Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Islam Dan Jawa Di Suriname

Ibu-ibu Islam Jawa Sedang Memotong Dan Membagi Daging Hewan Kurban

Jawa merajai?!
Boleh jadi kalimat di atas benar-benar terjadi, apa sebabnya?! Bisa jadi karena suku dengan jumlah yang sangat besar di Indonesia, jadi wajar saja jika orang Jawa berada di setiap pulau, maupun di negara lainnya. Beberapa data yang disebutkan Wikipedia berbahasa Indonesia menyebutkan jumlah penutur bahasa Jawa sekitar seratus juta penutur pada tahun 2013, sementara Wikipedia Bahasa Inggris menyebutkan 98 penutur asli (native) pada tahun 2013, entah mana yang tepat tapi yang jelas penutur bahasa Jawa memang sangat banyak. Jumlah penutur dengan jumlah suku Jawa pada data yang dipaparkan Wikipedia tidak jauh beda. Pada halaman khusus bangsa Jawa disebutkan beberapa negara sebagai tempat orang Jawa tinggal diantaranya Indonesia, Singapura, Malaysia, Suriname, dan negara lainnya. Dari sederet negara yang mempunyai komunitas Jawa, paling menarik bagi saya adalah Suriname. Merupakan sebuah negara kolonial Belanda pada zaman dahulu, sama seperti Indonesia dahulu, negara ini terletak di wilayah selatan benua Amerika. 

Ibu-ibu Pengajian Di Suriname

Mengapa Suriname banyak orang Jawa? Singkat cerita, pada zaman kolonial beberapa daerah terutama di pulau Jawa sebagian penduduknya dijadikan buruh migran ke Suriname oleh pemerintah kolonial. Sekitar 30.000 orang Jawa dibawa dengan kapal laut ke Suriname untuk menjadi buruh pertaninan di sana, penduduk Jawa yang dibawa migrasi ke Suriname adalah bentuk solusi pemerintahan kolonial untuk mengisi buruh pertaninan yang dulu dikerjakan oleh para budak, sementara saat itu perbudakan telah dihapus sehingga orang-orang Jawa dijadikan buruh di sana. Selain alasan tersebut juga  alasan  kemiskinan yang melanda dan juga bencana gunung berapi di Jawa menjadi penyebab pemerintah kolonial untuk memigrasikan orang-orang Jawa. Sebenarnya bukan hanya orang Jawa saja yang dimigrasikan melainkan orang Sunda juga.

Berawal dari migrasi untuk menjadi buruh pertaninan di Suriname, orang Jawa hidup dan berkembang membentuk komunitas yang kuat di sana sampai sekarang. Orang Jawa yang sudah hidup berpuluh-puluh tahun di sana tidak serta menghilangkan adat budaya dan agama mereka. Beberapa generasi muda Jawa masih mempertahankan adat budaya dan agama dari orang tuanya yang berasal dari pulau Jawa, Indonesia. 

Upacara Kematian Di Suriname

Agama mayoritas penduduk pulau Jawa pada masa kolonial adalah Islam sehingga wajar saja madya Jawa Suriname memberikan sumbangan besar terhadap khazanah keislaman di negara Amerika Selatan itu. Dari data statistik yang dipaparkan oleh Wikipedia menyebutkan warga Suriname bersuku Jawa sebanyak 13,7%, nomor keempat terbesar setelah Indian, Maroon dan Creole (2013). Sementara statistik untuk agama Islam sekitar 13,9% terbesar ketiga setelah Agama Kristen dan Hindu, tak lupa statistik juga menyebutkan agama Kejawen yang memiliki pemeluk menempati urutan  lima sekitar 0,8%. Dalam Wikipedia juga menyebutkan bahwa bangsa Jawa di Suriname merupakan penyumbang utama agama Islam sementara selebihnya dari suku India.

Suasana Pasar Di Suriname

Saya sendiri tidak mempunyai sumber tertulis untuk topik Jawa dan Islam di Suriname, sumber yang saya pakai adalah sumber langsung dari interaksi saya dengan bapak Kiyai Soedirman Moentari, seorang Jawa Suriname yang sekarang tinggal di Belanda. Interaksi saya dengan bapak Kiyai Soedirman berlangsung di media sosial Facebook. Berbagai macam informasi tentang Islam dan Jawa di Suriname saya catat kembali untuk menjadi bahan informasi di blog ini.

Upacara Kematian 

Upacara kematian yang dilakukan di Suriname oleh masyarakat Jawa masih memegang tradisi budaya keagamaan layaknya yang ada di pulau Jawa namun beberapa ada yang seperti umat Kristen seperti  jenazah yang dimasukan ke peti mati, peti mati hanya digunakan saat penyolatan sampai pembawaan jenazah ke pemakaman. Jenazah sendiri dikuburkan tanpa peti, sesuai dengan syariat islam.

