|
Halaman Pertama |
Kembali Ranesi memberi kejutan kepada seluruh keluarga pendengarnya. Kali ini kejutan pada buletin Ranesi yang berbentuk kecil seperti
leaflet dengan lipatan halaman yang pas digenggam. Tidak selebar dan sebesar buletin selanjutnya yang mengusung 8 halaman. Entah apa yang membuat buletin ini semakin kecil?! Mungkinkah karena penghematan anggaran yang sudah diketuk Palu oleh parlemen Belanda?
Nomor buletin sudah tidak ada lagi pada terbitan ini hanya setiap buletin mencatumkan masa aktif atau masa berlaku pedoman acara dan frekuensi Ranesi. Halaman depan buletin mini dihiasi oleh pedagang buah di kota Palu, Sulawesi Tengah. Dalam foto terdapat garis membujur layaknya sebuah garis lintang pada peta atlas dipertemuan kedua garis terdapat titik dan diberi keterangan kota tempat foto tersebut dibuat. Menarik bukan?!
|
Peringatan 60 Tahum RANESI |
Ranesi 60 tahun adalah judul di halaman kedua. Dalam sambutan tersebut menerangkan bahwa Ranesi lahir setelah setahun lahirnya RNW. Jadi Ranesi merupakan salah satu seksi bahasa yang tua selain bahasa Inggris. Dalam sambutannya Sirtjo Koolhof memberikan keterangan bahwa terdapat pengurangan jumlah acara di Ranesi dengan tujuan agar pendengar lebih jelas dalam menerima informasi dan menarik untuk didengarkan. Format yang disuguhkan Ranesi kali ini bergaya "Magazine".
|
Peta Dunia |
Halaman 4-5 terdapat peta dunia dengan keterangan wilayah atau Zona satelit yang mengorbitkan siaran Ranesi. Keterangan jangkauan satelit berada di halaman ketiga dan untuk gelombang pendek (SW)pada halaman empat dan lima yang menyertakan jam siaran pada zona waktu Indonesia. Jadi bukan hanya keterangan pada zona waktu WIB saja.
|
Pelajaran Bahasa Belanda |
Kini program pelajaran bahasa Belanda Ranesi adalah hal utama dalam siaran karena begitu banyak pendengar yang minat untuk belajar bahasa Belanda. Cuplikan kecil percakapan bahasa Belanda di buletin halaman enam sampai ke halaman tujuh. Seri pelajaran bahasa Belanda ini adalah seri ke dua yang mengarahkan pendengar untuk lebih banyak praktik dalam percakapan. Serial ini terdiri dari 12 modul dan setiap modul mempunyai tema tersendiri. Artikel ini ditulis oleh Jean Van De Kok.
Bari Muchtar juga menulis artikel tentang kerjasama berkelanjutan dengan Suara Surabaya FM yang ingin menjalin kerjasama lebih lanjut dengan menggelar siaran Interaktif dengan berbagai topik pembicaraan.
Halaman belakang atau terakhir diisi oleh acara Kamera yang dipandu oleh Eka Tanjung. Dalam artikel singkat menyebutkan beberapa masalah tentang muslim yang homo, pandangan Indonesia terhadap kehidupan bebas di Belanda dan masalah lainnya.Sayang sekali di buletin kecil ini Ranesi lupa untuk menyertakan jadwal acara ataupun susunan acara dari Senin sampai minggu, siaran pagi dan malam. Padahal susunan acara ini adalah yang utama bagi pendengar.
|
Halaman Belakang |
Komentar