Hadiah Terindah Dari Semesta |
Kabut sore itu semakin banyak usai suara pengajian di dataran tinggi Dieng menutup acara dengan bacaan hamdallah dan salam. Suara yang toa dari masjid itu masih terdengar hingga pos tiga. Kabut lembut kembali berhembus dari arah timur menandakan dua gunung di timur itu sedang bermesaraan intim yang harus ditutup rapat tanpa orang tahu. Sesekali 'tirai' putih itu dibuka dan memperlihatkan kemesraan dari mereka berdua seakan posisi mereka seperti sejoli sedang berpelukan. Tak hanya saya yang berimajinasi demikian tapi pada umumnya pendaki lainnya sepakat bahwa dua gunung di timur itu berpacaran. Gunung Sindoro dan Sumbing memang seperti dua sejoli yang susah dipisahkan, hanya kiamat yang bisa merubah mereka.
Dari bawah hingga perkemahan susah sekali menginggat nama Miki, maklum saja perkenalan yang tidak sempurna terlebih saya kurang banyak cakap di awal pertemuan. Saya selalu menyebutnya Willy, padahal Nama Willy adalah keponakan Yudha yang kemarin bertemu. Masalah memori pendek saya memang kadang bermasalah. Saya harap Miki tidak sakit hati karena sebutan salah dari mulutku. Miki untuk pertama kali mencapai keberhasilan mendaki gunung tampak sumringah dengan keberhasilannya. Selamat ya!
Untaian doa terucap oleh hati masing-masing kepada sang penguasa semesta sebagai wujud rasa terima atas nikmat dan keselamatan yang diberikan kepada kami. Puji Tuhan alhamdulillah.
Sisi barat dan timur tampak penuh dengan gerombolan tenda yang didirikan. Sebelah atas puncak juga seperti demikian. Beberapa lahan kosong tampak di sebelah utara yang hanya 'dihuni' oleh beberpa tenda. Kesepakatan bersama untuk mendirikan tenda yakni tidak banyak penghuni di sekitaran, dan tidak sendirian dalam artian harus mempunyai tetangga agar mudah mendapatkan pertolongan jika ada masalah. Beberapa kali penjajakan tempat untuk mendirikan tenda, satu, dua hingga empat lokasi tidak cocok hingga akhirnya mendapatkan tempat yang cocok di atas bukit sebelah utara dengan tetangga dua tenda saja.
Ndiw Mempersiapkan Peralatan Masak |
Lokasi yang pas dan menghadap dua gunung 'bercinta' tanpa adanya halangan tenda lainnya. Guyonan muncul saat beberpa pasak kurang, ya Kami beri nama tenda DP 0%!. Pemberian nama ini sebagai lelucon saja tanpa ada unsur kesengajaan dalam memojokan pihak tertentu. Bukan saja sebutan DP 0% tapi kadang menyebutnya hunian istimewa Sedayu Grup, Agung Podomoro dan perusahaan properti terkenal lainnya. Lelucon ini muncul karena lokasi yang strategis.
Kabut semakin menjadi-jadi, semburan hawa dingin dimuntahkan semesta kala itu. Kami tetap berusaha membangun tenda walau tangan gemetar karena kedinginan, berbeda dengan yang lainnya terutama Barnash, Ndiw dan Miki yang masih kuat menghadapi dingin yang luar biasa. Saya yang terbiasa hidup di lingkungan 'panas' tidak kuat menerima suhu udara yang sangat dingin. Kulit saya memang mempunyai skala berbeda dengan lainnya terlebih soal dingin, bisa-bisa pulang nanti kulit muka terkelupas!
Tetangga sebelah belum ada reaksi layaknya tetangga yang baik, mungkin mereka sibuk memasak di dalam tenda. Saya penasaran! Maklum mulut saya gatal untuk berinteraksi dengan orang baru, syukur-syukur ada yang memberi rezeki tak terduga. Tenda DP 0% akhirnya berdiri cukup megah dengan beranda yang cukup besar menghadap ke dua gunung yang sedang pelukan mesra itu! Saya mengajukan diri untuk mengatur 'dekorasi indoor' alias menata tas ransel masuk ke dalam tenda!.
