Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

PERJALANAN 5

Terbangun dengan rasa capek yang luar bisa membuat saya malas untuk bergerak lebih awal untuk menuju destinasi selanjutnya ya rasanya seperti "nafsu besar tenaga kurang" itulah yang terjadi pada semua tubuh saya, jangan fikir hanya bagian kecil itu ya hehehehe. Kemalasan hari ini (6/10/16) lebih dari yang kemarin jelasnya banyak faktor yang mempengaruhi salah satunya terlalu malam tidur,  capek yang luar biasa dan destinasi yang sepertinya ogah - ogahan untuk dikunjungi. 

Destinasi kali ini memang sedikit berbeda karena harus mengeluarkan uang untuk masuk ke lokasi. Walaupun hanya Rp 20.000 namun terasa besar bagi saya yang kere. Wajar dengan keindahan yang tiada tara untuk masuk lokasi ini harus mengeluarkan beberapa lembar duit.

Cuaca kali ini sedikit lebih hangat daripada hari kemarin. Cuaca bagus bagi saya sekarang adalah kecerahan yang sempurna yang menyebabkan kulit menghitam lebih cepat, haus selalu dan berpeluh - peluh. Antara iya dan tidak untuk melanjutkan perjalanan, miris ternyata saya kalah dengan sengatan "bumbu keeksotikan ". 

Deburan ombak menghantam gunungan batu di Uluwatu
Awalnya memilih untuk ke GWK alias Garuda Wisnu Kencana hanya saja pikiran berubah kembali karena bagi saya GWK "belum sempurna" dalam arti masih dalam proses pembangunan dengan asumsi saya akan kembali lagi saat GWK sudah lengkap dengan segala bagian - bagian tubuh dan aksesori yang membuat patung terbesar di itu terasa sempurna. Dan saya putuskan untuk ke pura terindah di Bali Selatan tepatnya Ulu Watu yang lumayan jauh dari kawasan GWK. 

Sempat putus asa karena kondektur Sarbagita menjelaskan tidak ada trayek ke Ulu Watu padahal sebelumnya pihak dinas perhubungan yang saya wawancara di halte Nusa Dua menjelaskan adanya transportasi murah ke pura Ulu Watu. Saya sempat memaklumi petugas Sarbagita tersebut karena dilihat dari baju memang berbeda yakni "putih hitam" alias masih gress!

Bersyukur sekali seorang petugas satpam di pintu masuk GWK  memberi tahu saya tentang trayek Sarbagita yang menuju ke pura Ulu Watu. Ternyata benar apa yang Satpam GWK sampaikan. Memang banyak orang yang tidak tahu soal Sarbagita yang menuju ke Ulu Watu. Trayek Ulu Watu berbeda dengan trayek utama yakni trayek/koridor biru ataupun orange yang menggunakan bis seperempat ataupun bis besar. Trayek Ulu Watu menggunakan elf yang mampu ditumpangi sekitar 12 orang saja. Harga pun berbeda sedikit lebih murah dengan yang lainnya hanya berbeda Rp 500. Tentu saja membuat hati semringah walaupun hanya Rp 500 saja.

Ireng tetep eksis di kamera
Uluwatu merupakan tempat ibadah umat Hindu Bali yang dibuat pada zaman Sri Haji Makarta dan sosok Mpu Kuturan adalah seorang guru spiritual kerajaan yang membangun pura Uluwatu untuk pemuliaan raja - raja yang telah wafat. Sekelumit sejarah Ulu Watu memberikan kita sebuah inspirasi dan kebanggaan besar terhadap bangsa sendiri yang telah membuat karya yang agung. 

Tentu saja sudah banyak blog yang telah menceritakan tentang apa yang ada di Ulu Watu yang terkenal ini jadi saya tidak akan menceritakan kembali apa yang ada di sana, saya hanya memberikan beberapa foto yang bisa bercerita lebih tentang Ulu Watu. Mohon maaf kualitas foto memanglah tidak sebaik yang lainnya. Kali ini saya membawa box kamera yang salah ternyata Soniman saya tertinggal di kosan. Beruntung saja box yang saya bawa berisikan kamera juga (Nikem S33) walaupun dari segi kualitas terlalu jauh untuk dibandingkan dengan Soniman. 

