Malam ini agak terasa sepi bukan hanya karena cuaca yang lumayan mendung namun juga ketidakhadiran bu Wulan menjadikan suasana malam begitu sepi. Tentu saja saya bisa berkata demikian karena bu Wulan termasuk salah satu keluarga saya dalam perjalanan ke Bali. Wejangan dan cerita hidup beliau sangat berarti bagi saya. Tak usah risau karena anggota keluarga saya tidak ada sekarang namun ada bu Betty dan mas Jawa yang selalu menghibur dengan pembicaraan yang menyenangkan.
Mereka berdua adalah tetangga depan pintu kos saya. Sosok bu Betty mengajarkan saya untuk selalu bertahan hidup walaupun dalam kondisi apa pun juga. Mereka berdua adalah seorang pekerja proyek bangunan. Luar biasa kan seorang perempuan bekerja sebagai tukang bangunan. Bu Betty meninggalkan dua orang anaknya di pulau Timor demi menghidupi anaknya yang masih sekolah itu. Sudah sepuluh tahun bu Betty ditinggal mati oleh sang suami. Sementara pak Jawa (lupa nama) tidak terlalu terbuka untuk masalah kehidupannya di Jawa ataupun di Bali sendiri.
Monumen Perjuangan Rakyat Bali di Renon - Denpasar |
Inilah realita yang terjadi yang saya saksikan di kehidupan bukan hanya membaca di buku tentang norma ataupun biologi. Mereka berdua adalah bukan pasangan suami isteri namun mereka berdua hidup bersama dalam satu kamar membentuk satu keluarga kecil tanpa ikatan keagamaan ataupun ikatan negara. Hanya cinta dan kebutuhan biologi yang menyatukan mereka. Gaya kehidupan "modern" di pulau Bali sudah bukan barang baru lagi tentu saja semua orang atau masyarakat menganggap sudah biasa dan tidak kaget sama sekali. Banyak kehidupan "modern" yang saya temui misalnya saja di cafe terjadi percumbuan antar sesama lelaki dan masih banyak lagi tentunya. Beginilah realita kehidupan.
Kemalasan kembali datang ke kaki dan mata namun tidak separah hari kemarin. Hari ini saya bangun lebih awal setengah jam demi mengejar matahari di ujung laut pantai Sanur. Namun sayang saya selalu gagal mendapatkan adegan matahari terbit yang sempurna. Terpengaruh oleh cuaca semalam langit di ujung timur Bali terisi oleh coretan halus awan yang menggumpal. Ketidaksempurnaan ini menjadikan langit ujung timur Bali tetap indah.
Kemana lagi hari ini? sudah barang tentu saya memilih untuk berjalan mencari tempat wisata yang gratis. Monument Perjuangan Rakyat Bali yang berada di Jalan Puputan - Denpasar tentu saja memberikan tiket gratis untuk para pengunjung. Monumen yang berbentuk seperti pura ataupun candi ini mempunyai tata bangunan yang unik dengan sebuah tugu berbentuk lidah api. Banyak pelajaran yang bisa diambil oleh para pengunjung tentang perjuangan rakyat Bali selama masa pra sejarah sampai kemerdekaan Indonesia.
Monumen Perjuangan Rakyat Bali mempunyai 3-4 lantai (saya agak bingung karena tata bangunan yang unik) lantai pertama terdapat kolam di dalan bangunan tepat di tengah kolam terdapat tangga yang melingkar ke atas sampai lantai teratas yang bisa digunakan untuk menikmati panorama berbagai sudut kota Denpasar. Sekilas mirip dengan Monas di Jakarta.
Tuan Muda Madura, Edhi |
Di lantai dasar terdapat sebuah perpustakaan kecil berisikan tidak lebih dari 500 buku. Perpustakaan ini lebih mencolok oleh foto - foto perjuangan rakyat Bali yang didokumentasikan oleh Orang Belanda. Terasa merinding saat melihat sebuah foto yang menggambarkan korban yang telah meninggal. Kita sebagai pemuda yang hidup di zaman kemerdekaan seharusnya lebih bersyukur atas karunia Tuhan yang telah memberikan bangsa Indonesia kemerdekaan. Masuk ke lantai dua terdapat diorama yang indah mempresentasika kehidupan rakyat Bali dari zaman prasejarah sampai kemerdekaan Indonesia. Sungguh diorama yang apik. Hanya sangat disayangkan koleksi sedikit sehingga membuat monumen ini terasa hambar.
Berhubung hari ini adalah jumat (7/10/16) sebagai seorang Muslim saya pulang ke kosan untuk persiapan solat Jumaat. Saya dibonceng oleh mas Madura yang super baik sampai ke masjid di hotel Bali Inn tepat di seberang jalan Bypass Ngurah Rai. Beribu terima kasih saya sampaikan kepada dia untuk tlaktiran yang nikmat. Ada minuman yang membuat saya takjub yakni es kelapa muda dengan rasa manis madu dan tentunya air gula di gerobak selalu dihinggapi lebah madu yang sedang menghisap nektar. Sungguh luar biasa!!!! Lebih dari 50 lebah madu yang menggerumut.... Woow.
Saat malam datang saya diajak nongkrong untuk mengunjungi warung sate dan soto milik mas Madura. Tentunya keistimewaan tersendiri. Disayangkan sekali saya selalu diberikan gratis untuk semua makanan yang telah masuk ke perut saya. Bingung mau bilang apa. Terima kasih dan terima kasih......
Balasan apa yang pas untuk pemberian yang luar biasa ini? Langsung saja saya sigapkan diri untuk membantu warung sate dengan mengkipasi sate dan melayani tamu. Pengalaman yang luar biasa bagi saya. Karena batre tinggal 12 persen saya cukupkan dulu untuk menulis. Hari ini rencana mau ke Pantai Pandawa bersama mas Madura!!
Sanur, 08 Oktober 2016
07:06 WITA
07:06 WITA
Komentar