Tiba pada jam 11:30 rumah di jalan Melati nomor 22 tampak sepi tidak berpenghuni. Benar saja sang penghuni sedang di rumah Lik Imun. Kali ini saya datang hanya sekedar mampir saja dalam satu hari, selanjutnya pergi kembali ke Banyumas dan Wonosobo.
Sambutan hangat selalu tercipta jika saya datang ke sana. Peluk dan cium selalu terjadi. Dia merupakan ibu kedua bagi saya. Segala cerita dibagikan mengalir dengan emosional. Cerita dari kalangan saudara maupun diri sendiri untuk intropeksi diri. Kadang saya Malay dengan apa yang saya ucapkan sebagai rasa kesal memendam amarah akan semua persoalan keluarga di Banjar. Malu membongkar aib yang tentunya membuka luka dan menjadi boomerang. Hanya padanya berani untuk bercerita dengan segala emosi yang keluar, entahlah mau jadi boomerang ataupun tidak saya merasa puas untuk mengeluarkannya dari balik rahang gigi.
Kadang Aku lupa menceritakan keburukanku, sementara selalu memojokan keluarga yang lainnya yang tampak tidak sempurna. Saya egois ternyata! Setan apa yang masuk dalam diriku?! Saya tidak mengerti apakah ini setan ataupun ungkapan kemarahan, kekecewaan dan penyesalan yang lama terpendam. Ya Tuhan terima kasih telah memberi ibu kedua yang hangat.
Jika menjadi boomerang saya siap menangkap kembali
Komentar