Terlampau panas dan lelah saya urungkan untuk berlama - lama di Ulu Watu. Segera setelah keluar dari kawasan pura saya kembalikan seperangkat kain tradisional yang telah disewakan kepada saya sebelumnya. Belajar budaya Bali bukan dari buku, internet ataupun museum saja tapi dari setiap orang yang ditemui pun bisa. Dengan seribu butir pertanyaan saya luncurkan kepada kondektur dan pengemudi Serbagita yang bersahabat sekali. Sayang sekali lupa untuk menempatkan diri untuk berfoto dengan mereka. Kondektur Sarbagita inilah yang memberikan ceramah lengkap soal budaya dan agama hindu di Bali. Dengan riwayat keluarga berdarah separuh Bali, lahir dan besar di Bali tentunya mbak kondektur lebih tahu tentang apa yang ada di Bali. Tentu saja ceramah lengkap mbak kondektur Sarbagita sangat menarik untuk ditulis hanya saja mata dan jari jemari saya lelah seperti Hayati tentunya. Maklumlah malam ini saya membantu mas Madura untuk berjualan sate. Nanti saya ceritakan kembali siapa mas Madura tersebut.
Mari tidur sudah malam. 

Sanur,  7 Oktober 2016
24:26 WITA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Sebutan Bentuk Penis dalam Tradisi Bali

Unggahan kali ini terinspirasi dari status ataupun thread  dari seorang netizen dari dunia Twitter @Kismin666oys. Thread ini sangat menarik sekali dan isinya pun sangat jarang sekali dibahas, terlebih Indonesia negara yang agamis. Netizen ini berasal dari Bali, tahu kan Bali?! Pulau indah penuh seni, agamis dan surgawi. Selama ini saya plesiran di wilayah Indonesia hanya ada dua wilayah yang menjual dengan "pantang" kontol-kontolan alias hiasan berbentuk penis. Dua wilayah itu adalah Jogjakarta dan Bali saja, yang lainnya masih malu-malu. Dalam dunia kesehatan penis dianggap hal lumrah, namun di kalangan masyarakat awam Indonesia adalah hal tabu. Tapi tidak demikian jika kita mengorek sejarah leluhur kita, semisal saja candi Sukuh yang terkenal penggambaran betapa sucinya hubungan seksual. Pada agama leluhur yang kini masih eksis di Bali dalam beberapa kitab ada ajaran suci mengenai seksual yakni Kamasutra. Ilmu olah seksual yang diperuntukan untuk menuju kesempur

Pernah Gudikan (Scabies)

Kulit Paha Yang Terkena Gudik Pernah dapat kutukan?! Entah kutukan dari siapa juga! Kutukan paling tidak dibayangkan dengan suatu keadaan yang tidak baik terutama kulit yang menjadi rusak, bentol-bentol ataupun bernanah dan lainnya. Biasanya gambaran kutukan di sintron Indonesia seperti itu. Entah kenapa kutukan selalu menjurus ke penyakit kulit. Mungkinkah karena kulit yang langsung nampak di mata sehingga orang yang terkena "kutukan" akan dihindari orang lain?! Bisa jadi. Bagi saya dan manusia lainnya mungkin sepakat dengan apa yang saya pikirkan bahwa kulit merupakan komponen kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan seseorang akan mundur ataupun turun ketika mendapatkan kulitnya bopeng, belang, ada jamurnya, bentol-bentol, gudikan, bekas jerawat ataupun cacar terutama di bagian muka, lengan, dan kaki yang bisa dilihat langsung oleh orang lain. Keadaan seperti itu sungguh sangat menyiksa batin! Contoh kasus beberapa hari belakang saya mendapatkan kutukan dari k