnya. Kali ini kejutan pada buletin Ranesi yang berbentuk kecil seperti leaflet dengan lipatan halaman yang pas digenggam. Tidak selebar dan sebesar buletin selanjutnya yang mengusung 8 halaman. Entah apa yang membuat buletin ini semakin kecil?!  Mungkinkah karena penghematan anggaran yang sudah diketuk Palu oleh parlemen Belanda? 

Nomor buletin sudah tidak ada lagi pada terbitan ini hanya setiap buletin mencatumkan masa aktif atau masa berlaku pedoman acara dan frekuensi Ranesi. Halaman depan buletin mini dihiasi oleh pedagang buah di kota Palu, Sulawesi Tengah. Dalam foto terdapat garis membujur layaknya sebuah garis lintang pada peta atlas dipertemuan kedua garis terdapat titik dan diberi keterangan kota tempat foto tersebut dibuat. Menarik bukan?!

Peringatan 60 Tahum RANESI
Ranesi 60 tahun adalah judul di halaman kedua. Dalam sambutan tersebut menerangkan bahwa Ranesi lahir setelah setahun lahirnya RNW. Jadi Ranesi merupakan salah satu seksi bahasa yang tua selain bahasa Inggris. Dalam sambutannya Sirtjo Koolhof memberikan keterangan bahwa terdapat pengurangan jumlah acara di Ranesi dengan tujuan agar pendengar lebih jelas dalam menerima informasi dan menarik untuk didengarkan. Format yang disuguhkan Ranesi kali ini bergaya "Magazine".

Peta Dunia
Halaman 4-5 terdapat peta dunia dengan keterangan wilayah atau Zona satelit yang mengorbitkan siaran Ranesi. Keterangan jangkauan satelit berada di halaman ketiga dan untuk gelombang pendek (SW)pada halaman empat dan lima yang menyertakan jam siaran pada zona waktu Indonesia. Jadi bukan hanya keterangan pada zona waktu WIB saja.

Pelajaran Bahasa Belanda
Kini program pelajaran bahasa Belanda Ranesi adalah hal utama dalam siaran karena begitu banyak pendengar yang minat untuk belajar bahasa Belanda. Cuplikan kecil percakapan bahasa Belanda di buletin halaman enam sampai ke halaman tujuh. Seri pelajaran bahasa Belanda ini adalah seri ke dua yang mengarahkan pendengar untuk lebih banyak praktik dalam percakapan. Serial ini terdiri dari 12 modul dan setiap modul mempunyai tema tersendiri. Artikel ini ditulis oleh Jean Van De Kok.

Bari Muchtar juga menulis artikel tentang kerjasama berkelanjutan dengan Suara Surabaya FM yang ingin menjalin kerjasama lebih lanjut dengan menggelar siaran Interaktif dengan berbagai topik pembicaraan.

Halaman belakang atau terakhir diisi oleh acara Kamera yang dipandu oleh Eka Tanjung. Dalam artikel singkat menyebutkan beberapa masalah tentang muslim yang homo, pandangan Indonesia terhadap kehidupan bebas di Belanda dan masalah lainnya.Sayang sekali di buletin kecil ini Ranesi lupa untuk menyertakan jadwal acara ataupun susunan acara dari Senin sampai minggu, siaran pagi dan malam. Padahal susunan acara ini adalah yang utama bagi pendengar.
Halaman Belakang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d