Pantai Bunton Adipala |
Pantai Bunton?! Mungkin Anda sekalian belum tahu benar di mana lokasinya ataupun bagaimana pemandangannya. Baiklah, saya akan ceritakan kepada anda sekalian, plesiran kali ini yang merupakan kali kedua saya berkunjung ke pantai Bunton. Pertama sekali berkunjung ke pantai berombak besar ini saat saya masih kelas 5/6 SD (2002/2003) bersama sepupu saya, saat itu menggunakan kereta lokal Banjar - Kroya yang sekarang sudah tutup karena merugi akibat tidak ada pendapatan yang menguntungkan.
Pantai Bunton terletak di desa Bunton, kecamatan Adipala, kabupaten Cilacap. Pantai Bunton merupakan pantai landai dengan pasir hitam dengan sedikit biji besi, ombak sangat besar karena langsung berhadapan dengan Samudra Hindia. Hamparan pasir hitam bibir pantai cukup luas dari ujung muara sampai muara sungai di wilayah pantai Selok. Jarak antara kota kecamatan Adipala dengan pantai berkisar 3,5 Km bisa ditempuh dengan sepeda motor ataupun mobil sekitar 11 menit saja. Kondisi jalan sebagian berlubang dan sebagian kondisinya cukup bagus dimulai dari kota kecamatan Adipala hingga pemukiman terakhir dekat pantai, setelah pemukiman terakhir jalan berupa pasir pantai yang lembut.
Sisi Barat Pantai Bunton Adipala |
Sampah adalah masalah utama di pantai ini, tidak ada perawatan sama sekali dari pihak pemerintah desa maupun kecamatan. Penyumbang sampah terbesar kemungkinan dari pengunjung dan juga sampah yang terbawa oleh aliran sungai Serayu, perlu diketahui bahwa pantai Bunton sendiri adalah pantai muara, sehingga banyak sampah yang terkumpul dari arus sungai Serayu. Sampah yang ditemukan pada umumnya sampah plastik dan sampah organik seperti bonggol pisang, akar-akaran, kelapa dan yang lainnya.
Tidak ada karcis! Pantai ini memang tidak ada pengelolaan yang baik karena pantai musiman yang ditarif saat musim liburan ataupun libur lebaran saja. Pada hari biasa hanya dikenai biaya parkir saja kepada penjaga warung ataupun penjaga parkir di sana, cukup memberikan Rp 2000 sudah menjamin aman untuk sepeda motor yang diparkirkan. Beberapa informasi mengatakan bahwa saat musim liburan ataupun saat lebaran pengunjung dikenai bea masuk pantai sebesar Rp 5000.
PLTU Bunton Adipala |
Tidak ada jam tutup buka untuk pantai ini, jadi anda sekalian bebas datang kapan saja, tapi demi menghindari keselamatan jiwa dan harta saya sarankan untuk selalu datang pada jam-jam seperti biasanya misalnya pada jam 6:30 pagi sampai jam 5 sore. Pantai ini sangat sepi sekali, hanya beberapa warung saja yang buka pada hari biasa, sementara saat musim liburan atau lebaran banyak warung yang buka termasuk kolam renang yang terbuat dari terpal.
Pemandangan yang bisa dinikmati berupa ombak besar Samudra Hindia, pemandangan bibir pantai di ujung timur dan bukit Selok/Srandil, sementara sisi barat terdapat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pemandangan yang cukup unik dimana cerobong PLTU menjadi objek utama untuk foto, saat matahari tenggelam pemandangan ciamik juga menjadi hidangan utama bersama cerobong PLTU. Tersedia beberapa gubuk kecil yang disewakan, entah saat hari biasa disewakan atau tidak. Pantai ini tentu saja tidak bisa dinikmati untuk berenang dikarenakan ombak yang sangat besar dan tipe ombak yang membentuk seperti ada palung di dalamnya. Jadi sangat bahaya!! Biasanya para pengunjung berenang hanya sampai lutut saja.
