Apakah menjadi orang Jawa ribet? Pertanyaan yang kadang diucapkan oleh teman-teman dari etnis lainnya. Tampaknya lucu sekali pertanyaanya, tapi inilah bentuk penasaran orang dari etnis di luar Jawa. Kadang saya juga bertanya demikian pada teman dari suku lainnya yang mempunyai aturan adat cukup rumit ataupun mempunyai upacara-upacara kebudayaan yang cukup rumit. Bagi saya pertanyaan tersebut merupakan sebuah rasa penasaran dan kekaguman orang terhadap budaya yang belum pernah mereka rasakan.
Menyikapi sebuah adat budaya seharusnya tidaklah menyangkal dengan pengakuan mana yang terbaik mana yang terburuk ataupun pernyataan negativ terhadap budaya suku tertentu, ini akan menyebabkan luka yang mendalam dan bahkan akan menjadi bibit permusuhan hingga timbulnya perpecahan. Demi menanggulagi hal-hal yang menghancurkan hubungan suatu suku perlu ada pengenalan budaya kepada etnis yang lainnya. Dengan pengenalan ini diharapkan akan memberikan pengertian yang mendalam dari kelompok etnis tertentu, bukan hanya soal etnis tapi terkadang membawa identitas agama.
Parasmanan saat kenduri pernikahan sepupu |
Saya seorang Jawa yang bangga akan budaya Jawa yang selama ini masih melekat pada kehidupan sehari-hari. Berbagai upacara adat, norma adat budaya Jawa, dan berbagai macam prosesi budaya dengan agama pernah saya ikuti dengan bangga dan senang hati. Untuk mempertahankan dan memperkenalkan beberapa adat budaya dalam balutan agama Islam saya ingin mengenalkan beberapa upacara kenduri yang telah melekat pada keseharian orang-orang Jawa di tempat saya, Pamarican, Jawa Barat.
Dalam kehidupan masyarakat Jawa baik di perantauan atau di wilayah Jawa sendiri setidaknya mempunyai persamaan yang besar dan mempunyai beberapa perbedaan kecil. Saya lahir dan besar di wilayah Sunda, Jawa Barat di suatu desa yang mempunyai komunitas Jawa cukup besar. Dengan jumlah komunitas cukup besar adat budaya asal leluhur tidak pernah terlupakan, misalnya saja adat budaya yang berbalut agama yakni kenduren atau disebut dalam Bahasa Indonesia kenduri. Dalam adat Jawa Islam kenduri adalah suatu upacara perjamuan makan sebagai rasa syukur, sebagai upacara meminta berkah kepada Allah dan juga upacara untuk memperingati sebuah peristiwa tertentu.
Menurut sejarah kenduri ini sudah berlangsung sangat lama di Nusantara bahkan sejarawan mengatakan sudah ada sejak sebelum agama datang. Kenduri dalam kebudayaan Jawa Islam sendiri biasanya dihadiri oleh pria dewasa dari tetangga satu RT (Rukun Tetangga) dan juga dihadiri oleh sanak saudara. Kenduri tidak hanya dilakukan pada jam tertentu saja biasanya menyesuaikan dengan masyarakat sekitar misalnya ada yang menyelenggarakan sehabis solat Duhur (Jam 13:00), Ashar (16:00), Magrib (18:30) maupun sehabis solat Isya (19:30). Kenduri dipimpin oleh pemuka agama setempat seperti kiyai ataupun bapak Haji atau tokoh masyarakat yang dituakan. Kenduri juga ada untuk kaum perempuan namun biasanya terbatas pada acara-acara tertentu misalnya pada acara kenduri empat dan tujuh bulan kehamilan.
Jamuan-jamuan dalam kenduri yang utama biasanya berupa 'berkat' ataupun besek yakni sebuah bingkisan berupa satu porsi makanan pokok. Selain jamuan tersebut juga disediakan jamuan pacitan berupa makanan ringan sebelum ataupun sesudah pembacaan doa. Terkadang dalam sebuah kenduri disediakan tumpeng ingkung yakni tumpeng dengan hidangan ayam panggang utuh yang langsung dimakan di tempat.