Suasana Menjelang Sore Itu |
Akhirnya beres juga! Tidak ada pembagian tugas hanya mengajukan diri untuk masak makan sore! Saya mengajukan diri untuk masak Nuggets, sosis, Mie goreng instan dan kopi. Tak ketinggalan Miki membantu saya! Diawal saya bekerja dengan baik namun pekerjaanku lebih luwes dilakukan oleh Miki! Tentu aku mundur perlahan masuk ke dalam tenda bersama Ndiw! Maafkan saya Miki, anda orang yang kompeten dalam masak! Tampak dari cara menggoreng dan mengaduknya sudah professional sekelas Master Chef. Ternyata dugaan saya betul masakan Miki terasa enak dan memepunyai karakter rasa yang kuat. Memang sudah bakat kayaknya!.
Ndiw memberikan menawarkan satu cangkir kopi instan panas, aku menolak karena kandungan gula yang cukup banyak! Sedari menghindari makanan dengan kandungan gula lebih, saya merasa pusing jika makan gula terlalu manis atau makan gula lebih dua sendok! Terlebih akan makanan dengan garam yang banyak bisa-bisa dinding mulut dan gusi 'bocor', benar saja dinding mulut mulai bolong karena makan keripik kentang yang ditawarkan Ndiw saat nanjak! Sepertinya ada 5 lubang sariawan yang dihasilkan dari makan makanan yang mengandung banyak garam! Entahlah sejak kecil saya selalu kena sariawan kalau makan garam berlebih ataupun makan krupuk!. Belum ada irit bicara karena 'kebocoran' mulut belum terasa! Beberapa guyonan bahkan sering keluar dari mulutku untuk menghubungkan mereka! Ah... Ternyata mereka lebih pandai membalas guyonan dengan hal-hal sedikit memojokan saya! Namanya guyonan tidak perlu diperhatikan dengan serius terlebih yang dipojokan saya dan teman baik saya Mbak Esti.
Dari Dalam Tenda DP 0%. Beli Sekarang, Senin Harga Naik! |
Benar yang dikatakan mbak Esti sebelumnya bahwa mereka bertiga lebih banyak merundung orang lain dan lebih banyak perkataan yang tidak berfaedah lainnya. Apa boleh dikata saya hanya orang biasa yang menganggapi seadanya tanpa ada pemojokan terhadap individu lainnya. Mereka memang bukan orang biasa, terbukti saat saya mengalihkan pembicaraan mereka selalu mengetahuinya! Yang akhirnya saya hanya bisa diam dan mengiyakan mereka. Awalnya risih dengan semua perundungan, lama kelamaan mengenal karakter dari mereka yang ternyata sungguh manis!
Orang-orang selalu berteriak mengolok kabut yang datang sekan tidak terima! Huuuuuuhuuuuu....huuuuuuhuuuuu beberapa kali keluar untuk mengungkapkan rasa kekesalan mereka pada semesta yang menutupi kedua gunung yang bermesaraan. Semesta seakan tidak menerima perundungan dari manusia sehingga kabut selalu menutupi hingga malam. Riuh suara manusia terdengar nyaring, kadang berganti dengan suara berisik alat musik yang mereka bawa. Kedamaian gunung terasa hilang, ketenangan yang dicari serasa sia-sia karena suasana yang didapat tidak sesuai dengan pemikiran!.
Barnash Dan Miki Sedang Memasak |
Layaknya kodok dalam tempurung kelapa, kami berempat hanya menikmati malam di dalam tenda, kadang Ndiw membuka pintu tenda untuk mendapatkan keindahan malam!. Berbagai cerita turut menghangatkan malam, bumbu perundungan juga keluar dan tertabur untuk ku dengan tema yang sama yakni Mbak Esti!.
Telpon genggam pintar seolah seorang alim ulama yang menginggatkan kami untuk beribadah tepat waktu, terdengar suara panggilan peribadatan umat Islam itu dari gawai milik tetangga tenda, terdengar sayup "Allahuakbar.... Allahuakbar...." Berbekal kepercayaan dalam iman yang sedikit saya mencoba cara bersuci dengan instrumen darurat, tayamum. Sembahyang saat itu saya lakukan dengan improvisasi dengan gaya duduk. Saya tidak kahwatir akan tertolaknya peribadatan yang saya lakukan! Tapi saya percaya Tuhan lebih toleran terhadap umatnya. Terlebih arah yang saya gunakan tidak tepat beberapa derajat!.