Nelayan Pantai Bunton Adipala |
Beberapa nelayan juga sering ditemukan di pantai ini baik nelayan dengan perahu ataupun tanpa perahu. Jika beruntung mendapatkan nelayan yang mendapatkan banyak ikan, anda bisa menawar ikan yang diperolehnya dengan harga murah. Hidangan khas lainnya yang tersedia di warung sekitar pantai hanya tempe mendoan saja!. Begitulah gambaran ringkas tentang pantai Bunton.
Kembali ke pengalaman saya plesiran ke pantai Bunton kemarin hari.
Sore hari itu sedikit mendung di wilayah barat dan utara sementara selatan cukup terang. Nyali saya untuk berkunjung ke pantai Bunton semakin mantap. Saya sendiri memilih pantai Bunton karena sudah lama sekali tidak ke sana dan cukup bosan dengan selalu berkunjung ke pantai Selok Srandil, itulah alasan utamanya. Sekitar 15 tahun lalu saya mengunjugi pantai Bunton bersama sepupu dan bibi saat liburan lebaran. Lima belas tahun tidak membuatku lupa jalan menuju ke pantai satu ini. Jelas saja jalan menuju pantai Bunton hanya satu dan lurus! Gampang diingat!
Mereka, Lupa Namanya |
Xride menemani saya sampai ke pantai itu. Cuaca cerah berganti sedikit mendung dengan sisa cahaya matahari yang masih terpancar. Pantai tampak sepi dari pengunjung! Lebih dari sepuluh orang pengunjung saat itu termasuk saya. Pemandangan jauh berbeda saat pertama kali ke sini lima belas tahun silam, pantai tanpa pohon sekarang menjelma dengan sedikit pohon dan mempunyai objek utama lainnya yakni PLTU yang berdiri tepat di barat pantai ini.
Deburan keras ombak menghantam-hantam pasir hitam tanpa lelah. Sesekali menampar lebih keras hingga air menyambar ke daratan lebih jauh lagi. Hening tanpa suara bising, sedikit mencekam. Beruntung saat itu 5 orang perempuan muda cengar-cengir dengan kameranya dan beberapa menit kemudian tiga orang perempuan dan seorang lelaki datang. Masih dengan tujuan yang sama mereka datang hanya sekedar swafoto dan cengar-cengir bersama kawan yang akan segera berpisah setelah upacara kelulusan.
Bersama Mereka |
Sesekali sorotan tajam lelaki itu menusuk ke arahku dan beberapa sorotan tajam tiga wanita itupun melihat ku, entah apa yang mereka perhatikan. Tampilan memang tua, berambut panjang tidak beraturan dan membawa kamera mirrorless. Mungkinkah mereka hanya tertarik melihat mirrorless? Bisa jadi karena umuran mereka senang berfoto.
Beberapa kali saya mencoba untuk menikmati keindahan alam dan keheningan pantai Bunton, namun sia-sia karena banyaknya suara dari para perempuan-perempuan muda itu yang sedang asik swafoto bersama teman dan pacar. Beberapa video dan foto saya ambil baik melalui kamera mirrorless maupun telpon genggam pintar yang saya bawa.
Jenuh juga tanpa teman bicara, saya beranikan diri untuk berbicara kepada seorang lelaki diantara mereka. Berbasa-basi dengan uang parkir dan jam tutup buka pantai hingga menunggu sunset. Akhirnya punya teman ngobrol juga dan berkenalan dengan satu sama lainnya. Dari mereka saya tidak ingat kembali nama mereka, beruntung salah satunya ada dalam Instagram.
Sampah Organik Yang Saya Dapatkan |
Suasana saat itu tidak memungkinkan saya untuk berlama-lama terlebih akan pemandangan penuh sampah yang membuatku emoh berlama-lama. Cuaca juga tidak mendukung untuk melihat wajah mentari saat tenggelam. Akhirnya saya memutuskan untuk pulang kembali ke rumah bibi.
Komentar