Terbangun dengan rasa capek yang luar bisa membuat saya malas untuk bergerak lebih awal untuk menuju destinasi selanjutnya ya rasanya seperti "nafsu besar tenaga kurang" itulah yang terjadi pada semua tubuh saya, jangan fikir hanya bagian kecil itu ya hehehehe. Kemalasan hari ini (6/10/16) lebih dari yang kemarin jelasnya banyak faktor yang mempengaruhi salah satunya terlalu malam tidur, capek yang luar biasa dan destinasi yang sepertinya ogah - ogahan untuk dikunjungi.
Destinasi kali ini memang sedikit berbeda karena harus mengeluarkan uang untuk masuk ke lokasi. Walaupun hanya Rp 20.000 namun terasa besar bagi saya yang kere. Wajar dengan keindahan yang tiada tara untuk masuk lokasi ini harus mengeluarkan beberapa lembar duit.
Cuaca kali ini sedikit lebih hangat daripada hari kemarin. Cuaca bagus bagi saya sekarang adalah kecerahan yang sempurna yang menyebabkan kulit menghitam lebih cepat, haus selalu dan berpeluh - peluh. Antara iya dan tidak untuk melanjutkan perjalanan, miris ternyata saya kalah dengan sengatan "bumbu keeksotikan ".
Deburan ombak menghantam gunungan batu di Uluwatu |
Awalnya memilih untuk ke GWK alias Garuda Wisnu Kencana hanya saja pikiran berubah kembali karena bagi saya GWK "belum sempurna" dalam arti masih dalam proses pembangunan dengan asumsi saya akan kembali lagi saat GWK sudah lengkap dengan segala bagian - bagian tubuh dan aksesori yang membuat patung terbesar di itu terasa sempurna. Dan saya putuskan untuk ke pura terindah di Bali Selatan tepatnya Ulu Watu yang lumayan jauh dari kawasan GWK.
Sempat putus asa karena kondektur Sarbagita menjelaskan tidak ada trayek ke Ulu Watu padahal sebelumnya pihak dinas perhubungan yang saya wawancara di halte Nusa Dua menjelaskan adanya transportasi murah ke pura Ulu Watu. Saya sempat memaklumi petugas Sarbagita tersebut karena dilihat dari baju memang berbeda yakni "putih hitam" alias masih gress!.
Bersyukur sekali seorang petugas satpam di pintu masuk GWK memberi tahu saya tentang trayek Sarbagita yang menuju ke pura Ulu Watu. Ternyata benar apa yang Satpam GWK sampaikan. Memang banyak orang yang tidak tahu soal Sarbagita yang menuju ke Ulu Watu. Trayek Ulu Watu berbeda dengan trayek utama yakni trayek/koridor biru ataupun orange yang menggunakan bis seperempat ataupun bis besar. Trayek Ulu Watu menggunakan elf yang mampu ditumpangi sekitar 12 orang saja. Harga pun berbeda sedikit lebih murah dengan yang lainnya hanya berbeda Rp 500. Tentu saja membuat hati semringah walaupun hanya Rp 500 saja.
Ireng tetep eksis di kamera |
Uluwatu merupakan tempat ibadah umat Hindu Bali yang dibuat pada zaman Sri Haji Makarta dan sosok Mpu Kuturan adalah seorang guru spiritual kerajaan yang membangun pura Uluwatu untuk pemuliaan raja - raja yang telah wafat. Sekelumit sejarah Ulu Watu memberikan kita sebuah inspirasi dan kebanggaan besar terhadap bangsa sendiri yang telah membuat karya yang agung.
Tentu saja sudah banyak blog yang telah menceritakan tentang apa yang ada di Ulu Watu yang terkenal ini jadi saya tidak akan menceritakan kembali apa yang ada di sana, saya hanya memberikan beberapa foto yang bisa bercerita lebih tentang Ulu Watu. Mohon maaf kualitas foto memanglah tidak sebaik yang lainnya. Kali ini saya membawa box kamera yang salah ternyata Soniman saya tertinggal di kosan. Beruntung saja box yang saya bawa berisikan kamera juga (Nikem S33) walaupun dari segi kualitas terlalu jauh untuk dibandingkan dengan Soniman.
Terlampau panas dan lelah saya urungkan untuk berlama - lama di Ulu Watu. Segera setelah keluar dari kawasan pura saya kembalikan seperangkat kain tradisional yang telah disewakan kepada saya sebelumnya. Belajar budaya Bali bukan dari buku, internet ataupun museum saja tapi dari setiap orang yang ditemui pun bisa. Dengan seribu butir pertanyaan saya luncurkan kepada kondektur dan pengemudi Serbagita yang bersahabat sekali. Sayang sekali lupa untuk menempatkan diri untuk berfoto dengan mereka. Kondektur Sarbagita inilah yang memberikan ceramah lengkap soal budaya dan agama hindu di Bali. Dengan riwayat keluarga berdarah separuh Bali, lahir dan besar di Bali tentunya mbak kondektur lebih tahu tentang apa yang ada di Bali. Tentu saja ceramah lengkap mbak kondektur Sarbagita sangat menarik untuk ditulis hanya saja mata dan jari jemari saya lelah seperti Hayati tentunya. Maklumlah malam ini saya membantu mas Madura untuk berjualan sate. Nanti saya ceritakan kembali siapa mas Madura tersebut.
Mari tidur sudah malam.
Sanur, 7 Oktober 2016
24:26 WITA
24:26 WITA
Komentar