Kali ini saya akan menjelaskan beberapa katagori/jenis kenduri yang diselenggarakan oleh individual bukan penyelenggaraan kenduri bersama seperti kenduri syawalan (lebaran), kenduri suronan (tahun baru hijriyah) ataupun kenduri selawean (kenduri diakhir bulan Ramadan). Kenduri yang diselenggarakan oleh perorangan memang banyak macamnya seperti berikut ini.
Kenduri Lahiran Anak Atau Pemberian
Jenis kenduri ini masuk dalam katagori kenduri rasa syukur akan kehadiran buah hati. Kenduri lahiran anak biasanya berlangsung dengan pemberian nama si bajang bayi pada hari ketujuh. Pada kenduri ini sangat menarik karena berbeda dengan kenduri biasanya, keistimewaan dalam kenduri ini yakni dibacakan syair-syair berbahasa Arab yang berisikan sebuah syair pujian kepada Allah, Nabi, Rasul dan sahabat Rasul. Orang pada umumnya mengenal dengan sebutan barzanji atau berzanji. Syair barzanji ini biasanya dilantunkan saat Di tengah acara kenduri.
Syair barzanji dilantunkan diawali/dipimpin oleh 3-5 orang, ketiga atau kelima orang tersebut biasanya dipilih berdasarkan kemampuan seseorang mengenal lagam/lagu dari syair barzanji. Semua tamu undangan biasanya berdiri saat syair barzanji dikumandangkan disertai dengan munculnya sang bajang bayi untuk mengelilingi lingkaran para tamu. Bayi digendong dan dipayungi oleh bapaknya/saudara lainnya untuk dibawa keliling menghampiri setiap tamu kenduri. Uniknya lagi saat mengelilingi tamu kenduri ada orang yang menyemprotkan minyak wangi kepada para tetamu.
Syair barzanji masih berjumpa sang, sementara pemuka agama mencukur rambut si bajang bayi dengan gunting disertai cicin emas dan dibasuh dengan air kembang tujuh rupa. Beberapa orang dipilih untuk mencukur dan mendoakan khusus untuk si jabang bayi, pemilihan orang tidak sembarangan biasanya dipilih orang terhormat atau pemangku agama.
Selepas mencukur dan mendoakan bayi, barulah pemuka agama yang memimpin kenduri berdoa dengan semua tamu kenduri. Selepas berdoa, hidangan makanan ringan datang sampai 10-15 menit dan berakhir dengan pemberian berkat atau besek makanan.
Pada kenduri pemberian nama bayi biasanya dilakukan dengan atau tanpa prosesi akikah (penebusan anak). Akikah sendiri berupa penyembelihan satu ekor kambing untuk bayi perempuan sementara dua ekor untuk bayi laki-laki.
Kenduri Pernikahan
Kenduri pernikahan masuk katagori dalam kenduri syukuran. Kenduri pernikahan biasanya diselenggarakan pada malam sebelum ijab kabul pernikahan. Kenduri pernikahan bukan diselenggarakan di salah satu pihak saja melainkan kedua pihak. Selain sebagai ungkapan rasa syukur juga sebagai ajang sosial untuk memberitahu kepada masyarakat sekitar bahwa si penyelenggara akan menikah atau telah menikah.
Terkadang kenduri ini dilaksanakan sebelum atau sesudah ijab kabul pernikahan. Yang menarik dari sebuah kenduri pernikahan biasanya mempelai pria akan diberikan nama baru, 'jenengan tua'. Sementara mempelai perempuan tidak diberikan nama baru. Nama baru hanya sebatas nama untuk di masyarakat saja (pada zaman sekarang) tidak merubah nama pada ijazah maupun KTP atau dokumen lainnya. Berbeda pada zaman dahulu, saat bapak saya masih remaja, jika seseorang telah menikah dan mempunyai jenengan tua maka dokumen lainnya berganti pula namanya dengan nama baru tersebut. Mungkin tidak demikian pada kalangan PNS maupun aparatur negara lainnya.