Upacara Kematian Di Belanda

Beberapa kenduri diselenggarakan mulai dari tujuh hari sampai seribu hari. Pekuburan khusus umat Islam juga tersedia.

Pasar Dengan Suasana Khas Jawa

Ibu-ibu dengan krepus khas masyarakat Jawa atau masyarakat Indonesia pada umumnya terlihat juga di pasar-pasar Suriname yang mempunyai komunitas Jawa. Suasana khas pasar mirip sekali dengan di Indonesia yang membedakan hanyalah beberapa pengunjung pasar yang berbeda ras dan tulisan di pasar menggunakan bahasa Belanda. 

Wadah Makanan Yang Mirip Seperti Di Warteg Indonesia

Sempat kagum dan kaget juga, dalam foto Pak Kiyai Soedirman menunjukan warung atau toko perkakas dapur yang mirip seperti di pasar-pasar di Jawa. Rumah makan khas warteg (warung tegal) juga tersedia dengan lauk khas Jawa, tak lupa tempat makanan atau display case juga sangat mirip di sini.

Toko Perkakas Di Suriname

Upacara Keagamaan

Kenduri, sebuah upacara keagamaan khas Nusantara, khususnya orang Jawa sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang diberikan Tuhan dan sebagai doa untuk mengharapkan keridhan Tuhan terhadap apa yang diharapkan seseorang.

Suaana Solat Ied Di Suriname

Berbagai jenis kenduri selalu dilaksanakan oleh masyarakat etnis Jawa di Suriname. Misalnya saja kenduri pernikahan, kenduri kematian yang mempunyai beberapa tingkatan (Mitung dina, Matangpuluh dina, Nyatus, Nyewu, Mendak), kenduri pernikahan dan kenduri lainnya. Jenis hidangan sebagai jamuan untuk para hadirin dalam kenduri juga sangat mirip dengan di pulau Jawa seperti ayam ingkung. Pak Kiyai Soedirman mengatakan "Sing ngaji moco quran sing ndiwai ingkung phitik, nek sing ra ngaji ora diwai" tuturnya dalam Bahasa Jawa sebagai jawaban atas pertanyaan saya di Facebook. 

Salah Satu Masjid Di Suriname

Hidangan berkat terdiri dari gorengan (rempeyek) kacang atau gorengan tempe, lodeh tempe, lodeh mie goreng dan lainnya. Berkat ini juga bisa dibawa pulang ke rumah untuk dinikmati bersama keluarga.

Para tamu undangan layaknya seperti di pulau Jawa yang dominan oleh pria, tak ketinggalan mereka mengenakan baju koko, peci dan sarung. Pak Kiyai Soedirman juga mengatakan bahwa doa yang dibawakan seperti orang Jawa yakni serangkaian wirid.

Ayam Ingkung Untuk Yang Membaca Alquran

Hari Raya

Umat Islam seluruh dunia tidak mungkin melupakan hari rayanya, demikian juga dengan umat Islam Jawa di Suriname. Mereka merayakan kedua hari besar itu dengan suka cita. Tampak di foto yang Pak Kiyai Soedirman bagikan ke saya, beberapa umat Islam Jawa dan etnis lainnya mengikuti solat ied di lapangan luas. Beberapa ibu-ibu mengenakan kerudung khas Jawa dan mengenakan batik, begitu juga jemaat lelaki yang mengenakan peci dan baju batik.

Tampak Jemaat Lelaki Mengenakan Baju Batik

Saat hari raya Idul Adha para ibu-ibu memasak dan mengolah daging kurban di gedung dekat masjid mungkin di Islamic Center/Islamic Council sementara para pria bertugas menyembelih hewan kurban dan memotong daging kurban serta pembagian daging kurban. Mungkin tidak seperti di Indonesia, penyembelihan hewan kurban di Suriname dilakukan di rumah jagal, bukan di depan masjid.

Bapak Kiyai Soedirman Sedang Menjadi Amil Pernikahan

Berbagai cerita tentang Islam dan Jawa di Suriname memang membuat saya dan anda sekalian makin asik dan penasaran untuk mengetahui lebih lanjut, sayang sekali tidak banyak waktu untuk bercerita lebih lanjut. Semoga suatu hari nanti akan dilanjutkan kembali. Beribu terima kasih saya sampaikan untuk bapak kiyai Soedirman Moentari yang sudah mengizinkan saya untuk menulis tentang Islam dan Jawa di Suriname, berkat beliau saya bisa cerita kepada anda sekalian. Perlu diketahui bahwa semua foto adlaah milik bapak Kiyai Soedirman Moentari. 

Komentar

soedirman1949 mengatakan…
"Upacara Kematian Di Suriname" ini bukan di Suriname tetapi di Rosmalen negari Nederland.
Waluyo Ibn Dischman mengatakan…
Oh ya nanti saya perbaiki pak. Terima kasih.

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d