Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

PERJALANAN 6

Malam ini agak terasa sepi bukan hanya karena cuaca yang lumayan mendung namun juga ketidakhadiran bu Wulan menjadikan suasana malam begitu sepi. Tentu saja saya bisa berkata demikian karena bu Wulan termasuk salah satu keluarga saya dalam perjalanan ke Bali. Wejangan dan cerita hidup beliau sangat berarti bagi saya. Tak usah risau karena anggota keluarga saya tidak ada sekarang namun ada bu Betty dan mas Jawa yang selalu menghibur dengan pembicaraan yang menyenangkan.

Mereka berdua adalah tetangga depan pintu kos saya. Sosok bu Betty mengajarkan saya untuk selalu bertahan hidup walaupun dalam kondisi apa pun juga. Mereka berdua adalah seorang pekerja proyek bangunan. Luar biasa kan seorang perempuan bekerja sebagai tukang bangunan. Bu Betty meninggalkan dua orang anaknya di pulau Timor demi menghidupi anaknya yang masih sekolah itu. Sudah sepuluh tahun bu Betty ditinggal mati oleh sang suami. Sementara pak Jawa (lupa nama) tidak terlalu terbuka untuk masalah kehidupannya di Jawa ataupun di Bali sendiri.

Monumen Perjuangan Rakyat Bali di Renon - Denpasar
Inilah realita yang terjadi yang saya saksikan di kehidupan bukan hanya membaca di buku tentang norma ataupun biologi. Mereka berdua adalah bukan pasangan suami isteri namun mereka berdua hidup bersama dalam satu kamar membentuk satu keluarga kecil tanpa ikatan keagamaan ataupun ikatan negara. Hanya cinta dan kebutuhan biologi yang menyatukan mereka. Gaya kehidupan "modern" di pulau Bali sudah bukan barang baru lagi tentu saja semua orang atau masyarakat menganggap sudah biasa dan tidak kaget sama sekali. Banyak kehidupan "modern" yang saya temui misalnya saja di cafe terjadi percumbuan antar sesama lelaki dan masih banyak lagi tentunya. Beginilah realita kehidupan. 

Kemalasan kembali datang ke kaki dan mata namun tidak separah hari kemarin. Hari ini saya bangun lebih awal setengah jam demi mengejar matahari di ujung laut pantai Sanur. Namun sayang saya selalu gagal mendapatkan adegan matahari terbit yang sempurna. Terpengaruh oleh cuaca semalam langit di ujung timur Bali terisi oleh coretan halus awan yang menggumpal. Ketidaksempurnaan ini menjadikan langit ujung timur Bali tetap indah.

Kemana lagi hari ini?  sudah barang tentu saya memilih untuk berjalan mencari tempat wisata yang gratis. Monument Perjuangan Rakyat Bali yang berada di Jalan Puputan - Denpasar tentu saja memberikan tiket gratis untuk para pengunjung. Monumen yang berbentuk seperti pura ataupun candi ini mempunyai tata bangunan yang unik dengan sebuah tugu berbentuk lidah api. Banyak pelajaran yang bisa diambil oleh para pengunjung tentang perjuangan rakyat Bali selama masa pra sejarah sampai kemerdekaan Indonesia. 

Monumen Perjuangan Rakyat Bali mempunyai 3-4 lantai (saya agak bingung karena tata bangunan yang unik) lantai pertama terdapat kolam di dalan bangunan tepat di tengah kolam terdapat tangga yang melingkar ke atas sampai lantai teratas yang bisa digunakan untuk menikmati panorama berbagai sudut kota Denpasar. Sekilas mirip dengan Monas di Jakarta. 

Tuan Muda Madura, Edhi
Di lantai dasar terdapat sebuah perpustakaan kecil berisikan tidak lebih dari 500 buku. Perpustakaan ini lebih mencolok oleh foto - foto perjuangan rakyat Bali yang didokumentasikan oleh Orang Belanda. Terasa merinding saat melihat sebuah foto yang menggambarkan korban yang telah meninggal. Kita sebagai pemuda yang hidup di zaman kemerdekaan seharusnya lebih bersyukur atas karunia Tuhan yang telah memberikan bangsa Indonesia kemerdekaan. Masuk ke lantai dua terdapat diorama yang indah mempresentasika kehidupan rakyat Bali dari zaman prasejarah sampai kemerdekaan Indonesia. Sungguh diorama yang apik. Hanya sangat disayangkan koleksi sedikit sehingga membuat monumen ini terasa hambar. 

Berhubung hari ini adalah jumat (7/10/16) sebagai seorang Muslim saya pulang ke kosan untuk persiapan solat Jumaat. Saya dibonceng oleh mas Madura yang super baik sampai ke masjid di hotel Bali Inn tepat di seberang jalan Bypass Ngurah Rai. Beribu terima kasih saya sampaikan kepada dia untuk tlaktiran yang nikmat. Ada minuman yang membuat saya takjub yakni es kelapa muda dengan rasa manis madu dan tentunya air gula di gerobak selalu dihinggapi lebah madu yang sedang menghisap nektar. Sungguh luar biasa!!!! Lebih dari 50 lebah madu yang menggerumut.... Woow.

Saat malam datang saya diajak nongkrong untuk mengunjungi warung sate dan soto milik mas Madura. Tentunya keistimewaan tersendiri. Disayangkan sekali saya selalu diberikan gratis untuk semua makanan yang telah masuk ke perut saya. Bingung mau bilang apa. Terima kasih dan terima kasih...... 

Balasan apa yang pas untuk pemberian yang luar biasa ini? Langsung saja saya sigapkan diri untuk membantu warung sate dengan mengkipasi sate dan melayani tamu. Pengalaman yang luar biasa bagi saya. Karena batre tinggal 12 persen saya cukupkan dulu untuk menulis. Hari ini rencana mau ke Pantai Pandawa bersama mas Madura!!

Sanur,  08 Oktober 2016
07:06 WITA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d