Pose Di Awal Pagi |
Peribadatan tidak dilaksanakan bersamaan atau dengan cara berjamaah, ruang dan kondisi tidak memungkinkan yang membuat kami melakukan peribadatan sendiri-sendiri. Alunan musik tanpa lirik dari Gus Teja selalu diputar untuk menghangatkan suasana serta untuk menimbulkan susana yang harmonis antara manusia dan semesta.
Terlepas Gus Teja dimainkan di gawai, miki mulai memutar lagu milik Banda Neira, sesuatu nama yang asing bagi saya, terlebih sudah lama bahkan acuh terhadap perkembangan musik lainnya kecuali dari musisi favoriteku Gus Teja!. Perundungan kembali menyerang karena saya tidak tahu siapa itu Banda Neira?! Jujur saja aktor film Indonesia saja jarang yang tahu terlebih musik, maklum terlalu banyak mendengarkan radio gelombang pendek dan Gus Teja!
Inilah Gus Teja! Maestro Suling Bali |
Tubuhku mulai lurus sesuai bentuk sleeping bag, rasa dingin dan lelah mulai terasa, sel-sel meminta jatahnya untuk beristirahat. Tentu saja hak mereka harus saya tunaikan terlebih kondisi cairan belum seimbang membuat pening kepala dan tubuh terasa mudah lemas!. Perlahan hak istirahat sel-sel saya berikan dengan sedikit rebahan, tidur ayam hingga tidur pulas dan bermimpi. Entahlah setiap Aku naik gunung dan tidur selalu bermimpi indah! Semesta memang memberi hal terbaik untuk saya, terima kasih!
Suara Miki dan Barnash masih terdengar dengan rencananya membidik Bima Sakti! Sesekali terdengar keluhan mereka akan kabut yang menganggu Bima Sakti. Rencana Miki yang akan fashion show rusak karena kabut. Terdengar Barnash keluar untuk buang air kecil dikuti yang lainnya!. Otakku sedikit terjaga dan masih mendengarkan perbualan mereka tentang seseorang. Kepedulian saya mulai menghilangkan seiring menurunya kesadaran.
Pose Yang Ndiw Dan Barnash Tidak Suka Karena Background Yang Terlalu Biasa |
Satu, dua kali terbagun pada akhir malam. Kaki terasa lebih dingin, tulang belakang terasa nyeri karena tekanan saat tidur ngrungkel. Mereka bertiga tertidur lelap! Mencoba kembali tidur hingga waktu fajar muncul! "Bar..bar.. bangun dah subuh katanya mau foto Bima Sakti!" Pintaku. " Kabutnya masih banyak Sinyo..." Sahut Barnash dalam kondisi setengah sadar. Saya hanya bisa terdiam dan sembahyang!
Pagi terasa mengigit layaknya jahanam menyiksa orang berdosa yang diceritakan dalam alkitab. Sungguh dingin yang menyakitkan! Hembusan angin dan kabut menambah dingin, orang-orang muak dengan keadaan ini hingga meneriakan nada sinis "Huuuuuuhuuuuu...." Beberapa kali! Semesta tidak menerima hinaan ini hingga dia tidak menyingkapkan kabut yang menyelimuti dua gunung sejoli yang sedang hangat bermadu cinta. Semesta sedikit marah dan kecewa terhadap orang-orang dalam tenda!.
Bunga Khas Pegunungan Yang Sedang Mekar |
Kebaikan semesta mulai muncul dan memberi hadiah singkat berupa sunrise. Perlahan matahari tertelan kabut kembali! Hembusan angin dan kabut menambah. Barnash, Ndiw dan Miki sudah berpose dengan segala latar yang berbeda mulai dari latar semak-semak, bunga dan yang lainnya. Aku pun turut serta! Wah...saya kesulitan dalam mengoperasikan kamera mahal milik Miki! Maklum karena sering main barang murah jadi tidak bisa pake barang mahal.
Pose bersama telah dilakukan hanya saya menolak beberpa pose karena masalah image! Egois sekali ya! Pose-pose 'kekinian' agaknya tidak cocok untuk saya sehingga saya minta izin untuk menolaknya. Kamera masih menggantung di leher dan kumainkan dengan selera yang ku punya. Saat itu saya membawa dua lensa yakni lensa macro dan lensa bawaan. Cukup puas dengan bidikan benda-benda macro kini berganti dengan foto jenis panorama.