Pada beberpa daerah penyajian ingkung saat kenduri pernikahan itu wajib sementara di daerah saya tidak wajib. Hal yang menarik lainnya yakni saat sepupu saya menikah di Kalikudi, Adipala. Selepas kenduri pernikahan kedua mempelai diharuskan membersihkan pekarangan rumah sampai empat rumah di sejajar rumahnya. Pembersihan tersebut harus dilakukan berdua tanpa bantuan orang lain.
Kenduri Rumah Baru
Rumah yang baru dibangun ataupun baru pindah rumah menurut kepercayaan masih mempunyai energi negative yang mengelilingi rumah tersebut menurut para orang-orang yang mempercayainya sehingga membutuhkan 'pembebasan' atau penyucian maka diadakanlah sebuah upacara atau kenduri. Berbagai alasan untuk kenduri rumah baru/pindah rumah banyak sekali, mulai dari alasan kepercayaan agama maupun alasan dari segi budaya.
Screenshot: pembuatan sesaji untuk rumah baru |
Islam Jawa mempunyai tradisi kenduri yang cukup unik saat upacara kenduri tersebut. Biasanya dipilih beberapa orang untuk beradzan (panggilan sembahyang dalam Islam) di beberapa titik lokasi ruangan rumah, biasanya di pojok rumah. Beberapa pendapat orang mengatakan bahwa seseorang percaya bahwa pojok suatu tempat merupakan tempat nyaman untuk mahluk halus, maka untuk memperoleh ketenangan dibebaskan dengan cara beradzan di setiap pojokan rumah.
Isi acara kenduri sama dengan kenduri syukuran lainnya hanya berbeda pada tradisi mengadzani rumah saja. Beberapa kepercayaan lainnya juga melakukan upacara kecil seperti pembuatan bubur merah putih, pengantungan pisang raja, dan sesaji lainnya. Kegiatan mengambil isi sesaji pada rumah baru disebut 'ngucing'.
Kenduri Untuk Orang Meninggal Dunia
Upacara kenduri untuk meninggal dunia termasuk yang paling banyak karena mempunyai tahapan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Islam Jawa bahwa orang yang meninggal dunia atau leluhur harus diantar ke surga dengan beberapa kenduri. Tahapan 'pengantaran ke surga' ini dimulai dari hari pertama meninggal dunia sampai hari ketujuh setelah wafat, berlanjut pada kenduri patangpuluh dina (40 hari setelah wafat) sampai ke nyewu dina (1000 hari setelah wafat). Beberapa daerah menyebut kenduri ini dengan kenduri munggahan yang berarti menaikan ke surga atau juga disebut slametan pati (mati/meninggal dunia).
Suasana Kenduri Matangpuluh di Komunitas Madura di Denpasar, Bali |
Saat seseorang meninggal dunia biasanya sehabis pemakaman keluarga mengadakan tahlilan ataupun yasinan (pembacaan surat Yassin) yang diperuntukan pada yang meninggal dunia. Kenduri yasinan/tahlilan hanya mencakup tetangga dan keluarga saja. Dalam kenduri para tamu membacakan surat Yassin (Surat dalam Alquran) penuh dari ayat awal hingga akhir. Yang menarik dari kenduri ini adalah berkat/besek yang diterima. Hidangan khusus pada kenduri hari pertama meninggal dunia yang sarat akan makan filosofi. Misalnya saja jangan gesek atau lodeh ikan asin dan daging bermakna tubuh sang mayit, jangan klapa atau lodeh kelapa yang diiris menyerupai gigi perlambang gigi mayit, hidangan tersebut disebut 'tampon'. Saat hidangan diterima dengan bungkusan daun pisang, maka seseorang dilarang membuang bungkusan daun pisang di depan maupun pinggir rumah dipercayai bahwa akan membawa sial ataupun akan ikut meninggal sehingga mesti dibuang jauh dari rumah.
