Sedikit terlambat untuk bangun pagi ini (8/10/16) karena tidak ada jadwal untuk pergi jalan-jalan sendiri lagi. Sesuai kesepakatan semalam hari ini akan pergi mengunjungi pantai yang terkenal dengan batu - batu gunung yang dibelah. Pantai Pandawa yang masih satu bagian dari wilayah Badung dan merupakan tetangga jauh pura Ulu Watu.
Terbangun oleh ketukan tangan manusia di pintu kamar kosan, saya terbangun dengan tergesa - gesa. Masuklah Coeng Alung dengan bingkisan kecil berisikan nasi kuning yang nikmat. Nikmat apa yang kau dustakan?! Terharu dengan semua ini. Mereka menanam cinta dan kasih begitu ikhlas kepada saya selama ini, balasan apa yang tepat untuk mereka?
Mengisi waktu yang lumayan banyak saya sempatkan untuk membantu menusuk daging ayam untuk di jadikan ste di rumah bu Haji yang seorang single parent sejak 5 tahun lebih. Bu Haji memimpin warung soto dan sate madura seorang diri dibantu dengan 3 anaknya. Bagiku dia adalah orang yang sangat luar biasa tak lupa dengan anak - anaknya.
Tebing yang dibelah - Pantai Pandawa |
Duhur pun berlalu dengan khusyuk di negri para Dewa ini. Semua pekerjaan warung bu Haji sudah selesai kini giliran untuk bergegas ke Pantai Pandawa yang telah dijanjikan semalam. Kami berangkat dengan Rosi, Edi, Alung dan Rois. Saya sendiri dibonceng oleh Rosi dengan motornya yang super keren (motor ala sinetron hits di RCTI, BOY). Bokong terasa nyeri karena tidak terbiasa dibonceng dengan motor sports yang dipakai Rosi. Sebenarnya ingin naik motor jenis yang lainnya hanya inilah fasilitas yang diberikan spesial oleh Tuan Madura kepada saya.
Rosi sepertinya lihai sekali dalam menjalankan motor sportsnya tentu saja saya bisa berkata begini karena dia selalu dalam kecepatan 80 km perJam bahkan lebih tentu saja perjalanan menjadi hingar bingar dan luar biasa apalagi kami melewati tol Mandara yakni salah satu tol yang berdiri di laut. Walaupun angin meniup begitu cepat dan keras Rosi dengan lihainya melewati semua itu dengan mulus.
Hanya sejam kurang kita sampai di pantai Pandawa yang unik. Pantai ini mempunyai keistimewaan tersendiri karena sebelum pantai merupakan gunung batu cadas atau gunung kapur. Istimewanya mereka membelah gunung batu kapur untuk dijadikan akses ke pantai Pandawa ini. Untuk memasuki wilayah pantai Pandawa anda diwajibkan untuk membayar retribusi Rp 8000. Cukup murah bukan?!
Pantai pandawa mempunyai pasir putih, gelombang yang cukup kencang dengan air yang jernih tentunya. Bermain kano bisa Anda lakukan cukup membayar Rp 50.000 saja. Entahlah untuk menyewa tempat berjemur. Saya selalu hemat untuk segala hal. Saya tidak akan menghilangkan Tuan Madura yang telah berbaik hati kepada saya, sekali lagi saya berterima kasih kepada Tuan Madura yang telah membayarkan saya dari semua keperluan diri makan minum, perjalanan, dan tiket.
Arah jarum jam: : Rois, Alung, Edhi, Ibdisch dan Rosi |
Nampak cantik patung - patung yang dibuat di dalam dinding batu kapur yang dibolongi sebagian. Patung - patung tersebut dibuat dengan jarak sekitar 10-20 meter dengan karakter semua anggota Pandawa. Hanya satu patung yang berbeda yakni patung tikus. Mungkin Dewa Tikus. Puas dengan foto - foto kami putuskan untuk berenang di pantai. Lagi - lagi Tuan Madura menyewakan saya sebuah kano. Hal yang membuat saya terharu kembali. Lumayan puas dengan berenang di Pandawa kini tiba saatnya untuk eksplorasi wilayah pantai Pandawa namun tiba - tiba terhenti karena kunci motor mas Edi hilang. Tuah memang selalu ada dan bersyukur kepada Allah bahwa kunci ditemui oleh petugas. Kunci telah di tangan tak banyak rencana lain karena mereka akan bekerja di warung selepas solat magrib.
Di perjalanan pulang kami berhenti di perempatan pantai Sindhu tepatnya di seberang restoran MCD. Kupikir berhenti untuk solat ashar yang memang sudah habis waktunya ternyata Tuan Madura mempersilakan saya untuk makan bebek khas Jawa Timur. Berkali - kali saya berdoa untuk kesuksesan mereka. Amin.
Ujung Pantai Pandawa |
Rosi yang dekat dengan saya meminta untuk pergi main kembali untuk menghabiskan malam minggunya. Tentu saja saya menerima ajakan dari Rosi. Ku pikir Rosi lebih mengerti tentang Bali namun disayangkan dia terlampau jatuh cinta dengan kamarnya yang nyaman ketimbang jalan-jalan keliling Bali. Memang ada alasan tersendiri bagi Rosi untuk selalu diam di rumah. Bagiku Rosi adalah orang yang istimewa dia begitu banyak melewati masa kelam dengan pergaulan bebas dan narkoba yang melilitnya beberapa tahun. Rosi maafkan saudaramu ini yang telah menceritakan kembali ke publik tentang dirimu, saya harap kamu bisa menjadi inspirasi bagi teman yang masih terlilit dunia kelam.
Malam ini memang agak aneh dengan rencana yang gila!! Rosi yang pernah nyemplung di dunia hitam pun menyetujui untuk berkunjung ke bar untuk sekedar ingin tahu. Bagi Rosi pun tidak lumrah karena pub ini khusus untuk gay!!!!! sontak saja saat memasuki pub bar kaki saya bergetar karena takut. Tapi dengan Rosi menjadikan semua biasa saja. Hanya 10 menit saja di dalam pub gay di kawasan legian cukup hanya menonton para Lady Boy menari dan lips sing. Selepas dari pub Rosi mengajak saya untuk bersantai di Pantai Kuta. Disini saya mempreteli sejarah seorang Rosi yang mendamba cinta dari keluarga. Jam setengah satu dini hari saya dan Rosi kembali lagi ke Sanur hanya bukan ke kosan tapi ke warung. Sekembalinya dari warung tak lupa Tuan Madura memberi saya satu paket makanan untuk dijadikan makan malam terakhir namun perut sudah penuh saya tidak makan makanan tadi. Dengan bersi keras Tuan Madura menyelipkan bungkusan makanan itu di tas saya dengan dalih untuk sarapan esok hari.
Mata dan tubuh yang mempunyai hak untuk istirahat meminta haknya di jam 2 malam tanpa ragu Rosi mengajak saya pulang ke kosan. Tidur...
Perjalanan ke Padang Bai (Jalan Ubud), 09 Oktober 2016
15:12 WITA
15:12 WITA
Komentar