Probowangi siap untuk ditumpangi oleh semua orang yang telah memesan tak terkecuali saya yang sudah lama memesanya. Satu jam sebelum boarding pass saya bertemu dengan ibu Wulan orang Surabaya Gubeng asli yang telah lama tinggal di berbagai kota salah satunya Bali. Kali ini dia menjadi teman baik saya dalam perjalanan. Bersyukur sekali kami satu gerbong yakni di gerbong 3 hanya berbeda nomor bangku saja. Dengan satu gerbong saya dan bu Wulan masih bisa berkomunikasi dengan lancar.
Denting bell khas stasiun rupanya sudah menggema sebagai tanda datangnya kereta. Tak lebih dari 5 menit Kereta Probowangi pun menghampiri semua orang yang mengantri di peron bagian utara atau dibagian bangunan lama. Langit dengan rona - rona terang di timur jauh telah terlihat semakin lama semakin jelas dan benderang sampai matahari sempurna menyinari alam semesta di bumi Airlangga ini. Rasa lelah dan fikiran yang berkecamuk dengan pertanyaan - pertanyaan tentang kehidupan dan keluarga terus bergulir mecabik nurani dan logika. Gelisah sepanjang perjalanan menghantui berbagai sudut mata dan fikiran bahkan keindahan bumi Airlangga pun tak mampu membendung perasaan menganjal ini.
Empat jam sudah di dalam gerbong kereta yang silih berganti orang di setiap stasiun kini akhirnya berhenti di stasiun terujung di Pulau Jawa. Stasiun Banyuwangi Baru merupakan stasiun paling akhir di ujung timur pulau Jawa. Terlepas dari gerbong rasa lapar sangat menyayat lambung yang kosong sejak siang kemarin tak banyak cingcong dengan modal Rp 5000 lambung penuh dengan satu pincuk pecel khas Banyuwangi. Terbayar sudah!!!
Sejumlah kapal ferry sedang menyebrang di selat Bali |
Energi terbaru merasuk jiwa raga membuat saya tidak sabar untuk mengarungi selat Bali. Bu Wulan pun memesan sebuah becak untuk kami tumpangi sampai jalan raya yang bagi saya hanya memerlukan 5 menit saja. Karena sudah dipesan terpaksa mau apalagi hehehehe jadi emak - emak yang hendak ke pasar pakai becak hahahaha. Jangan kira murah ya saudara - saudara naik becak yang hanya 200 meter harus dibayar dengan 2 kali lipat harga nasi pecel Khas Banyuwangi. Camkan!! Mending jalan kaki sebenarnya....
Bersyukur sekali bisa mendapatkan bis Damri yang dikata orang murah dan harga calo tidak terlalu mahal seperti agen bus lainnya. Kini giliran saya mendapatkan tuah harga yang murah daripada bu Wulan yang membayar Rp 65.000. Walaupun berbeda Rp 5000 namun ini merupakan tuah tersendiri yang bisa membuat dompet berseri - seri.
Bagai bara tersiram dinginnya air, kecamuk hati pun menyublim di langit biru Katapang dengan segarnya lautan lepas....keindahan yang tiada tara. Terima kasih ya Allah dengan keindahan yang menyejukkan jiwa ini. Dalam perjalanan laut kali ini saya mendapatkan tuah kembali yakni menyaksikan persembahan terbaik dari selat Bali dengan adanya parade lumba - lumba yang bermain gembira dengan perahu yang sedang berlayar. Menakjubkan!!!
Penat kembali mengusik jiwa yang lelah seperti Hayati yang selalu mengeluh "Hayati lelah Bang......! " sejam sudah berada di selat Bali yang tenang. Tak sampai tidur di kapal akhirnya Kapten mengumumkan bahwa kapal telah berlabuh di Gili Manuk!. Luar biasa betapa indahnya pulau Bali. Patung dewa laut seakan - akan memberi sambutan yang indah untuk semua para penumpang kapal yang menjadi tamu untuk Pulau Bali ataupun sebagai rangkulan rindu untuk Putra Bali yang kembali ke tanah airnya.
Suguhan kecantikan Bali di sepanjang perjalanan menuju Denpasar selalu memukau dan membuat saya ingin selalu melihat ke arah jendela namun karena kadar lelah yang tinggi tidur menjadi solusi utama. Di sini sepertinya ada yang unik soal peraturan untuk para pengguna bis Damri salah satunya adalah penumpang bule hanya diperbolekan sampai ke terminal baru yang berada di Tabanan namun untuk orang lokal bisa sampai Denpasar. Alhasil banyak bule yang kecewa!.
Masih bingung dengan penginapan yang telah saya tuju akhirnya bu Wulan memberi saya solusi yang terbaik untuk kos di dekat tempat dia tinggal yakni di wilayah Sanur. Harga pun tergolong murah walaupun fasilitas hanya tempat tidur busa dan bantal. Jangan fikir fasilitas lainnya mewah ya karena kamar mandi di luar, tidak ada colokan listrik, lantai plaster dan tidak ada langit langit di atap rumahnya.
Bagi saya tidak masalah karena hanya sekedar tempat berteduh. Hanya Rp 100.000/7 hari loh!.Dengan perasaan lemah lesu saya putuskan untuk tidur pemirsa sekalian.....Jumpa lagi esok hari.
Sanur - Bali, 4 Oktober 2016
11:55 WITA
11:55 WITA
Komentar