Kenduri untuk orang meninggal/tahlilan selanjutnya dilakukan setiap hari dan berakhir pada hari ketujuh yang juga disebut kenduri pitung dinaan. Tidak ada hidangan khusus pada kenduri dua sampai tujuh hari, hanya saja pada hari ketujuh sang tuan rumah memberikan 'sedekah mayit' berupa barang yang berharga seperti sajadah, kopiah dan barang lainnya yang bermanfaat sehingga membuahkan pahala untuk si mayit.
Tahlilan/kenduri kematian lanjutan mempunyai beberapa tahap seperti Slametan patangpuluh dina (40 hari), slametan satus dina/nyatus (100 hari), mendak (1 tahun), mendak pindo (2 tahun), mendak telu/nguis-nguisi (3 tahun). Dari beberapa tahapan kenduri kematian juga disertai upacara membangun kijing/ngijing (membuat batu nisan).
Kenduri Untuk Ibu Hamil
Ada dua acara kenduri yang diselenggarakan oleh ibu hamil yakni Patang wulanan (4 bulan) dan Pitung wulanan (7 bulan). Tamu undangan biasanya tergantung pada kesepakatan keluarga misalnya mempunyai modal yang cukup besar mengundang bapak-bapak dan jikalau mempunyai modal sedang atau kecil hanya mengundang ibu-ibu saja. Ada sedikit perbedaan tatacara dan doa pada penyelenggara doa mislanya untuk ibu-ibu biasanya membacakan surat Yusuf (Surat dalam Alquran) dan surat-surat tertentu yang terpilih. Sementara jika tamu undangan laki-laki maka doa seperti kayaknya tahlilan lainnya yang berupa dzikir (ucapan penginggat Allah/Tuhan).Hidangan dan upacara adat juga ada pada kedua jenis kenduri ini, tentunya sarat akan makna filosofi.
Kenduri empat bulan kehamilan diselenggarakan atas dasar bersyukur atas kehamilan dan juga berharap kandungan akan sehat sejahtera. Beberapa umat Islam percaya bahwa pada masa bulan janin mulai 'ditiupkan' (memasukan) ruh kedalam janin tersebut. Berharap yang terbaik saat 'peniupan' maka perlu diadakan kenduri. Hidangan paling khas dari kenduri ini yakni dibuatnya ketupat, lepet dll sebagai perlambang kesejahteraan dan sebagai perlambang kesehatan untuk janin.
Pada kenduri tujuh bulan memang hampir sama tatacara doa dan yang lainnya. Beberapa hal istimewa yakni sang ibu hamil diperkenalkan kepada dukun bayi yang akan mengurusnya nanti. Dukun bayi mulai bekerja menjaga, memantau, menolong ibu hamil pada umur tujuh bulan. Dukun bayi mulai berpartisipasi pada upacara adat misalnya dengan mandi dengan air tujuh sumur sebagai perlambang agar menjaga tujuh lubang dalam tubuh (telinga, mulut, mata, kelamin dll), mandi disertai belut sebagai perlambang kelancaran saat melahirkan dan juga membelah kelapa muda sebagai prediksi jenis kelamin sang bayi. Membelah kelapa muda dilakukan oleh ayah sang bayi, rincian prediksi jenis kelamin berdasarkan lurus tidaknya belahan pada kelapa. Misalnya hasil belahan kelapa lurus berarti jenis kelamin laki-laki dan sebaliknya jika belahan bengkok prediksi jenis kelamin berarti perempuan. Air tujuh sumur juga tidak sembarangan sumur diambil airnya. Menurut syarat dari dukun bayi adalah air sumur yang berusia lebih dari lima tahun atau sepuluh tahun.
Berbagai perubahan adat istiadat memang tidak bisa terelakan dengan berkembangnya zaman, baik gaya hidup, pandang agama dan berbagai faktor lainnya. Saya harap dengan membaca artikel ini, anda sekalian bisa menghormati segala budaya maupun agama atau kepercayaan tertentu yang orang lain percayai. Saling terikat hingga menjadi saudara yang saling mendukung.
Di dalam kamar sehabis hujan besar, jumat sore 6 April 18.
Salam.
Komentar