Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Sang Bima 2

Hari Jumaat boleh dikatakan hari paling pendek di Indonesia. Sebenarnya semua hari mempunyai waktu yang sama yakni 24 jam namun predikat hari pendek ini disematkan kepada hari Jumaat karena waktu kerja yang pendek dikarenakan terpotong oleh waktu solat Jumaat yang bisa mencapai 1,5 jam ditambah dengan jam istirahat. Tentu saja jam kerja Anda menjadi pendek kan?! Waktu traveling saya pun menjadi pendek karena harus solat Jumat. 

Sebenarnya masih bingung apa yang disuguhkan kota Bima kepada para tamunya. Mungkin saja 'suguhan' banyak namun karena informasi yang kurang sehingga tampak tidak ada 'suguhan' yang istimewa di kota Bima selain Istana Kesultanan Bima, Bukit Jatiwangi atau bisa disebut Bukit Bintang, dan makam Raja Bima. Banyak 'suguhan' yang menarik di Bima hanya akses transportasi yang susah sehingga membuat bengkaknya anggaran tentunya. Angkut umum seperti angkot disini terasa mati suri, ada beberapa angkot yang lalu lalang di jalan raya namun tidak ada informasi trayek di kaca mobil ataupun tidak ada nomor trayek semua ini akan membuat bingung para 'tamu' kota Bima. 

Faktor diatas adalah salah satu penentu saya untuk mengunjungi tempat indah di Bima karena tidak ingin menghamburkan sebuah kenangan dan waktu di kota paling timur pulau Sumbawa saya menyempatkan diri untuk menjelajahi isi kota Bima dengan menggunakan sepeda lipat yang mas Fahru pinjamkan. Menyenangkan bukan city tour dengan menggunakan sebuah sepeda jelas momen ini mempunyai cita rasa Belanda ataupun negri Eropa yang kebanyakannya penduduk ataupun traveler nya menggunakan sepeda untuk sekedar jalan-jalan di dalam kota. 

Istana Kesultanan Bima atau disebut juga Asi Mbojo
Tempat yang menarik pertama yang saya kunjungi tentu saja yang paling dekat yakni Istana Kesultanan Bima yang tepat di depan rumah yang saya tempati. Karena saya berada di posisi timur (dekat kantor imigrasi) walaupun mempunyai pintu gerbang di sisi timur namun nampaknya pintu dikunci dan semua tamu atau pengunjung dipersilakan untuk memasuki istana di pintu sebelah barat yang berdekatan dengan pusat keramaian (alun-alun). 

Memasuki halaman Istana Kesultanan Bima tidak dipungut biaya sepeserpun cukup memarkirkan kendaraan Anda di sisi pintu gerbang ataupun bisa masuk ke halaman istana. Jika hanya sekedar berfoto dengan gedung Istana tentunya menjadi hal menarik dan menguntungkan karena tidak ditarik uang sepeserpun. Sangat disayangkan apabila hanya berfoto di depan Istana saja karena Anda tidak akan mendapatkan informasi sejarah yang luar biasa tentang Kesultanan Bima ini selain informasi yang didapat tentu saja koleksi istana akan memberikan kesan yang hebat bagi generasi muda sekarang yang lupa akan budaya dan adat resam. 

Cukup bermodalkan uang Rp 5000 Anda bisa mengunjungi Istana Kesultanan Bima dengan rincian Rp 2000 untuk tiket masuk istana, Rp 2000 untuk parkir dan Rp 1000 untuk beli air mineral dalam kemasan plastik gelas. Sangat ekonomis bukan?! Dibalik keekonomisan ini Anda mendapatkan keuntungan intelektual yang luar biasa dengan menyaksikan peninggalan nenek moyang yang luar biasa. 

Saya adalah pengunjung pertama di Istana kesultanan Bima di hari jumat ini (14/10/16) tergolong sepi pengunjung mungkin karena faktor promosi wisata yang kurang, minat pemuda terhadap sejarah dan budaya yang kurang dan faktor lainnya yang menyebabkan pengunjung riskan untuk berkunjung. Berbeda 30 menit ada pengunjung lainnya yang datang dari Surabaya. 

Keramahan staff museum dalam menjelaskan sejarah tentang Kesultanan Bima membuat saya dan pengunjung dari Surabaya semakin ingin mengetahui segala tentang kesultanan yang sudah berdiri lama. Staff museum ini menjelaskan kami tentang silsilah keluarga Kesultanan Bima yang dimulai dari masa hindu sampai islam. Kesultanan Bima menjadi besar dan mempunyai pengaruh yang luar biasa karena mempunyai ikatan perkahwinan di berbagai kerajaan lainnya seperti kerajaan Goa,  kerajaan Trunojoyo, kerajaan Ternate dan kerajaan Buton. 

Istana Kesultanan Bima saat ini sudah direka ulang oleh arsitek kesultanan dan arsitek Belanda pada masa kolonial saat itu. Istana mempunyai dua lantai yang berlantaikan kayu jati yang kuat. Konon kayu jati ini bukan didatangkan dari Jawa yang notabene tempat asal kayu jati yang berkualitas tinggi. Kayu jadi yang digunakan di istana berasal dari kayu jati yang di taman di Bima sendiri. 

Lantai pertama berisikan koleksi - koleksi lukisan, foto,  gerabah dan koleksi lainnya selain itu ada koleksi yang terbuat dari emas. Koleksi yang terbuat dari emas dan perak dilindungi oleh jeruji besi yang menutupi lemari penyimpanan koleksi. Berbeda dengan aturan yang ada di museum nasional di Jakarta yang tidak mengizinkan pengunjung memotret koleksi emasnya di istana ini Anda bebas memotret koleksi istana yang terbuat dari emas maupun perak. 

Naik ke lantai dua ada peragaan busana traditional untuk sultan dan permaisuri yang diperagakan oleh mannequin. Lantai dua kebanyakan koleksi kamar pribadi,  ruang kerja ataupun ruang santai dari raja dan putra putrinya. Selain itu ada kamar yang selalu digunakan Bung Karno saat berkunjung ke Bima. 

Di sisi paling belakang ada ruang yang berbau mistis tepatnya di ruang eksekusi dan tempat istirahat para pejabat kerajaan. Saat memasuki ruang eksekusi staff museum mengucapkan salam untuk menghormati penghuni di ruangan tersebut. Konon penjaga ruang tersebut bertubuh besar dan tinggi suka mengganggu pengunjung yang jahil ataupun tidak sopan. Di ruang ini juga terdapat beberapa ekor kelelawar yang sedang istirahat tentu saja aroma mistis semakin menjadi.

Perahu nelayan berjajar di pelabuhan Bima
Memanfaatkan waktu yang diberikan Tuhan kali ini saya ingin melihat kehidupan masyarakat pesisir di pelabuhan Bima. Pelabuhan Bima tidak jauh dari istana hanya membutuhkan 15 menit dengan mengayuh sepeda. 

Aktivitas pelabuhan terlihat sibuk dengan bongkar muat peti kemas yang dibawa oleh kapal laut yang bersandar di dermaga. Kehidupan masyarakat pesisir Bima sama persis dengan kehidupan masyarakat pesisir lainnya di Indonesia. Namun tidak nampak nelayan yang menjemur ikan hasil tangkapan sebagai ikan asin. 

Tidak terasa waktu solat jumat tinggal 30 menit lagi saya putuskan untuk mencari masjid terdekat untuk bergabung mengikuti solat Jumaat. 

Bima, 15 Oktober 2016
09:53 WITA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d