Tetangga tenda mulai berinteraksi dengan saya, ternyata mereka dari kumpulan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta asal Pekanbaru, Riau. Mereka semua berpasagan lelaki perempuan, wah jadi iri dengki ya?!. Obrolan hangat pun terjadi dan berujung pada peminjaman kain tradisional yang saya miliki. Taktik yang bagus! Dari bawah bukit Barnash dan Miki memanggil saya untuk sesi foto bersama! Aku tidak meninggalkan kesempatan ini....lari....!!!
Swafoto: Miki, Ndiw, Barnash Dan Saya |
Kabut masih menyelimuti keintiman gunung itu hingga jam 11:30. Tenda sudah beres dipacking sementara kabut masih tebal! Ya... semesta tidak mengizinkan. Kesepakatan bersama akhirnya kami pulang tanpa melihat kemesraan gunung Sindoro Sumbing. Perjalanan pulang menggunakan jalur yang berbeda dengan jalur pendakian kemarin, Barnash dan Ndiw memilih jalur Dieng untuk perjalanan pulang. Jalur Dieng dikenal tidak terlalu banyak tantangan dan berkarakter landai namun sedikit lebih jauh dan memakan waktu yang cukup lama daripada jalur Patakbanteng.
Ndiw sempat ingat-ingat lupa dengan jalur Dieng, sambil berjalan sambil bertanya ke pendaki lainnya. Benar saja jalur yang kami gunakan benar. Entah kenapa kepala mulai nyeri dan badan terasa drop terlebih nyeri sariawan yang cukup membuat orang menderita. Bukit savana terlewati gundukan demi gundukan, keringat dingin keluar pertanda ada masalah dalam tubuh. Jaket tebal dibuka dan memberi kenyamanan. Sepertinya masalah ditimbulkan dari jaket yang membuat badan terasa panas! Energi kembali masuk ke dalam tubuh dan kembali prima.
Perjalanan Mendekati Basecamp Dieng |
Beberapa kilometres dari pemancar di atas gunung, kepala mulai terasa nyeri kembali. Apakah efek si drakula atau efek lainnya?! Biasanya setelah drakula menghampiriku efeknya kurang lebih dua minggu kadang sampai tiga minggu. Terhitung dari pertemuan dengan drakula yang sudah 4 hari, saya memaklumi efek itu. Sedikit pening dan terasa tertusuk-tusuk di kepala. Kantong sampah Aku serahkan ke Mikki, sebenarnya tidak tega karena Miki sendiri membawa barang banyak, tapi bagaimana lagi kondisi saya tidak bisa membawa beban yang berat!. Mohon maaf Miki!.
Beberapa kali hampir jatuh karena jalan yang licin dan akar cinta yang selalu nyangkut di sepatu. Pengin tertawa lepas seperti mbak pendaki lainnya saat Ndiw terpeleset tanah basah. Muka mbak pendaki itu merah menahan tawa, Aku dengan luka sariawan memendamnya dengan nyeri. Suara petir cukup membuat saya ketakutan, trauma petir terasa sekali! Jalan dipercepat!.
Petani Menyemai Benih Kentang |
Signal telpon masuk dengan tanda 4G, beberapa pesan masuk melalui aplikasi WA, Facebook dan Instagram. Satu persatu aku balas termasuk ke sahabat terbaik di Purwokerto, Asegaf dan Mbak Esti. Gerimis mulai menyebarkan butiran lembut berisi air saat memasuki gerbang pendakian Dieng. Ku pikir inilah sambutan 'selamat' dari semesta.
Beberapa kali Barnash ditelpon oleh Mbak Esti, terdengar samar. Barnash memberi lokasi untuk bertemu dengan Mbak Esti!. Kami berempat memilih lokasi yang tidak terlalu ramai dan tersedia mie ongklok untuk hidangan terakhir di Dieng. Akhirnya kami menemukan tempat yang cocok dan beberapa menit kemudian Mbak Esti dan temannya muncul, pada awalnya teman mbak Esti malu-malu dan hanya menunggu dalam mobil. Setelah hujan turun barulah dia dan Pak supir menyusul ke warung mie ongklok dimana kami bertemu.
Percapakan ringan terjalin mengalir hangat dengan beberapa perundungan dari mereka bertiga. Perundungan mungkin sebuah ungkapan cinta merek bertiga ke mbak Esti. Sesekali saya berbicara dengan mbak Esti, pertama sekali berjumpa dengan mbak Esti setelah dua tahun tidak bertemu. Ya dalam beberapa bulan ini saya bertemu dengan sahabat terbaik mulai dari Rosi Mahendra, Yoyon Fernando, Mbak Fenty, Agung dan Asegaf di Purwokerto. Betapa beruntungnya saya bertemu kembali dengan sahabat yang luar biasa baiknya.
Pos Registrasi Pendakian Dan Tempat Pengembalian Sampah |
Mie Ongklok hangat tidak terasa masuk dengan nikmat ke dalam perut kami. Energi kembali segar, pembicaraan pun semakin intim. Gema suara sahutan panggilan kudus muncul dari pengeras suara di langgar maupun masjid, tak lupa kami pun menunaikan kewajiban itu. Air wudhu terasa dingin sekali seakan kulitku tersilet dengan suhu yang sangat dingin. Perlahan kulit menerima air dingin hingga ke sela-sela kaki.
Sungguh pahit perpisahan antara saya dan mereka. Pertemuan manis berakhir dengan emosional, uluran tangan dari Pak supir sampai uluran dari Ndiw membawa doa terbaik untuk saya sendiri dan mereka. Ucapan maaf dan ucapan kudus lainnya menyertai! Selamat jalan jangan lupa berbagai kabar!.
Swafoto Dengan Mbak Esti |
Lambaian tangan dan mobil putih itu semakin mengecil dimakan oleh jarak dan kecepatan. Aku yang sendiri saat itu mulai mempersiapkan diri untuk mengambil sepeda motor yang dititipkan. Perjalanan pulang penuh dengan kabut dan mendung di langit bagian selatan, suara guruh dan petir sesekali terdengar mengerikan. Kecepatan motor masih dalam batas 40-50Km/jam, kondisi jalan yang cukup ramai dan kabut membuat pengendara selalu waspada!.
Hujan deras mulai turun di Krasak, mendekati Kota Wonosobo. Hujan deras itu terlewati berganti kering kerontang di Kota Wonosobo, dan kembali hujan di beberpa titik hingga sampai Banjarnegara. Hujan berblok-blok itu membuat kepala semakin pening karena suhu yang berganti sehingga tubuh menyesuaikan dengan sedikit kesusahan.
Hampir saja menabrak pengendara lain saat mata fokus pada seorang wanita membuka celana dalamnya dan duduk diatas seorang lelaki, adegan itu terlihat jelas di dalam sebuah mobil mini bus hitam dengan penerangan lampu. Rasa penasaran semakin menjadi hingga lampu sorot sepeda motor aku nyalakan dan benar saja mereka berdua melakukan adegan dewasa di dalam mobil. Sepertinya mini bus itu tidak terima dikejar dan curiga saya, mini bus selalu menghindari, sesekali mini bus itu menaikan kecepatan. Aku mengalah karena hampir menabrak pengendara lain. Fokus buyar karena hal 'penasaran'. Maklum gelora muda!.
Saya masih ingat adengan demi adegan! Otak semakin buyar. Ucapan kudus sebagai penambal dosa aku lantunkan hingga fokus konsentrasi kembali pulih. Sempat istirahat 10 menit untuk mengendalikan buasnya gelora muda! Beruntung Tuhan masih memberikan saya keselamatan! Perjalanan dilanjutkan kembali.
Pedagang Makanan Tradisional Di Pasar Banyumas |
Tepat jam 8 malam saya sampai di warung Yudha, rencana awal hanya mengambil barang-barang saja tapi ternyata tubuhku butuh istirahat sekali. Saya meminta izin untuk kembali menginap di warung Yudha tanpa membantunya berdagang, maafkan saya Yudha yang telah merepotkanmu. Badan terasa hangat dan pening bertambah, usai makan dan mandi tubuh mulai lemas dan tidur!.
Subuh telah datang dengan segudang harapan. Pagi itu sedikit membantu Yudha belanja di Pasar Banyumas. Kegiatan belanja usai saya pamit untuk pulang ke Banjar!. Terima kasih Yudha atas bantuannya, semoga dagangannya laris dan diberkati Tuhan.
Melaju kembali ke Banjar hingga selamat!
Komentar